7.

590 19 2
                                    

Nathan memeluk lengan Anna dengan erat. Aln Cafe begitu sepi karena sang pemilik cafe sengaja tutup lebih awal.

"Jadi?" tanya Dean memecahkan keheningan yang diciptakan Anna.

"Kalian membahas Black Angel di sekolah?" tanya Anna tenang. Namun, aura kelam menguar dari tubuh Anna.

Wajah mereka memucat. Rasa takut berhasil menguasai mereka. Anna benar-benar murka dan akhir dari hidup mereka sudah ditentukan. Anna akan menjadi malaikat maut dan tukang jagal mereka.

"Aku ingin menyatukan Black Angel kembali. Sudah saatnya kita kembali berkiprah di dunia bawah." ujar Anna tenang dengan aura yang lebih cerah dari sebelumnya.

Sekarang giliran Nathan yang memucat. Anna berkata 'kita', itu artinya Anna juga adalah anggota Black Angel. Semoga bukan Anna ketuanya.

"Tapi Elly, kenapa tiba-tiba? Maksudku, kau sendiri yang bilang ingin membubarkan Black Angel." tanya Nirmala bingung.

Anna mengangguk paham. Keputusannya pasti menimbulkan tanda tanya di kepala mereka. Anna menatap Nathan sayang.

"Adikku ingin bergabung. Aku ingin dia tau apa dan kenapa Black Angel di bentuk hingga akhirnya harus vacum selama lima belas tahun lebih." jawab Anna sambil menatap lurus ke depan.

Anna merogoh isi sling bag putihnya dan mengeluarkan sebuah kotak berwarna hitam dan membuka isinya.

"Dean, Naina, Nirmala, Chiel, panggil adikku Jo. Dia yang akan menjadi ketua kalian yang baru, dengan beberapa ujian tentu saja." jelas Anna.

"Benarkah?" tanya Nathan dengan mata berbinar bahagia.

"Hah? Adek lo jadi ketua kita? Kalo lo sih, gue akui lo pantes jadi ketua kita. Tapi ini adek lo, bocah!!" cemooh Chiel sambil menatap Nathan sinis.

"Yah, masih banyak sih yang harus dia pelajari tentang kita. Tapi kesempatan selalu ada untuk menunjukkan bakat terpendam kita. Masih ingat dengan Anna kecil?" ujar Anna santai.

Mereka berempat terpengaruh oleh ucapan Anna. Nathan yang tau jika kakaknya tengah memanipulasi pikiran keempat anggota Black Angel pun semakin ingin mempelajarinya.

"Kalian tenang saja. Tenaga pria dua kali tenaga wanita, Nathan akan melebihiku." ujar Anna menenangkan.

"Masalahnya tenaga lo sepuluh kali tenaga cowok, Elly!!" dengus Nirmala.

Anna tertawa canggung. Ia lupa soal itu. Diam-diam Anna merencanakan latihan berat untuk Black Angel dan juga Nathan. Lean pasti sedang latihan fisik di sana.

"Tunggu saja permainanku. Akan kutunjukkan latihan seperti apa yang selama ini kujalani." ancam Anna dengan seringai keji.

"Lari, berenang, lompat, memanjat, tebak kata dan tebak gambar, adu tinju, dan lain-lain. Mau coba?" tawar Anna.

"Lari dari kenyataan, begitu?" ejek Dean.

"Lari dari kejaran para cheetah. Lily dan Lylac sangat suka bermain kejar-kejaran, mungkin kalian berminat untuk ikut bergabung." tawar Anna.

"Berenang malem-malem mungkin?" tebak Naina.

"Berenang di depan sekawanan hiu dengan luka di kaki? Itu menyenangkan jika kalian ingin tau." ujar Anna santai.

"Lompat tali?" tanya Nathan.

"Lompat dari gedung lima lantai, sepuluh lantai, lima belas lantai, dua puluh hingga seratus lantai, tinggal pilih ingin level berapa."

"Lalu kenapa kakak histeris waktu Nathan lompat dari lantai dua?" tanya Nathan heran.

"Ng? Benarkah?" tanya Anna heran.

"Terserah..." balas Nathan sambil memutar bola mata malas.

Anna hanya cekikikan tak jelas. Sebenarnya ia enggan menjelaskan alasannya, bagaimana pun juga Nathan tidak boleh tau.

"Memanjat tebing? Aku benar, bukan?" tebak Chiel.

"Hm? Tidak! Aku lebih suka memanjat pohon." jawab Anna dengan wajah polos.

"Hah??"

Keempat anggota Black Angel itu melongo parah karena jawab Anna. Lari dengan Cheetah, berenang dengan hiu kelaparan, lompat dari gedung pencakar langit, semua sangat berbahaya dan memanjat pohon? Bagian mana yang berbahaya?

"Bersama lima ular peliharaanku." lanjut Anna dengan seraut wajah geli karena ekspresi mereka berempat.

"APA!!" teriak mereka jauh lebih syok. Lima ular Anna yang bernama Pitty, Limau, Sanchi, Erik, dan Vichi, semuanya berbisa.

"Akan ku jelaskan pelan-pelan. Tebak kata dan gambar bersama para ilmuwan paling jenius, adu tinju dengan juara-juara MMA dan kanguru liar, berjalan di atas tali dengan diameter dua cm dan ada lebih dari empat puluh buaya dewasa dibawahku, ber-"

"Sudah cukup Elly!! Kau mau melatih kami atau mau membunuh kami!!!" pekik Naina sambil menutup kedua telinganya rapat-rapat.

🐣🐣🐣🐣

"Kakak seriusan dengan yang tadi?" tanya Nathan sambil merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.

"Serius lah. Tanya aja sama bang Raka, dia liat kakak robohin pohon." jawab Anna santai.

"Seriusan? Nathan nggak percaya, tubuh kakak 'kan pendek." ejek Nathan tak percaya. Tubuh kakaknya yang begitu mungil ini, bisa merobohkan pohon besar? Hah~ HOAX!!!

Anna berjalan mendekati pintu dan mentap Nathan.

"Kakak harap setelah ini, kamu berhenti bermain. Black Angel sebentar lagi akan menjadi tanggung jawabmu." nasehat Anna sebelum keluar dari kamar Nathan dan menutup pintu dengan pelan.

"Kak Anna tau? ASTAGA!! BODOH! BODOH! BODOH! BAGAIMANA JIKA KAKAK PERGI DAN KALI INI UNTUK SELAMANYA!!!" pekik Nathan panik.

Nathan mengingat ucapan Anna saat dalam perjalanan pulang dari La' Cafe.

"Jika tak ada udara, api tak akan tercipta."

"Tidak ada asap tanpa nyala api, Nathan."

"SIALAN!! Pasti ada yang memberitahu kakak mengenai kegiatan malamku. Tak akan kuampuni orang yang berani mengadu pada kakak mengenai masalah ini!!" guman Nathan marah.

Nathan menarik selimutnya ke lantai. Melempar bantal, guling, pajangan, apapun yang dapat diraihnya hingga membentur lantai, pintu, dinding kamarnya, dll.

Boneka pemberian Anna kini berada ditangannya. Ia bimbang antara melemparnya atau membiarkan boneka itu tetap pada tempatnya.

"Boneka kesayangan."

Nathan mengingat ucapan Anna. Memang dia yang merengek meminta boneka saat melihat Anna memiliki boneka yang lucu dan tak berminat membagi boneka itu kepada siapapun.

"Kakak..." lirih Nathan parau sambil memeluk bonekanya. Mengkhayal sedang memeluk kakak tersayangnya.

"Baru juga di tinggal sebentar. Udah berantakan aja." komentar Anna datar sambil bersedekap dada.

Nathan menoleh ke arah Anna dan tersenyum manis. Semoga kakaknya tak marah atas tingkah lakunya.

"Kebiasaanmu itu mengerikan, Nathan. Jangan melampiaskan masalah pada barang-barangmu. Jadikan kakak pelampiasan saja." larang Anna sambil mendekati Nathan.

Nathan tak mengerti dengan ucapan kakaknya dan mengerutkan kening bingung. Sekilas wajahnya seperti Navendra sewaktu muda.

"Mau bercerita?" tawar Anna.

Nathan menggeleng.

"Lalu apa maumu?" tanya Anna mencoba untuk bersabar.

"Kakak." jawab Nathan pelan sambil memeluk Anna erat.

"Adek kakak kok jadi mellow gini? yang strong dong, dek. Kelahi yuk?" ajak Anna sambil mengusap pundak Nathan.

Spontan Nathan melepas pelukannya dan menatap Anna bingung. Kenapa kakak tersayangnya tiba-tiba ingin berkelahi dengannya?

Jonathan Reyva Zaxiusz [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang