empat.

496 56 10
                                    

Davin mematung di balik pintu kamar Kevin, hatinya terasa begitu perih mendengar penolakan dari kakaknya sendiri, Davin sama sekali tidak pernah menginginkan di lahirkan jika dia harus mengambil nyawa ibunya sendiri, apalagi setelah itu dia tidak pernah di anggap oleh siapapun, tapi walaupun begitu Davin sangat menyayangi Kevin sebagaimana seorang adik yang menyayangi kakaknya.

Sejak Davin kecil dia selalu menjadi kan Kevin sebagai idolanya, kakaknya sangat membenci kehadirannya, tidak menginginkan dirinya terlahir di dunia ini, namun itu semua tidak mengurangi perasaan Davin kepada kakak satu-satunya itu.

dan kevin adalah wali tunggal dari Davin, ayahnya yang beberapa tahun lalu baru saja menyusul sang ibu, membuatnya semakin merasa jika hidupnya semakin terasa berat.

🍁🍁🍁

Matahari sudah mulai meninggi, Davin memarkirkan mobilnya di seberang jalan sedikit jauh dari gerbang sekolahnya, "Elah, harus ya gua telat lagi", Davin mengusap kasar wajahnya dan kemudian segera turun dari mobil mewahnya.

Davin menyeberang menuju ke sekolah nya dan Davin mengamati keadaan di sekitarnya, "gak ada cara lain selain gua keluar in jurus cicak andalan gua", konyol dan bodoh, itu adalah sifat yang tidak akan pernah jauh dari Davin santoso.

setelah berhasil masuk ke lingkungan sekolah Davin dengan jurus kedua andalan miliknya ya itu k
Jurus 'langkah seribu' ahirnya menghilang menuju sebuah tempat persembunyian yang kini sudah tidak rahasia lagi, ini adalah tempat satu satunya yang menjadi tempat persembunyian Davin jika ia sedang membolos.



Sekitar dua jam, Davin ahirnya keluar dari tempat persembunyiannya, bel istirahat sudah berbunyi, semua siswa di SMA Garuda dengan semangat keluar dari kelasnya masing-masing, di saat-saat seperti inilah Davin bisa berbaur tanpa harus takut jika akan ada guru yang tahu bahwa tadi dirinya sudah bolos selama dua mata pelajaran berturut-turut.

Davin masuk ke kelasnya dengan langkah yang santai seolah dirinya tidak memiliki dosa, sementara sang sekretaris galak nan judes sudah berdiri sambil melipat tangan di depan dadanya menunggu sang maniak kelas sampai ke hadapannya, bukannya merasa takut atas kesalahannya Davin malah dengan sengaja memamerkan senyuman paling lebar yang selalu dia tebar setiap hari saat dia bertemu dengan Adeeva, senyuman percaya diri yang menjadi andalan Davin tidak berpengaruh untuk Adeeva, jika gadis lain yang di beri senyuman seperti itu mungkin akan langsung luluh dan bertekuk lutut di hadapan Davin, namun ini adalah Adeeva, sang sekretaris paling galak namun tetap terlihat manis di mata Davin.

"Gak usah nyengir kaya gitu, kamu bukan model iklan pasta gigi kan?, tiap hari telat mulu, pasti kamu abis merokok di gudang belakang sekolah lagi ya?", sepeti yang Davin perkirakan, Adeeva akan langsung memarahinya.

"So uzon!, gak baik sayang kamu nuduh pacar kamu kaya gitu, buktinya apa?, lagi pula aku ini kan good boy", Davin kembali memberikan senyuman jail sambil menaik turunkan alisnya, Davin tahu jika Adeeva sudah sangat kesal namun Davin juga tahu jika Adeeva bukan orang yang akan percaya begitu saja dengan Kata-kata nya.

"Kamu itu bolot ya, itu kuping sekali-kali di pake kenapa sih, jangan cuma di Jadi in hiasan, yang pertama aku ini bukan siapa-siapa kamu jadi jangan sok-sok an panggil aku sayang", Adeeva menunjukan jari telunjuknya dan kemudian jari tengahnya, "yang ke dua, dari jarak lebih dari dua puluh senti meter aja udah ke cium kalau kamu itu bau asap rokok, masih mau bohong", Adeeva mengangkat alis sebelah kanannya dan mengangkat dagunya seolah dia sudah menang telak dari Davin.

Hening...
Mereka berdua tidak mengatakan apapun lagi selain saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain dan saat mereka saling menatap tiba-tiba saja ada seseorang yang masuk ke kelas.

"Adeeva pulang sekolah nanti ada rapat OSIS, ketua bilang semua anggota di harus kan hadir"

"Siswa gak punya sopan santun banget sih, gua lagi ngomong sama dia, minta ijin duku ke, kalau gak basa basi dikit ke"

"Ngapain gua harus ijin sama lo, emang lo siapa nya Adeeva?, pacarnya?, tunangannya?, bukan kan? Jadi gak udah sok berlagak kaya gitu", emang beber sih apa yang di katakan anggota OSIS tersebut, mau Adeeva ngomong sama siapa kek, mau jalan sama siapa atau mau makan sama siapa?, itu bukan urusan Davin, namun Davin tidak terima saat dirinya jelas ada namun tidak di anggap sama sekali, semua orang sama saja kecuali Adeeva, dia adalah satu-satunya orang yang selalu mencarinya saat dirinya tidak masuk sekolah, menanyakan kemana dia pergi dan kenapa dia tidak masuk ke kelas, memarahinya ketika Davin salah dan itu semua adalah tanda jika Adeeva mempedulikannya, menganggapnya ada di dunia ini, itulah yang membuat Davin selalu berbuat konyol di Depan Adeeva dan mendebat semua yang di ucapkan oleh Adeeva, itu semua di lakukan Davin tak lebih karena dia ingin ada yang memperhatikannya.

Davin tidak keberatan terlihat bodoh dan konyol di hadapan Adeeva, yang penting Adeev akan terus memperhatikannya.

"Oke thanks ya Ardi, nanti aku datang", Adeeva tersenyum saat Ardi melambaikan tangan kepadanya.

"Ngapain sih senyum senyum kaya gitu, ke aku aja gak pernah, yang ada judes mulu"

"Suka-suka aku dong, bibir-bibir aku", Adeeva berlalu begitu saja meninggalkan Davin yang masih menatap punggung Adeeva yang mulai menjauh.

"Som'mbong amat, untung gua suka kalau gak, gua peluk lo", setelah itu Davin menuju kursinya untuk meletakan tasnya yang masih menggantung di punggungnya.

BESOK UP LAGI...

Sekarang emang masih lebay, di bagian selanjutnya konflik akan semakin besar dan kalian akan bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan Davin.

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENTARI YA ....

AlzheimerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang