8

3.6K 95 0
                                    

Fana sudah berada di dalam kelas. Ia sudah kembali ke kelas tepat jam kedua pelajan matematika.saat ini Fana sedang istirahat.

"Fan kantin yuk??"rita berdiri tepat di depan Fana

"Iya ayoh"Fana mulai berdiri dan mereka jalan bersamaan.

Fana dan Rita memasuki kantin dengan santai lalu mencari meja yang kosong namun sayang sekali tak ada lagi yang kosong. Dari kejahuan Rio yang melihat mereka berdua hanya berdiri dan melihat kanan kiri membuatnya mengeluarkan suara.

"Fana...sini"Rio memanggil Fana dengan melambai-lambaikan tangannya.

Fana yang mendengar namanya di panggil lantas berbalik dan mendapati Rio yang menyuruhnya untuk duduk bersama Rio dan adiknya Risky. Fana berjalan dan diikuti oleh Rita menuju Rio dan Risky.

"Gak papanih gue sama Rita gabung?"Fana bertanya

"Iya gak papa"Rio yang kembali duduk. Fana dan Rita akirnya mendapat tempat untuk makan.

"Fan gue pesen duluh ya. Lo mau makan apa??"Rita mulai berdiri

"Gue bakso aja dan minumnya es jeruk"Fana

"Oke deh. Eehh kalian udah makan?"Rita, bertanya ke pada Rio dan Risky.

"Belum kita juga baru datang"Rio

"Iya udah kalian mau pesan apa biar gue yang pesenin??"Rita mulai menawarkan diri untuk memesan makanan untuk mereka.

"Gak usah gue sama risky udah pesen cuman belum datang"Rio. Rita membalas dengan anggukan dan mulai jalan untuk memesan makanan.

Rita datang dengan Mas kanting bersama makanan yang enak-enak tentunya. Fana, Rita, Rio dan Risky hanya percerita tentang gosip yang lagi panas hari ini. Sampe lonceng masuk terdengar membuat Fana dan Rita harus masuk kelas begitu pula dengan Rio dan Risky. Namun saat-saat kebersamaan mereka ada seorang gadis yang marah karena kedekatan mereka.

Fana dan Rita sudah berada di kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya. Hingga lonceng pulang pun berbunyi. Fana setikit legah namun ia beru mengigat tugas yang diberikan oleh Rio ketua osis yang ia kagumi.

"Fan pulang yuk"Rita yang sudah merapikan buku-bukunya di dalam tas

"Ehh lo duluan aja. Gue lagi ada urusan"Fana berdiri dengan menggendong tasnya

"Oh iya udah gue pulang duluan ya dah"Rita mulai melangkah keluar kelas hingga tak terlihat lagi.

Fana melangkah keluar dari kelas dengan santai berjalan menuju ruang lep yang melewati kelasnya Rio. Saat Fana sudah berada tepat di depan kelasnya Rio terdengar suara dari dalam kelas yang memanggilnya

"Fan tunggu"Rio keluar dari dalam kelasnya menghampiri Fana

"Iya"Fana yang merasa namanya dipanggil lantas berbalik dan menemukan Rio yang mulai berjalan mendekatinya

"Gue gak bisa temani lo. Gue lagi ada urusan keluarga dan gue harus cepet-cepet pulang."Rio mencari ide agar fana bisa menjalankan tugasnya. Rio yang meliat Gilang dari jauh langsung mendapat ide.

"Gilang sini lo"panggil Rio. Gilang yang dipanggil langsung berjalan menuju mereka berdua

"Ada apa??"Gilang sudah berada di hadapan mereka

"Nih lo bisa akan bantuin gue. Tolong temenin Fana ya. Gue lagi ada urusan"Rio menjelaskan

"Iya bisa kok"Gilang yang merasa perlu membantu dengan mantap mengiyakan. Rio yang mendapat jawaban itu langsung pergi dengan terburu-buru.

Saat ini cuman ada mereka berdua yaitu Fana dan Gilang. Gilang yang bingung untuk membatu apa langsung bertanya.

"Fan lo disuruh apa sama Rio?"Gilang

"Gue di suruh sama Rio, bawa bangku yang ada di depan ruang lep ke gudang dan lo di suruh untuk temani gue karena gue takut sendiri di sekolah"jelas Fana panjang lebar dan hanya di balas dengan anggukan oleh Gilang.

Fana merasa sudah tak ada yang perlu di jelaskan akhitnya berjana menuju ruang lep diikuti oleh Gilang.
Saat sampe di depan ruang lep Fana hendak mengangkat bangku yang terletak di depan ruang lep namun seseorang udah lebih duluh mengangkat bangku tersebut. Yang diduga oleh fana ia lah gilang dan tenyata benar orang itu adalah gilang.

"Biar gue aja yang angkat. Lagian yang terlambat kan gue juga. Dan lo kan cewe masa iya gue biarin lo angkat yang berat-berat kaya gini sih"penjelasan Gilang

"Iya udah deh kalau lo mau angkat. dan buruan gue udah lapar mau pulang"Fana yang mulai berjalan duluan dan diikuti oleh Gilang dengan mengangkat kursi ke gudang.
Saat di perjalanan menuju gudang

"Fan lo dekat sama Rio?"Gilang yang penasaran pun bertanya

"Gak. Gue aja baru kenal dia tadi pas di ruang BK"Fana berbalik agar bisa menatap mata gilang yang indah menurutnya menemukan suatu kelegahan atas jawaban Fana tadi. Fana yang mulai merasa ada yang aneh dari tatapan itu membuatnya membalikan wajahnya.

Fana dan Gilang udah menaru bangku di gudang akhirnya jalan menuju parkiran. Gilang yang mengetahui bahwa Fana akan jalan kaki untuk pulang. Membuatnya mendapat ide untuk bisa berdekatan dengan Fana.

"Fan lo pulang sama gue aja"ajak Gilang yang membuat Fana menatap mata Gilang lagi

"Gak papa nih"Fana memastikan apakah ia merepotkannya. Dan di jawab dengan anggukan mantap oleh Gilang.

karena merasa kalau ia tak merepotkan Gilang akhirnya Fana memutuskan untuk pulang bersama dengan Gilang.

Sekarang mereka sedang berada di sebuah cafe. Sebenarnya Fana sudah menolak ajakan Gilang namun karena Gilang yang memaksa untuk mengajaknya makan membuatnya berada di cafe bersama Gilang. Fana yang memesan makan karena lapar sedangkan Gilang hanya memesan munuman karena sudah kenyang.
Saat Fana sedang melahap makanannya Gilang hanya memperhatikannya makan dengan sesekali meminum minuman yang tadi ia pesan.

"Lo kalau makan pelan bisa gak. Kaya gak pernah dikasih makanan satu tahun aja"Gilang mulai membuka obrolan

"Enak aja gue kalau gak makan satu tahun mah udah gak mungkin ada lagi di hadapan lo"Fana merasa kesel dengan omongan gilang menjawab seperlunya aja. Gilang tersenyum dengan jawaban Fana karena baru pertama kali ia bertemu dengan cewek seunik Fana dan Gilang sangat suka cewek apa adanya tak berlebihan kaya cewek cewek yang sering mengejarnya hanya karena harta saja.

"Kenapa lo senyum-senyum kaya orang gila gitu"Fana merasa ada yang aneh dengan Gilang lantas bertanya pada Gilang

"Gak. Gue cuman seneng aja bisa ketemu cewek seunik lo.
lo itu beda kaya cewek-cewek yang gue kenal selama ini"Gilang berkata jujur tentang Fana. karena perkataan yang dilontarkan itu membuat jantung Fana berdetak dua kali lebih cepat.

***
Selamat membaca

Penyesalan (Fana Putri Grandra)[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang