Dua puluh enam

343 23 2
                                    

Setelah bi Aminah menutup pintu kamar Davin dia tidak sengaja berpapasan dengan Kevin yang seharusnya belum berada di rumah di jam-jam seperti sekarang ini, Kevin memang sengaja pulang lebih awal dari biasanya, entah kenapa hari ini dia tidak bisa berkonsentrasi sedikitpun, Kevin selalu gelisah dan merasa tidak tenang.

Kevin sempat menatap kotak yang di pegang oleh bi Aminah yang sekarang sudah pergi ke dapur setelah menyapa Kevin beberapa saat yang lalu, ah mungkin bi Aminah baru saja mengganti persediaan obat-obat lama dengan yang baru. Setelah itu Kevin naik ke tangga lantai atas menuju kamarnya.

Davin kamu kemana saja, sudah seminggu ini kamu sulit di hubungi

Ucapan dokter itu terus saja terngiang-ngiang hingga saat ini, ada apa sebenarnya?.

Berkali-kali Kevin menggelengkan kepalanya berharap bisa mengusir pemikirannya yang tidak berguna itu.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian Kevin pun memilih untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan di ruangan khusus untuk bekerja yang sengaja di disain tepat berada di dalam kamarnya.

Smartphone Kevin bergetar yang menandakan ada sebuah pesan singkat masuk ke dalam smartphone miliknya.

"Berhati-hatilah aku akan segera memulai permainan yang bisa saja membuat mu menyesal karena telah membuatku marah"

Kevin menekuk alisnya hingga muncul garis-garis halus di kening laki-laki yang selalu cemberut itu, Kevin mencoba menelpon nomor yang tidak di kenal yang beberapa detik yang lalau sudah mengirimkannya pesan yang sudah sangat jelas berniat untuk meneror Kevin.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.

"Sial!" Maki Kevin sambil mengacak-ngacak rambutnya, Kevin mencoba menebak-nebak siapa yang berani-beraninya mencoba mengintimidasi Kevin, Kevin baru teringat satu nama yang membuatnya tersenyum sinis. "Yang seharusnya berhati-hati itu kamu, dasar bodoh. Berani-beraninya kamu mengancam saya dengan cara murahan seperti ini, saya yang akan memastikan kamu akan benar-benar membusuk di penjara, kurang ajar!!.

Kevin kembali membuka laptopnya yang tersimpan di atas meja kerjanya, jari Kevin muali menari-nari di atas keyboard dan layar laptop mulai menunjukan sesuatu yang sulit untuk di jelaskan, namun yang jelas Kevin sedang berusaha meretas satu Akun pribadi milik seseorang yang di duga sudah berani bermain-main dengan macan yang sedang kelaparan.

Senyuman dingin menjadi semakin jelas terukir di bibir Kevin, "dasar bodoh!, mudah sekali membobol Akun pribadi mu, dengan seperti ini saya hanya tinggal menunggu kamu datang dan mengakui semau kebusukan kamu, ketika saatnya sudah tiba berlututlah, berlututlah sambil mencium kaki saya" ucap kevin sambil tertawa sinis.

Sangat mudah bagi Kevin untuk meretas Akun pribadi seperti ini, bahkan di usia Kevin yang baru menginjak dua belas tahun Kevin sudah pernah meretas aku jejaring sosial yang cukup terkenal. Untung saja saat itu Kevin tidak di laporkan ke pihak yang berwajib dan hanya di berikan pengarahan saja, mengingat Kevin yang masih berada di bawah umur dan juga tidak berniat jahat sedikitpun jadi kepolisian bisa memberikan keringanan.

🍁🍁🍁

Davin baru saja keluar dari bengkel tempat biasa di menyervis mobilnya, Davin sengaja mengambilnya pagi ini karena kemarin dia benar-benar tidak sempat, Davin selalu menyervis mobilnya rutin setiap bulannya. "Thanks ya bang, gua pergi dulu udah kesiangan nih gua mau sekolah" Davin melambaikan tangannya dan langsung melesat meninggalkan bengkel yang cukup besar itu, tentu saja setelah membayar administrasi terlebih dahulu.

Setelah beberapa menit akhirnya Davin sampai di sekolahnya yang sudah menjadi rumah keduanya.

"Dav?" Davin membalikan tubuhnya saat dia merasa namanya telah di panggil seseorang yang sudah tidak asing lagi baginya, siapa lagi kalau bukan sekertaris kelas judes yang beberapa hari belakangan ini sudah mulai dekat dengannya, entah apa yang terjadi kepada Adeeva yang jelas kini ia berubah menjadi gadis yang manis walaupun Adeeva terkadang masih sering emosi jika Davin mulai bertingkah menyebalkan.

"Kemaren kemana?, kok gak masuk sekolah?" Davin kembali melangkahkan kakinya ketika Adeeva sudah berada di hadapannya.

"Biasa" ucapnya santai sambil melemparkan senyum ke arah Adeeva yang sedang memandangnya dengan rasa penasaran, bukan cuma itu Adeeva juga masih sangat bingung dengan ketenangan Davin saat ini, si tukang onar tiba-tiba saja berubah menjadi sesosok pria kalem dan Adeeva juga tidak menampik jika ketampanan Davin naik beberapa kali lipat saat ini.

"Kesiangan lagi?" Tanya Adeeva sekali lagi untuk memastikan jika apa yang ada di pikirannya memanglah benar dan langsung di jawab dengan anggukan dan senyuman yang baru Adeeva sadari sudah sering sekali Davin berikan sejak pertama kali Adeeva melihat Davin. Bukan senyum yang biasa Davin berikan, bukan senyum jail atau senyum yang sangat Adeeva benci tapi senyuman kebahagiaan yang sangat jarang sekali Davin berikan kepadanya.

Adeeva mengangguk sesaat setelah dia mengalihkan pandangannya dari Davin yang sekarang tengah berdiri sambil menghadap kepada Adeeva, "sepatu aku bagus gak Div?" Davin menunduk sambil menatap sepatu yang sedang ia pakai dan tidak ketinggalan senyuman yang Davin yang beberapa waktu yang lalu selalu membuat jantung Adeeva seolah meloncat dari rongga dadanya. Adeeva tersenyum manis setelah ia melihat sepatu yang di kenakan oleh Davin.

"Bagus kok. keliatannya kamu bahagia banget pake sepatu itu, dapet dari seseorang ya?" Tanya Adeeva mencoba mencari jawaban sendiri dari rasa pemasarannya tentang kebahagiaan Davin hari ini, padahal beberapa hari yang lalu dia terlihat murung dan linglung.

"Emang keliatannya aku bahagia banget ya?" Davin semakin tersenyum lebar dan setelah itu dia kembali melanjutkan kalaimatnya "dapet dari seorang wanita yang sangat berharga di hidup ku"








Bersambung...


Hayo Adeeva cemburu ya...


Tanggung jawab Dav.
Anak orang udah di buat kesengsem.







AlzheimerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang