Dua puluh Dua

340 22 8
                                    

Davin terlihat murung dan tenang, biasanya dia akan menghabiskan waktu nya untuk menggoda Adeeva namun sekarang Davin hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan yang kosong.
Adeeva tidak bisa berbohong jika dia kehilangan Davin yang dulu selalu terlihat petakilan.

Sudah beberpa hari ini Davin terlihat sedikit aneh, kelakuan dan ucapannya kadang membuat Adeeva mengerutkan keningnya untuk mencerna semua yang di sampaikan oleh maniak kelas yang menjadi idola semua kaum hawa di sekolahan ini, dia bahkan sering bengong tidak sadar dengan apa yang ada di sekelilingnya.

"Deev jika suatu saat nanti aku berubah dan tidak lagi bisa mengenali siapapun termasuk kamu, aku harap kamu tidak akan pernah pergi dan akan terus ada di samping ku, walaupun nanti kemungkinannya aku tidak akan pernah bisa seperti sekarang lagi"


Ucapan Davin tempo hari kembali membuat otak Adeeva bekerja dua kali lebih keras,
Saat itu Adeeva benar-benar bingung untuk bereaksi seperti apa, Adeeva lebih  diam sambil menatap Davin yang terlihat begitu aneh, dan sekarang Davin malah terlihat semakin memprihatinkan, dia lebih sering melamun dan terkadang dia tidak pernah merespon siapapun yang mengajaknya berkomunikasi.

"Ingat Deev ini hanya umpamanya saja, jika di pikir-pikir mana mungkin aku tidak mengenali kalian semua"  Davin kemudian bangkit dan pergi meninggalkan Adeeva.


Adeeva benar-benar ingin menanyakan kenapa Davin belakangan ini menjadi murung dan aneh, namun gengsi Adeeva lebih besar dan dia lebih memilih menelan mentah-mentah pertanyaannya di bandingkan harus mendapatkan reaksi GR dari Davin.

...
Semua siswa di sekolah ini sudah meninggalkan kelasnya masing-masing, tinggal hanya Adeeva yang masih betah memperhatikan Davin yang masih asik dengan lamunannya, sudah lebih dari beberapa jam dan Davin masih tidak sadar jika di sebelahnya ada seorang gadis yang menatapnya bingung dan berbagai pertanyaan yang ingin sekali dia keluarkan sekarang juga.

Davin menghela nafasnya berat dan mulai memakai tasnya kemudian beranjak meninggalkan Adeeva begitu saja, Adeeva yang merasa tidak di anggap langsung protes, tidak mungkin kan dirinya yang berada tepat di sebelahnya tidak terlihat sama sekali.

"Davin!..." teriak Adeeva lantang.

Davin terkejut bukan main saat dia berbalik badan dan melihat Adeeva duduk di tempatnya.

bukannya tadi Davin sendirian?

sejak kapan nyonya sekertaris galak ini berada di situ?, apa yang dia lakukan?, apakah dia tidak pulang? Dan masih banyak lagi tapi Davin hanya menanyakan beberpa pertanyaan saja.

"astagfirullah halazim, kamu ngapain di situ yang?, Bikin kaget aku aja, emangnya kamu belum pulang?, kok aku gak sadar kalau kamu ada di situ?"

Adeeva sedikit gelagapan memikirkan alasan yang tepat, mana mungkin dia mengatakan jika sedari tadi dia duduk dan memperhatikan Davin yang sedang melamun, nanti yang ada Davin besar kepala, mungkin Davin akan langsung mengklaim Adeeva telah menaruh hati kepadanya, ya walupun memang sebenarnya iya.

"Tadi aku nyatet dulu, males kalau harus nulis di rumah" jawab nya sekenanya.

Davin hanya membentuk huruf vokal o tanpa mengeluarkan suara sembari sedikit menganggukkan kepalanya tanda mengerti "ya udah, aku pulang dulu ya, kamu bawa motor kan?"

Adeeva mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Davin, "baiklah kalau begitu, bawa motornya jangan ngebut ya, aku duluan, Muach" sambungnya sambil memberikan cium jauh dan tak lupa senyuman khas yang membuat matanya terlihat seperti bualan sabit.

Adeeva muali terbiasa dengan tingkah Davin, bahkan dia sudah tidak takut lagi jika nanti akan ada para wanita yang melabraknya karena tidak suka dirinya dekat dengan dengan idola kesayangan mereka selama ini.

perasaannya tidak bisa di bohongi, Adeeva rindu saat dia tidak melihat Davin, bahkan kemarin saat Davin tidak masuk sekolah dan tanpa keterangan yang jelas, Adeeva menjadi orang pertama yang khawatir pada berandal kelas yang dulu sangat dia benci itu, dia memang kadang kesal tapi Adeeva juga tidak suka jika Davin terlihat seperti orang asing  it so crazy.






                Bersambung.........


AlzheimerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang