empat puluh satu

367 21 0
                                    

Di play ya vidio di atas, sambil baca sambil dengerin musik nya yang sedih...

Musuh yang panik ahirnya menembak Davin yang berlari ke arahnya, pada awalnya musuh itu ingin menembakan peluru ke pada Kevin namun karena Davin di anggap akan membahayakan dirinya ahirnya musuh menembakan dua peluru tepat di dada dan perut nya.

Kevin terpaku dan hanya mampu mematung selama beberapa detik sebelum suara gerombolan orang masuk membuat hatinya sedikit lega.

Setelah beberapa detik Davin terkapar di lantai polisi masuk sambil mengacungkan senjatanya ke arah ke empat preman tersebut, anggota polisi yang lain dengan cekatan mengamankan semua pelaku.
Kevin yakin bi Aminah lah yang sudah menghubungi polisi untuk membantu nya

Kevin menghampiri Davin dan kemudian mengangkat kepala adiknya dan memangkunya, darah segar terus keluar dari luka yang di hasilkan oleh peluru yang menembus tubuh Davin.

"Davin... Maaf kan kakak Dav, kamu harus bertahan. SIAPAPUN... CEPAT HUBUNGI AMBULANCE" dengan cepat bi Aminah menghubungi ambulance untuk membawa Davin ke rumah sakit.

Kevin mencoba menahan air matanya yang sudah nyaris tak bisa ia bendung lagi. "Kamu harus bertahan untuk kakak Dav, kakak ingin menebus semuanya, kakak salah, kakak yang salah selama ini sudah bersikap bodoh dan menjadi orang pengecut, kakak akan memperbaiki semuanya dan kita akan mulai dari awal, kamu mau kan?"

Davin meringis menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya, sekuat tenaga ia menahan agar dirinya tetap sadarkan diri.

bayangan delapan belas tahun yang lalu kembali berputar di kepala Kevin, dia tidak bisa kehilangan Davin, dia tidak akan pernah bisa.

"Aku ingin kakak bahagia, aku akan menjadi adik yang penurut" Davin kembali meringis dan Kevin menutup luka yang ada di perut Davin menggunakan telapak tangannya, Kevin bisa merasakan darah yang mengalir melewati sela jari-jari tangannya.

"Apa maksud kamu?" Kevin menatap wajah adiknya yang babak belur dan matanya yang sudah terlihat sangat sayu.

"Apapun permintaan kakak dulu akan segera aku lakukan"
Kevin berpikir keras dan mencoba mengingat-mengingat hal apa saja yang pernah ia ucapkan, tengkuknya terasa dingin dan perut Kevin terasa sakit, dulu Kevin sering sekali menyalahkan Davin dan mengatakan dia akan suka jika Davin yang mati dan bukan ibunya.

Kevin menggeleng kan kepalanya berharap Davin tidak akan melanjutkan ucapannya, sebelum Davin benar-benar berbicara Kevin lebih cepat memotong ucapannya "kamu bilang ingin menuruti apa yang aku ucapkan kan?, kalau begitu lupakan semua yang pernah kakak ucapkan dan jangan bicara dulu, usahakan agar kamu jangan sampai kehilangan kesadaran, ambulance sebentar lagi sampai" Davin menatap wajah kakaknya yang terlihat begitu jelas di mata Davin, dia juga sangat menikmati pelukan pertama kakaknya setelah hampir sembilan belas tahun dia hanya bisa membayangkan itu semua.

Kevin sangat heran kemana semua orang di saat genting sepeti sekarang ini, semua keamanan seolah hilang di telan bumi, Kevin bersumpah akan memberikan perhitungan pada siapapun yang sudah melakukan kelalaian.

......

Tak lama ambulance datang dan beberapa orang turun menuju Kevin dan Davin.
Davin masih sadar namun dirinya tidak punya tenaga sedikitpun untuk bergerak.

Mobil ambulance langsung melaju setelah Davin dan Kevin sudah berada di dalam mobil yang sirine nya sedang meraung raung memerintahkan agar pengendara di jalannan memeberikan ruang agar ambulance bisa cepat sampai di rumah sakit.

Kevin menggenggam tangan Davin yang terasa dingin, mata hari sudah tinggi membuat keringat dengan deras bercucuran.
"Kak??" Davin memanggil Kevin dengan lirih dengan suara seraknya seolah Dia tidak ingin kehilangan perhatian sedikit pun dari Kevin.

Kevin menatap mata adiknya yang sipit, dulu dia sangat membenci mata itu namun sekarang dia merasa mata itu indah dan memang terlihat indah walaupun luka di alis fan di pelipis Davin sedikit membuat Kevin ikut merasa linu.

"Apa aku mirip dengan ibu?, aku hanya ingin tahu mereka bilang wajahku tidak mirip dengan ayah atau dengan kakak" Kevin mengetatkan genggamannya.

Kevin mengangguk antusias "Iya kamu mirip dengan ibu, mirip sekali. Bahkan Kadang kakak iri denganmu karena kamu memiliki semuanya dari wajah ibu" Kevin tersenyum miris dan Davin malah tersenyum lebar dengan matanya yang terlihat menyipit.

Sudah hampir sepuluh menit ambulance masih belum sampai di rumah sakit, ini sudah sangat lama dan Kevin khawatir dengan keadaan Davin sekarang.

Kevin merasakan genggaman tangan Davin mengendur dan di lihatnya mata Davin yang sudah tertutup, Kevin panik bukan main, beberapa kali Kevin memanggil Davin berharap Davin hanya menutup matanya sebentar namun Davin tak membuka matanya lagi, wajahnya sudah semakin pucat dan tangannya sudah terasa sangat dingin.

"Dav bangun Dav... bangun dan jangan membuat kakak khawatir!!, kakak minta buka mata kamu sekarang juga DAVIN SANTOSO!!!..." Kevin berteriak namun Davin masih tak berniat untuk bangun.

Setelah sampai di rumah sakit para perawat berlari menuju Davin, para perawat itu kemudian mendorong ambulance stretcher dengan cepat, merasa kecepatan berlari para petugas sangat lambat Kevin ahirnya membantu dan beberapa kali meminta Davin untuk bertahan.

Kevin tidak bisa masuk saat petugas memintanya agar menunggu di luar ruang UGD.

Kevin hanya menatap kosong pintu UGD yang berada tepat di hadapannya, kemudian Kevin melangkah dan menyenderkan punggungnya kepada dinding rumah sakit yang berwarna putih.
Kevin menatap langit-langit dan kemudian memejamkan matanya, Kevin membenturkan kepalanya beberpa kali ke dinding yang ada di belakangnya, matanya terasa panas dan berair, satu tetes berhasil lolos dan kemudian Kevin membiarkan tubuhnya jatuh dan terduduk di lantai, Kevin menatap telapak tangannya yang berlumuran darah Davin yang masih begitu segar, begitu banyak hingga mengenai kemeja nya saat ini.

Kevin menangis dan dia tidak malu dengan apa yang dia lakukan, adiknya sekarat di dalam dan itu karena dia gagal untuk melindunginya.

"Maafkan Kevin bu, Kevin tidak pernah menyayangi Davin seperi apa yang ibu minta, Kevin juga gagal melindungi dia, Kevin malah menjadi kakak yang jahat untuknya bu... maafkan Kevin"

Bersambung......

AlzheimerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang