Dua puluh

335 25 4
                                    







Sudah hampir satu jam Davin terlelap dan masih belum ada tanda-tanda dia bangun, bergerak dan mengubah posisi tidurnya saja tidak.

Kirana menilai jika posisi tidurnya Davin sangat tidak nyaman, mungkin setelah ini Davin akan merasakan jika lehernya sakit akibat dari lehernya yang tertekuk.

Kirana ingin membangunkannya tapi melihat wajah Davin yang terlihat sangat kelelahan Kirana memilih mengurungkan niatnya itu, jika di perhatikan Davin memang terlihat berantakan. rambutnya, badannya yang mengurus dan yang paling sangat jelas adalah bulatan hitam  di sekitar matanya yang menandakan Davin sangat kekurangan waktu istirahat nya, apakah Kevin tidak sadar dengan perubahan fisik Davin?.

Saat Kirana hendak melangkah keluar terdengar suara decitan yang tidak terlalu nyaring yang berasal dari gigi Davin yang beradu, Kirana menoleh dan melihat jika Davin sedikit menggerakan tubuhnya tanpa membuka matanya sedikitpun dan tak sengaja menjatuhkan sebuah benda yang berasal dari jaketnya, Kirana langsung mengambil benda itu yang kirana yakin adalah kemasan obat. saat dia ingin memeriksa botol kecil itu ternyata memang benar itu adalah obat, namun bukankah ini obat..., tapi pemikiran kirana terhenti saat ada satu tangan yang dengan cepat mengambil obat itu dari tangan Kirana.

"Davin?, itu obat kamu Dav, sejak kapan kamu menggunakan obat-obatan itu?" Alih-alih menjawab Davin malah terlihat begitu panik dan pucat, suaranya sedikit gagap dan kentara sekali jika saat ini Davin sedang gugup dan mencoba mencari alasan namun sialnya otak Davin mendadak tumpul padanan sebelumnya Davin sangat pandai bersilat lidah.

"Maaf kak Davin lupa jika Davin harus pulang sekarang"

Alasan bodoh!.

Davin memaki diri sendiri di hatinya, Kirana tidak akan percaya malah akan semakin curiga, untuk apa Davin pulang terburu-buru sementara tidak ada siapapun yang menunggu nya pulang.



Belum sempat kirana bertanya lagi Davin sudah buru-buru pergi dan menghilang di balik pintu, apakah yang di pikirkan kirana benar?, selama ini Davin menyembunyikannya dari semua orang, tapi Kirana tidak ingin cepat membuat kesimpulan, dan mungkin saja apa yang di pikirkan oleh Kirana itu salah.


...
Davin tidak bisa lagi berpikir jernih, semua nya nyaris terbongkar dan sekarang yang harus dia lakukan adalah mencari alasan jika nanti Kirana menanyakan hal ini lagi terhadapnya.

Sial!

Sial!

Bagaimana bisa dia ceroboh, harusnya tadi dia simpan obat itu di mobil, toh obat itu tidak akan dia gunakan sekarang juga, obat itu hanya untuk persiapan jika obatnya yang dulu sudah habis.

Karena tidak memperhatikan sekitarnya tanpa sengaja dia menabrak seseorang hingga tubuh Davin tersungkur, mata Davin langsung berbinar dan menyipit seperti bulan sabit dan Kevin membenci saat Davin tersenyum sepeti ini, kenapa Davin yang harus mewarisi paras ibunya, kenapa bukan Kevin saja?.

"Kakak!" Sapa Davin antusias tak perduli dengan posisinya saat ini, Kevin menatapnya dingin dengan matanya yang tajam, berbeda dengan Davin yang matanya sipit, Kevin malah memiliki mata dan bentuk wajah sepeti ayahnya, dengan mata tajam, rahang yang tegas dengan alis mata yang lebih tebal di banding Davin.


"Ada perlu apa kamu di sini?" Tanya Kevin sambil terus menatap tajam Davin yang mencoba bangun dan kini sedang menghilangkan debu yang menempel tipis di celananya.

"Tadi aku ketemu sama kak Kirana, terus aku di ajak ke sini buat ngambil sepatu ini, dia membelikannya untuk ku, bagus kan kak?" Terang Davin sambil menunjukan sepatu warna putih yang dia dapatkan beberapa jam lalu. Ngomong tentang Kirana Davin baru ingat jika dia sekarang sedang mencoba menghindar karena suatu hal yang teramat gawat jika semua orang sampai tahu dia akan semakin di rendah kan dan mungkin tidak akan ada lagi yang menganggap dirinya ada sebagai seorang yang berharga di muka bumi ini.



"Kalau gitu Davin pamit dulu kak. kerjanya jangan capek-capek ya, aku gak mau kakak sakit karena terlalu lelah bekerja. aku sayang kakak, bye.." Davin berlari menjauh sambil tersenyum lepas dan melambaikan tangannya.


                  Bersambung...


Davin pas masih seneng makan permen karet di deket sekolahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Davin pas masih seneng makan permen karet di deket sekolahnya....

Dia imut??...

Gemesin?....

Pengen nyubit?....

Apa pengen di bawa pulang aja?....
Maksudnya bawa pulang fotonya... 😁😁

Kirana masih tetep cuakep...
Awas tuh iler netes...

Adeeva juga gak kalah bening kan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Adeeva juga gak kalah bening kan... ya..ya...akoh tahu..gak usah pada rusuh kaya gitu...

Jangan lupa vote dan komentari ya...
Salam dari author...
Bye...

AlzheimerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang