"Wuah, akhirnya belajar software juga!" Wiguna tersenyum puas saat kami memasuki lab komputer khusus untuk engineering design.
"Ini duduknya bebas nih? Atau sesuai urutan absen?" Tanya gue ketika melihat setiap meja yang diisi dua set komputer.
"Bebas kok. Duduk sama gue yuk, Nab?" Ajak Selvia sambil melingkarkan lengannya ke lengan gue.
"Dih tumben, Wendy sama siapa?" Gue bertanya balik.
"Sama si Chacha, lo sama gue ya?"
"Yaudah. Tapi bawain nih tas gue, gue mau ke toilet dulu."
"Okedeh."
Sekembalinya gue dari toilet, sebagian besar teman sekelas gue sudah duduk di tempatnya masing masing. Gue mengernyit waktu menyadari dimana tempat gue dan Selvia duduk.
"Sel, disini banget?" Gue langsung protes.
"Hehehehe." Selvia hanya tertawa, gue mau tidak mau duduk karena meja lain sudah terisi.
Omong omong, Selvia memilih meja paling depan, tepat di depan meja dosen. Lalu masalahnya, kalau dosen kami nanti menggunakan komputernya, beliau akan tepat berada di hadapan gue. Bagaimana nasibnya gue yang suka curi curi tidur ini, hah?
"Sel, temen lo lagi mikir tuh gimana caranya dia curi curi tidur." Celetuk Wiguna yang duduk di belakang gue.
"Justru sengaja gue pilih disini biar dia gak tidur mulu." Selvia tersenyum licik.
"Nyebelin emang." Gue mendorong kursi Selvia sampai menabrak dinding (kursi kami kursi beroda macam kantoran itu).
"Hahaha, maaf maaf. Udah jangan dorongin gue lagi, dosen kita tuh mau masuk." Benar saja, dosen kami sudah di pintu ruangan.
"Selamat pagi! Ini pertama kalinya kalian praktikum disini ya?" Tanya dosen kami yang serempak dijawab iya. "Semoga kalian bisa mengikuti ya. Ah, jangan lupa AC-nya dinyalakan semua. Ruangan bisa benar benar pengap dan panas setelah semua komputer dinyalakan."
Masalah nomor dua, ternyata gue duduk tepat dibawah AC yang swing mode-nya rusak sehingga hembusan anginnya benar benar tepat mengenai gue. Masalah nomor tiga, gue itu paling tidak kuat dingin dan sialnya hari ini gue tidak membawa jaket.
"Sel! Dingin ini!" Gue memekik pelan.
"Yah gimana dong? Gue gak nyadar kita harus pake AC sih." Selvia merasa bersalah. "Jaket gue nih, pake aja."
Gue akhirnya terpaksa bertahan dengan memakai jaket tipis Selvia. Begitu istirahat siang tiba dan dosen kami keluar ruangan, gue langsung mematikan AC.
"Nab, gapapa lo?" Selvia menatap khawatir gue yang dari tadi membersit hidung. "Maaf banget ya, mana kita harus duduk disini terus selama kita pake lab ini."
Iya, kami tidak bisa berganti tempat duduk karena ID kami langsung terkoneksi ke server utama untuk keperluan penilaian. Jadi ketika kami ingin berganti tempat duduk, kami harus lapor dahulu ke ruang server.
Merepotkan dan pastinya kami akan kena tegur petugas server.
"Yaudah Sel, gapapa. Besok gue tinggal bawa jaket." Gue tersenyum untuk menenangkan Selvia.
"Maaf banget pokoknya..." Selvia merangkul gue. "Makan yuk?"
Gue menggeleng. "Gue mau tidur aja, sakit kepala nih gara gara dingin."
"Jangan gitu lah, nanti lo malah masuk angin. Nitip apa deh, ntar gue bawain."
"Hm... batagor deh, jangan dipedesin."
"Oke. Tidur dulu sana, nanti gue bawain abis gue makan."
"Sip, makasih ya."
Setelah kira kira setengah jam gue tertidur, ada tangan yang mengguncang bahu gue. "La, bangun La. Pesenan lo nih."
"Hm? Wiguna? Kok lo yang nganterin?"
"Selvia takut bakal kelamaan, berhubung gue beresnya cepet, ya dia nitip ke gue."
"Oh, makasih deh."
"Mending shalat dulu sana, biar makan lo enak gak keburu buru."
"Okedeh."
Gue menurut dan pergi shalat di ruang loker. Lab ternyata kosong sekembalinya gue dari ruang loker, mungkin Wiguna juga pergi shalat.
Gue lalu duduk di lantai dan memakan batagor gue. Kalau menurut peraturan sih, seharusnya gue tidak boleh makan disini. Tapi berhubung gue malas keluar, jadilah gue harus sembunyi sembunyi seperti ini.
"Oh disini."
"Munculnya biasa aja ih!" Gue hampir tersedak waktu kepala Wiguna muncul di atas gue.
"Ya maap. Udah beres?"
"Udah. Buangin nih."
"Apaan lo nyuruh nyuruh? Buang sendiri."
"Becanda kali." Gue berjalan tong sampah yang tak jauh dari pintu. "Ah. Gue lupa gak beli minum."
"Ini gue beliin kok." Wiguna lalu mengeluarkan sesuatu dari sakunya. "Ini diminum juga."
"Obat sakit kepala? Ntar gue ngantuk gimana sih, gak dikasih obat aja gue ngantuk."
"Ini gak bikin ngantuk. Baca tuh ada kafeinnya."
"Tapi kafein bikin gue ngantuk, gue minum kopi ngantuk soalnya."
"Yaudah terserah jir."
"Hehe becanda, diminum nih." Gue lalu menenggak obat pemberian Wiguna.
"Sama ini nih, lo pake aja. Jaket yang itu balikin ke Selvia, kasian dia juga kedinginan." Kata Wiguna sambil menyodorkan jaket tebal.
"Ciat, perhatian banget ciat." Ujar gue sambil memakai jaketnya. "Jaket lo?"
"Makasih lo, bukannya malah ciat ciat."
"Iye, makasih bang, galak amat."
"Maaf kalo baunya aneh. Gue belum sempet cuci jaketnya."
Gue mengendus jaketnya. "Wangi kok? Wangi lo."
"Iya gue semprotin parfum gue dulu lah."
"White musk ya? Gue suka."
Wiguna terlihat kaget. "E-ehm, ya baguslah. Kalo lo mau tidur, tidur aja sekarang. Nanti gue bangunin begitu anak anak dateng."
"Yah, okelah."
"Jaket gue jangan diilerin."
"Engga lah. Eh gak tau deh."
"Resletingnya naikin biar anget."
"Iya udah."
"Hoodie-nya pake."
"Iya! Bawel kayak emak deh ih."
"La,"
"Apa lagiiii?"
"Berdoa dulu jangan lupa."
======※======
Wkwk keterusan nulis maafkeun :(
Do you still enjoy the ride? Udah mulai menebak ini akhirnya gimana?
Oh iya, gue kayaknya bakal update tiap hari buat work ini karena pengen cepet beres dan gak dipikirin lagi heheu. Jadi stay tune aja ya malem malem gini 😀
Yak sekian dari gue, jangan lupa votenya ya sayang sayangku! See u soon! 💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Memento [Wonpil] ✔
Fiksi PenggemarThings you left behind. September 6th, 2018. Sentimentrip Lane 3: Memento [Wonpil] © 2018, moonshimmy.