tiga puluh delapan

366 21 0
                                    






Kirana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Davin dan teman lamanya Alisa yang terlihat sepeti sahabat ketimbang dokter dan pasien.

Kevin yang baru saja sampai di bawah rambatan pohon anggur yang memperlihatkan juntaian anggur yang terlihat begitu menggoda air liburnya untuk menetes.
Saat dirinya hendak mengambil satu ranting anggur yang berada di hadapannya indera penglihatannya lebih tertarik dengan interaksi yang di lakukan oleh Alisa dan Davin, terlihat begitu dekat dan dirinya sebenarnya iri melihat kedekatan mereka berdua, Davin terlihat lebih terbuka kepada Alisa di bandingkan kepada dirinya.

Kevin bisa melihat tawa yang lepas milik Davin dan itu membuat sebuah sudut di hatinya menjadi ikut bahagia, ya hanya sudut dan sebagian besar hati Kevin merasa cemburu, cemburu kepada adik kandungnya yang sudah jelas hanya berstatus sebagi pasien saja, Kevin tahu seharusnya hatinya tidak sepeti itu dan sekuat yang ia bisa Kevin sembunyikan semua emosi yang kini sedang menyelimutinya.

Kevin tersenyum ke arah Davin yang kini sedang berjalan menyusuri kebun anggur yang sebenarnya milik dari keluarganya, Kevin tidak memberitahu semuanya karena dia anggap tidak penting menjelaskan ini miliknya atau bukan.

"Apa kamu bahagia?" Davin menatap seseorang yang kini sedang berdiri di sebelahnya yang sedang tersenyum lembut ke arahnya, Davin membalas senyumannya dengan senyuman lebar.

"Iya aku senang, apa kakak sudah ta_" belum selesai Davin dengan kalimatnya Kevin sudah terlebih dahulu menjawab dengan anggukan kepala sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana miliknya.

"dr. Alisa yang memberitahu ku" Ekspresi Davin berubah menjadi Datar, Kevin tidak bisa membaca suasana hati Davin sekarang yang jelas hatinya mulai merasa ada yang salah "dr. Alisa pasti sudah memberitahu kakak kalau sebentar lagi aku akan mati makannya sekarang kakak berubah baik, jika kakak sepeti ini karena mendapat paksaan dari dr. Alisa lebih baik kakak berhenti melakukannya, aku lebih suka kakak mengabaikan ku daripada kakak harus berbohong seolah-olah kakak perduli" Davin berlalu melewati tubuh Kevin yang masih diam tak menjawab sepatah katapun dan meninggalkan Kirana dan Alisa yang menatap bingung kepergian Davin, Alisa menatap Davin dengan tatapan penuh pertanyaan saat melihat Davin pergi denagn raut kekecewaan.

Kevin menyesal karena tadi telah menganggukan kepala, emosi Davin memang tidak stabil dan gampang sekali tersinggung dan Kevin sangat tahu itu harusnya dia bisa lebih berhati-hati dalam bersikap atau berucap karena hal kecil saja bisa membuat Davin salah paham kepadanya.

"Davin kenapa?" Kevin masih membisu dan hanya mampu menatap rumput yang ada di sekitarnya, Kevin harus menjawab apa, dia tak tahu, sebab Alisa masih belum tahu jika Davin adiknya dan jika dia menjelaskan yang sebenarnya dia pasti akan curiga dan setelah itu Alisa pasti akan marah besar kepadanya.

Kirana kemudian mendekati Kevin dengan kebingungan yang sama.

Alisa menyusul Davin yang sudah terlihat jauh dan di ikuti oleh Kirana yang menatapnya denagn kemarahan, Kevin masih mematung dan penggabungan berbalik melihat kepergian mereka semua.

"Davin...tunggu...!!" Davin masih enggan untuk menghentikan langkahnya, Davin mendengar teriakan Alisa namun kekecewaannya terhadap Kevin membuatnya berpikir dua kali untuk menghentikan langkahnya, kakaknya tidak benar-benar menyayangi  dirinya, Kevin masih belum berubah, Kevin hanya ingin Alisa bersimpati kepadanya, Davin tahu saat Kevin menelepon Alisa tanpa di ketahui Davin berada tepat di belakang Kevin, sengaja menguping kenapa kakaknya tiba-tiba saja menjadi baik, dan saat Davin mengetahui jika Alisa adalah mantan kekasih kakaknya di SMA dulu membuatnya sedikit curiga namun Davin masih bersikap seolah-olah tidak tahu apapun, namun kali ini hatinya ingin sekali bertanya apakah yang di lakukan kakaknya semata-mata hanya karena Alisa dan kebisuan Kevin telah menjawab semuanya.

"Davin berhenti saya bilang!" Alisa bisa menyusul langkah Davin setelah ia berlari setengah mati di temani oleh Kirana yang tertinggal beberpa langkah di belakangnya yang kini sudah sampai di sampingnya.

"Ada apa?, apa Kevin mengatakan sesuatu?" Alisa menggerakkan bahu Davin saat nafasnya sendiri masih tersenggal-senggal, Alisa tahu nama paling sensitif yang bisa membuat susana hati Davin menurun "apa Kevin mengatakan sesuatu tentang Kakak mu?"

Davin semakin merasa asing saat Kevin ternyata masih belum bisa menerimanya sebagi adik, pantas saja di dalam mobil tadi tidak ada embel-embel kakak.

"Tidak apa jika kamu masih belum mau untuk menceritakannya, lain kali saja, aku pasti mendengarkannya" Alisa memeluk Davin, Davin sendiri hanya diam enggan membalas pelukan Alisa.

"Aku mau sendiri" Alisa melepaskan pelukannya dan menatap wajah Davin sesaat setelah diri nya mundur satu langkah, ucapan Davin terdengar dingin tak sepeti biasanya.
"Aku ingin sendiri untuk sementara waktu, jadi jangan ganggu dan cari aku"

"Apa kamu yakin Dav, kakak tidak mau kamu kenapa-kenapa" Kirana memegang lengan Davin yang terasa berkeringat padahal cuaca di sini sangat dingin.

"Aku yakin, kak kirana tidak perlu khawatir ingatan ku sudah jauh lebih baik sekarang" setelah melepaskan tangan Kirana yang mencengkeram kuat lengannya ahirnya Davin pergi tanpa menoleh kembali lepas Alisa dan kirana.



🍁🍁🍁

Sudah lewat pukul tujuh malam Davin masih belum kembali, Alisa dan kirana sudah bergantian menghubungi Davin namun hasilnya sama Davin tidak menjawab panggilan dari mereka.

Alisa bangkit membuat Kirana memandangnya seketika, "kamu mau kemana Al?"

"Menemui Kevin, aku ingin tahu apa yang sedang dia lakukan saat ini" Kirana hanya mengangguk enggan untuk berkomentar atau menanyakan hal lainnya, pikirannya sudah terkuras oleh Davin yang saat ini masih belum juga kembali.


......

Kirana mengetuk pintu kamar Kevin yang sejak tadi masih tertutup rapat, tak lama pintu mulai terbuka dan menampakan sosok tinggi tegap yang kini terlihat begitu lain dari Kevin yang biasanya, dia terlihat sepeti Kevin delapan belas tahun yang lalu, dingin, keras, temperamental, emosional dan tentu saja berekspresi dingin.

"Apa yang kamu lakukan, Davin belum kembali dan kamu hanya diam tidak melakukan apapun, Davin pergi setelah dia bicara denganmu tadi, aku hanya ingin tahu apa yang kalian bicarakan sampai Davin pergi, setidaknya jelaskan sesuatu agar aku mengerti dan tahu bagaimana cara untuk mengerti Davin?"

Saat Kevin berpikir untuk menceritakan semuanya kepada Alisa dari kejauhan terlihat Davin yang sedang melangkah pelan menuju ruang tengah.

Alisa meninggalkan Kevin yang sejak tadi hanya diam sepeti orang bisu dan tuli seolah-olah dirinya yak mendengar apa yang di tanyakan oleh Alisa dan tak bisa mengatakan apapun untuk membuat semuanya menajdi jelas.

"Kamu kemana saja, kita semua khawatir di sini?"



Bersambung...

AlzheimerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang