wall climbing

1.5K 329 48
                                    

"Serius wall climbing?" Gue kaget setengah mati waktu mendengar omongan Wendy.

"Iya seriusan. Karena ini sks olahraga terakhir, si bapak pengen sesuatu yang beda gitu." Balas Wendy.

Wiguna menyenggolku. "Kenapa? Takut ketinggian lo?"

"Engga sih. Tapi kalo takut jatoh ya iya." Cicit gue.

"Yaelah, tenang aja. Kan kita dibantu anak UKM Wall Climbing, pasti aman lah." Kata Wiguna sambil menepuki pundak gue.

Akhirnya kami sampai di depan area wall climbing di kampus kami. Gue menatap climbing wall yang menjulang setinggi 18 meter itu, penasaran bagaimana rasa naik ke atas sana, tapi ya gue takut juga.

Gue menonton teman teman sekelas yang bergantian naik dan turun, sampai akhirnya sampailah pada giliran gue. Ketika gue sudah memakai semua alat pengaman dan siap naik, gue tiba tiba diteriaki.

"Semangat La! Nanti gue fotoin!" Gue menyeringai pada Wiguna sebelum naik.

Gue hanya kuat naik setinggi kira kira 9 meter, setelah itu gue menyerah. Sepertinya gue harus diet karena rasanya pantat gue ini terlalu berat untuk diangkat.

"Gimana? Asik kan? Gue jadi pengen lagi nih." Kata Selvia begitu gue menghampiri.

"Asik tapi tangan gue sakit nahan berat." Jawab gue sambil tertawa.

"Eh belum apa apa ini, besok pasti lebih sakit tangan lo." Kata Wendy yang diamini gue. Dua hari yang lalu, Sean juga mengatakan hal sama dan mengeluh soal tangannya yang tetap sakit sampai hari ini.

"Heh, ini nih, fotoin gue ya begitu sampe puncak." Ujar Wiguna sambil melempar ponselnya.

"Mau sampe puncak?" Tanya gue.

"Ya iya, masa gue gak nyampe puncak? Anak anak aja sampe." Kata Wiguna sambil menunjuk Jackson dan yang lain. "Gue naik dulu ya."

"Tiati."

"Siap neng."

Wiguna pada akhirnya memang naik sampai puncak meskipun sebelumnya merengek minta turun di tengah tengah karena tangannya yang kram. Setelah mengabadikan beberapa pose di puncak, Wiguna pun bersiap turun.

Kami naik dan turun dibantu oleh kerekan dua orang yang menahan beban tubuh kami. Ketika kami naik, dua orang yang menahan beban tubuh kami akan berjalan mundur sambil menegangkan tali. Ketika kami turun, mereka melakukan hal sebaliknya.

(Ngerti gak gengs? Kayak sistem katrol gitu tapi gak pake katrol(?). Monmaap lah bahasanya, gue juga awam soal wall climbing gini 😢)

Kami semua tadinya tertawa tawa melihat ekspresi Wiguna yang sedikit takut waktu dikerek turun. Saat itu, gue tidak sengaja melihat ke arah dua orang yang menahan beban Wiguna. Tiba tiba, entah bagaimana tali yang terikat di tubuh kedua orang itu terlepas dengan cepat. Lalu...

"WUAAAAHHH!"













BRAK!














"WIGUNA!"














Gue menutup mata rapat rapat saat melihat Wiguna meluncur jatuh dari ketinggian 12 meter. Gue tidak berani membuka mata, apalagi saat teman teman gue meneriakkan nama Wiguna.

Gue ingin menangis...

"ASTAGFIRULLAH! GILA LO! UNTUNG GUE GAK MAMPUS!"

Loh? Suara Wiguna? Gue membuka mata namun masih menatap tanah.

"Maaf, kita juga kaget tadi simpulnya tiba tiba lepas! Alhamdulillah banget masih ketangkap talinya. Maaf banget maaf!"

Kali ini gue mengangkat wajah. Gue melihat Wiguna yang terduduk dan dikerubungi beberapa anak cowok.

"Nab? Lo kenapa?" Tanya Wendy sambil menggenggam tangan gue. "Ya ampun tangan lo kayak es! Nab, lo shock banget ya?"

"Ya Allah Nab, jangan nangis gitu dong hahaha!" Selvia menepuki gue.

"Tadi suara ngegebrak itu apaan?" Tanya gue sambil menghapus airmata.

"Tadi Wiguna ngeluncur jatoh beberapa meter, tapi karena talinya tiba tiba ketangkap, Wiguna jadi mental dan nabrak climbing wall-nya." Jelas Wendy. "Tapi dia oke kok, tuh liat dia jalan kesini."

Benar saja, Wiguna berjalan terseok menghampiri kami.

"Haduh tangan gue sakit!" Wiguna menjatuhkan dirinya di rumput. "Gue kira bakal mati— lo kenapa La?"

"Gapapa." Gue memalingkan wajah, malu.

"Nangisin lo tuh, takut lo kenapa napa." Kata Selvia.

"Et et, nangis gara gara gue? Wah gue tersanjung sih!" Wiguna mencolek colek lengan gue. "Mana liat sini? Ey, La, mana liat?"

"Engga." Gue menyembunyikan wajah.

"Eyyy, mana dong, jarang jarang gue ditangisin. Mana La, hey,"

"BERISIK ANJIR AH SEBEL!" Gue lalu berdiri dan berjalan menjauh.

"Eeh, mau kemana?" Wiguna tertawa.

"MAU KE TOILET!"



















======※======

Hi! Ho!

Akhirnya sampe ke pertengahan cerita!

Sejujurnya mah, for some reasons gue takut lanjutin ini wkwk. Tapi ya bakal diberesin sih tetep heheu. So I hope you'll be here until the end and you'll always enjoy this ride 💕

Thank you for reading dan jangan lupa vote ya sayangku! See u! 😘😘

Memento [Wonpil] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang