Nathan memeluk Anna erat.
"Nathan, ada apa sih?" tanya Anna heran.
"Oom Marvin bawa Lean pergi ke Amerika. Lean akan masuk Akademi Militer, kakak." adu Nathan.
Anna mengusap kepala Nathan penuh rasa sayang. Ia tau Nathan sangat menyayangi Lean selayaknya saudara kandung, apalagi kedua bocah itu sudah bersama sejak tinggal bersamanya. Seingat Anna saat Nathan dan Lean baru berumur lima tahun.
"Nathan tau impian dan cita-cita Lean apa?" tanya Anna.
"Lean pengen jadi Amry." jawab Nathan sekenanya.
"Army, Nathan." sela Anna sambil tertawa lalu mengajaknya menemui Devi.
"Debay-nya cantik." puji Nathan tulus.
Tangan Nathan tergerak untuk mengusap pipi Debay dengan penuh perasaan. Anna tersenyum melihat ketulusan Nathan, begitu pula dengan Devi dan Raka. Akhirnya mereka dapat melihat secuil dari apa yang Anna lihat dari Nathan.
"Abang mau jemput daddy dan yang lain." pamit Raka lalu keluar dari ruang rawat Devi.
"Namanya siapa kak?" tanya Nathan.
Devi menatap Anna sendu. Suaminya belum datang juga sejak semalam dan dia tak tau harus memberinya nama atau menunggu suaminya memberikan nama pada putri mereka.
"Panggil debay dulu, Nath. Nama debay nanti tanya sama suaminya kak Devi ya." ujar Anna yang melihat tatapan sendu Devi.
"Kok gitu sih, kak? Nathan mau denger sekarang!" rengek Nathan.
Anna menghela napas dan menatap debay kasihan. Suara Nathan itu sebelas dua belas sama suara Mona dan Zahra, nggak akan berhenti ngoceh jika keinginan mereka belum terpenuhi.
Brakk!!
"OOEEE... OOEE..."
*Bisa nggak, nganggep ini suara debay lagi nangis😢😢😭😭Anna segera membawa debay kepelukan sang ibu muda.
"Gill! Tolong jangan lakukan lagi, putrimu sangat kaget dan suara tangisnya memenuhi ruang rawat Devi." omel Anna.
Gill, suami Devi menggaruk kepalanya kikuk. Kenapa jadi dia yang dimarahi? Ia sudah berusaha untuk sampai ke rumah sakit. Dan lagi, jarak antara bandara dan rumah sakit ini sangat jauh. Susah payah ia ngebut sampai di kejar dua unit mobil Polantas.
"Bukan karena keterlambatanmu!" sentak Anna sambil memukul lengan Gill dengan pelan. Ia tak mau jika adik iparnya patah tulang dan ia yang harus bertanggung jawab.
"Maaf, tadi macet." ujar Gill memberi alasan klise.
"Macet apanya? Jalan Raya? Polisi? Udara? Atau Pramugari?" cibir Anna sambil berkacak pinggang.
"Pms ya, Ell?" sindir Gill.
Anna melotot tak terima.
"Cepat! Beri nama debay, kasihan istrimu yang tak bisa tidur karena Nathan terus saja bertanya siapa nama debay." omel Anna sambil mendorong bahu Gill agar mendekati Devi dan anak mereka.
"Bagaimana jika... Marco Valentino?" ujar Gill bangga.
"Dia perempuan, sayang." sela Devi.
Anna dan Nathan saling pandang. Sebodoh apa pria pilihan Devi sebenarnya? Tapi, jika Gill bodoh, bagaimana dia bisa menjadi pilot?
"Oh, kalau begitu... Odete Acacia Valentino." ujar Gill sambil mengusap pipi putrinya.
"Kak, kakak nggak mau ambil hak asuh debay?" tanya Nathan berharap.
"Hus! Sembarangan kamu, Oddy masih kecil dan butuh kedua orang tuanya, beda sama kamu yang udah sebesar ini." ujar Anna memberi pengertian. Ia kebingungan mencari kata-kata yang tepat agar Nathan tak sakit hati dengan ucapannya.
"Nah, Oddy, bibi pergi dulu. Jaga ibumu baik-baik ya, pukul saja wajah ayahmu jika dia menyakiti ibumu." pesan Anna.
Dan sedetik kemudian Anna terdiam merenungi ucapannya barusan. Ada yang salah dan ia tau benar tak seharusnya ia berkata demikian.
"Oddy, jadilah princess kesayangan Aunty Anna yang lemah lembut dan penyayang. Lupakan ucapan Aunty barusan. Jika ayahmu menyakiti ibumu, katakan saja pada Aunty." bisik Anna pada Odete.
Devi dan Gill menatap Anna penuh tanya. Kenapa Anna berkata seperti itu? Nathan hanya menatap Anna dan mengamati setiap gerak-gerik kakak tersayangnya.
"Maaf ya, aku tak sengaja mempengaruhi Oddy. Semoga dia tak menuruti kata-kata pertamaku. Dan jika itu terjadi, katakan saja padaku. Kami pulang dulu, sebentar lagi bang Raka bakal ke sini sama yang lain." pamit Anna sambil merangkul Nathan.
🐣🐣🐣🐣
"Sepi banget nggak ada Lean." keluh Nathan.
Anna hanya tersenyum melihat tingkah polah Nathan yang malas-malasan karena tak ada Lean.
"Biang masalah kok lemes?" sindir Anna.
Nathan hanya melirik sekilas. Ia tak berminat untuk membalas Anna.
"Sebenarnya... Bukan papa yang mengirim Lean ke Amerika." ujar Anna sambil melirik foto Lean.
Nathan menatap Anna penuh minat. Ia ingin tau siapa yang telah berani menjauhkan Lean darinya dan berhasil membujuk Lean untuk pergi ke Amerika.
"Kakak yang meminta Lean untuk pergi ke sana." tandas Anna sambil menatap Nathan serius.
Nathan terhenyak. Kakak tersayangnya yang disayanginya ternyata yang melakukannya. Setetes air mata turun dari mata Nathan seiring kekecewaan yang membuncah.
"Nathan, kakak tak bermaksud untuk menjauhkan kalian. Kakak ingin Lean mengejar impiannya secepat mungkin hingga membuatmu bangga, membuat dua keluarga besar kita bangga." jelas Anna pelan-pelan.
Nathan melempar bonekanya ke lantai. Anna yang melihatnya tau jika Nathan tengah marah besar padanya.
"Nathan, kakak ingin bertanya padamu. Apa keinginan terbesarmu? Apa cita-citamu?" tanya Anna.
"Aku... Ingin menyatukan Black Angel di bawah kekuasaanku." jawab Nathan pelan.
Anna terperanjat. Darimana adiknya tau tentang Black Angel? Ia tak pernah sedikit pun menyinggung masalah Black Angel di depan Nathan.
"Darimana kamu tau tentang Black Angel, Nath?" tanya Anna.
"Kepala sekolah dan wakilnya." jawab Nathan singkat. Ia masih marah dengan kakaknya. Namun, Nathan berasumsi jika kakaknya mempunyai ikatan dengan anggota Black Angel.
Aura Anna menggelap, Dean dan Joe pasti mengungkit Black Angel di sekolahan. Benar-benar mantan anggota Black Angel yang bodoh! Mereka pikir tak akan ada yang tau begitu?! Orang itu memiliki mata-mata hampir di seluruh profesi yang ada.
"Malam ini, kamu tidur sendiri. Kakak ada urusan yang harus dituntaskan." ujar Anna dingin.
Nathan mengernyit bingung. Harusnya ia yang marah dan berkata dingin, bukan kakak tersayangnya. Kenapa jadi terbalik seperti ini?
Anna berdiri dari sofa dan pergi ke kamarnya. Sementara Nathan mencoba mengingat-ingat ucapan apa saja yang keluar dari mulutnya barusan. Tak ada yang aneh selain penyebutan-
"Black Angel." bisik Nathan senang. Kakaknya pasti mau pergi menemui ketua Black Angel yang katanya sadis dan kejam.
"Kakak!!" panggil Nathan saat melihat Anna berjalan melewatinya dengan langkah tergesa-gesa.
"Kakak!! Nathan mau ikut kakak!!" pinta Nathan sambil mengayunkan lengan Anna.
"Kakak!! Kenapa diam saja, Nathan mau ikut kakak!!" pekik Nathan saat melihat Anna tak bereaksi apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jonathan Reyva Zaxiusz [TAMAT]
Teen FictionSUDAH TAMAT, YH! Jonathan Reyva Zaxiusz. Si bungsu Zaxiusz ini waktu kecil gemesin banget. Eh waktu udah agak gedean, njengkelin banget. Bikin orang naik pitan. Tapi kalo sama Anna, manisnya ngalahin gula. Navendra sama Ruth saja sampai kewalahan me...