tiga puluh enam

348 26 0
                                    



Kevin membuka pintu kamar Davin yang sedikit terbuka, Kevin mulai melangkah masuk dan menemukan Davin yang sedang meringkuk di balik selimut tebal, hatinya mulai merasa nyeri saat mengingat percakapannya dengan Alisa barusan.

"Alisa benar Dav, kebiasan kamu memang mirip dengan kakak, dasar anak nakal" Kevin tersenyum kecil dan kemudian menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Davin hingga ke atas dadanya.
"Kamu bisa kehabisan nafas kalau sepeti tadi"
Kevin tersenyum lagi saat dirinya teringat dengan ucapan ibunya kepadanya saat dirinya suka sekali tidur dengan menutup kan selimut sampai ke kepala.

Jangan tutupi kepala kamu dengan selimut tebal ini, nanti kamu bisa kehabisan nafas, dasar anak nakal...




.........

Kicauan burung di pagi hari menemani Kevin yang sedang membaca koran sambil duduk sambil menunggu sarapan siap.

"Tumben hari ini ada di rumah, biasanya mas Kevin selalu ada urusan walaupun di hari minggu sepeti sekarang?"

Kevin melipat korannya dan kemudian meletakan koran tersebut di dekatnya "lagi pengen makan di rumah aja bi, udah lama banget gak pernah seperti ini"

Saat Kevin sedang mengobrol santai dengan bi Aminah tiba-tiba saja Davin berlalu begitu saja  dengan menggunakan seragam sekolah tanpa melihat ke arah Kevin, mengabaikan tatapan dua pasang mata yang melihatnya penuh dengan rasa kebingungan.

"Mas Davin mau kemana pake seragam sekolah, ini kan hari minggu mas, hayo lupa lagi ya?"

Kevin masih diam tak berkomentar, memperhatikan Davin yang sedang memeriksa apa yang ada pada dirinya dan mengingat-mengingat semuanya.

"Ini hari minggu?, memangnya iya?"

Sebelum bi aminah menjawab Kevin lebih dulu memotong "Davin ayo duduk dulu di sini, kakak ada sesuatu buat kamu"

Davin tampak tak percaya dengan apa yang ia dengar, Kevin baru saja memanggilnya dan memintanya duduk bersama di meja makan, ini luar biasa dan terasa sepeti mimpi bagi Davin.

Melihat Davin yang masih diam terpaku tanpa maju selangkah pun Kevin kembali bicara kepada adik yang selama delapan belas tahun ia atap tak pernah ada di dunia ini.
"Kamu mau duduk sendiri apa mau kakak seret?"

Dengan kebingungan super ahirnya Davin memberanikan diri untuk mendekat dan berharap jika pendengarannya benar jika telinganya salah Davin harus siap medapatkan bogem mentah dan sumpah serapah dari mulut kakaknya.

"Sarapan dulu, setelah ini kita akan pergi bersama dengan Kirana dan Alisa"

Alisa?
Alisa siapa?

Kevin bisa melihat raut kebingungan dari Davin "dr. Alisa" tambah Kevin lagi.

Kejutan luar bisa di pagi hari ini, pertama  Kevin mau bicara dan sarapan bersama dengannya, ke dua mereka berempat akan pergi jalan-jalan dan yang terahir apakah Kevin mengenal Alisa?, tapi bagaimana bisa mereka saling mengenal?.

"Habiskan sarapan kamu, kita akan pergi ke tempat yang jauh jadi kamu harus banyak makan"

Mata Davin terasa panas dan sudah memerah "apa aku mimpi?, atau aku sudah menjadi gila karena terlalu berharap kakak melakukan hal seperi ini kepadaku, opsi kedua lebih masuk akal sepertinya aku memang sudah gila"  hatinya bergumam kemudian Davin mengusap air matanya yang mengalir deras dengan menggunakan punggung tangannya.

Bi aminah yang berdiri di samping Davin iseng memasukan jari telunjuk Davin ke dalam teh panas yang ada di dekatnya.

Davin berteriak saat merasakan panas di telunjuknya dan menatap bi aminah yang sedang menatap nya seolah berkata jangan banyak berpikir, cepatlah sadar dan lihatlah jika ini bukanlah mimpi
Sedangkan Kevin hanya menatap datar kedua manusia yang kadang terlihat begitu kompak sepeti pasangan kekasih dan kadang terlihat aneh sepeti sekarang ini.

Davin berhambur memeluk Kevin yang berada di hadapannya, Kevin sempat terkejut dan setelah itu dia mulai membekas pelukan Davin yang sedang bergumam tak jelas namun Kevin bisa mendengar beberpa kali Davin mengucapkan terimakasih dan maaf kepadanya.

Bersambung......

AlzheimerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang