"Sensei! Tolong ke instalasi gawat darurat! Ada pasien kejang karena kelainan syaraf otak!" Seru salah satu perawat dengan terengah-engah ke ruangan Haru yang sedang memeriksa laporan kesehatan pasien.
"Lho, dokter yang jaga di sana?"
"Kami butuh anda." Jawabnya.
"Baiklah, aku akan ke sana." Haru berjalan cepat ke instalasi gawat darurat diiringi perawat laki-laki itu.
"Kagura-Sensei! Maaf aku harus memanggil anda, dia kejang sampai mengeluarkan darah dari hidung." Seru seorang dokter magang berambut hitam panjang dengan panik menoleh pada Haru.
"Ya, aku rasa kamu baru bertemu pasien seperti ini, Yamazaki-Sensei" Kata Haru sambil mendekati pasien.
"Rei, ini gawat sekali, apa dia bisa selamat?" Tanya dokter magang yang seorang lagi yang bertubuh besar dan rambut hitam seleher.
"Aku tidak tau Kei ada apa dengan syaraf otaknya ya?" Tanya Reishi menatap khawatir pada pasien itu.
"Kita akan melakukan rontgen, gejala yang dia tunjukkan adalah pembengkakan syaraf di otak, kalau terlalu parah, mungkin akan operasi. kamu sudah menyuntik dia?" Tanya Haru.
"Sudah Sensei, walau sempat patah tadi jarumnya." Jawab Reishi.
"Oke, kita bawa ke ruang rontgen setelah ini, Arisawa-Sensei, tolong hubungi ruang rontgen, dan Yamazaki-Sensei, bersihkan darah di hidungnya. "
"Baik!" Jawab Keita dan Reishi serentak.
Haru memperhatikan pasien baru itu yang mulai tenang. Tubuhnya kurus dengan rambut coklat gelap yang panjang dan menutupi matanya. Kira-kira umurnya mungkin masih 17 tahun. Tapi terlihat lebih muda karena kulit yang pucat dan tubuh yang kecil.
"Yamazaki-Sensei, tolong temui keluarganya dan tanyakan segala hal tentang riwayat penyakitnya, agar kita tidak salah mengambil keputusan nanti." Kata Haru sambil menepuk pundak Reishi.
"Baik Sensei." Reishi mengangguk dan berjalan cepat keluar ruangan.
"Ruangan sebentar lagi siap Kagura-Sensei, kita bisa bawa dia sekarang ke sana." Kata Keita.
"Oke, ayo kita bawa sekarang." Kata Haru sambil berbalik.
Keita dan beberapa perawat di sana mengangguk dan mendorong tempat tidur pasien itu keluar ruangan menuju ruang rontgen.
"Sensei." Reishi memasuki ruangan di mana Haru duduk membaca rekam medis pasien baru tersebut.
"Yamazaki-Sensei, bagaimana laporannya?" Tanya Haru sambil berdiri.
"Pasien bernama Sakurai Aki, umur 17 tahun. Sebelumnya dia pernah kecelakaan motor dan cedera berat di kepala. Waktu itu umurnya 16 tahun, dan setahun ke belakang, dia sudah mengeluh kepalanya sering sakit tapi karena setelah meminum pain killer dia kembali nyaman sehingga keluarga tidak begitu mencemaskannya. Dan tadi ayah pasien yang mendapati Sakurai-san kejang-kejang di tempat tidurnya dan langsung membawanya ke sini."
"Apa waktu itu dia sempat koma? Setelah kecelakaan?" Tanya Haru sambil berdiri.
"Ya, sekitar 2 hari. Dia dirawat dan rehabilitasi lebih dari sebulan, tengkoraknya retak. Kata keluarganya saat pulang dari rumah sakit, dia sudah sembuh total."
Haru meremas kertas kosong yang ada di dekat tangannya dan melempar dengan marah ke tong sampah. "Sembuh total selama kurang dari 2 bulan? Rumah sakit di mana itu?? Aku tidak sabar menunggu rontgennya untuk membuktikan kalau tengkorak Sakurai-san belum 100% sembuh."
Reishi menatap Haru yang marah dengan sedikit takut. Haru memang terkenal dengan sifatnya yang dingin, tegas dan mudah marah. Marah di sini bila dia mendapati kelalaian dokter atau perawat dalam bekerja. Memang pantas menjadi kepala bagian Neurologi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Time I Have For You (Yaoi) [Completed]
RomanceHaru dikejutkan oleh pasien kritis yang datang tengah malam ke Instalasi darurat. Kemudian ketika pasien itu diputuskan untuk dirawat, Haru diperintahkan menjadi dokter penanggung jawabnya. Namun pasien bernama Aki, yang menderita penyakit kelainan...