3.

807 24 0
                                    

Anna tengah membaca majalah wanita. Siapa tau ia mendapat ide briliant untuk mengerjai kedua adik bebalnya.

"Kak, katanya ingin mengajari kami cara memanipulasi seseorang?" protes Nathan yang tengah tiduran di sofa dengan paha Anna sebagai bantal. Anna sendiri pun heran, kenapa para pria itu suka sekali tidur dengan mengalih fungsikan pahanya sebagai bantal?

"Kenapa ingin memanipulasi pikiran seseorang?" tanya Anna.

"Biar hebat kayak kakak." ceplos Lean.

"Hm? Kakak rasa gaun ini cantik sekali. Kalian mau lihat?" tanya Anna iseng sambil memperlihatkan foto sebuah gaun kepada Nathan dan Lean.

"Enggak!" tolak Nathan dan Lean dengan wajah yang sudah pucat pasi karena membayangkan gaun itu akan melekat di tubuh mereka.

Anna tertawa kecil. Mereka ingin belajar memanipulasi seseorang, sementara pikiran mereka mudah sekali ia belokkan. Butuh waktu lama untuk belajar jika seperti ini.

"Sore-sore seperti ini kakak jadi pengen piknik." celetuk Anna.

"Nggak ah, tiduran gini lebih enak." tolak Nathan.

Anna mendengus. Bilang saja sudah pewe alias posisi wuenak!

"Lean juga nggak mau, kak. Lagi seru nih." tolak Lean yang sedari tadi bermain game.

Anna berpikir, apa ia manipulasi pikiran Nathan dan Lean lagi atau membiarkannya saja?

Drtt... Drtt...

Ponsel Anna bergetar. Setelah Anna cek, hanya nomor tak di kenal yang tertera.

"Hallo!" sapa Anna memulai pembicaraan.

"Masih ingat denganku, Anna?"

Anna merenggut tak suka. Nathan dan Lean yang melihat ekspresi kakak unyu mereka pun hanya mampu mengendikkan bahu, mungkin ada yang menyinggungnya.

"Iyalah inget, umurku baru dua puluh sembilan." omel Anna.

"Hahaha... Kau tak berubah Anna. Jadi, bisa kita ketemuan? Sekarang?"

"Hmm... Nggak bisa, Nai. Aku ada Quality time bareng adik-adik, mumpung jinak!" tolak Anna sambil menatap Nathan dan Lean bergantian.

"Yah~ padahal udah lama banget kita nggak kumpul-kumpul. See you, deh."

Panggilan terputus. Anna merenung jauh ke masa lalu. Sudah berada lama ia membiarkan anggota Black Angel tercerai-berai seperti ini?

"Kak! Lean laper, bikinin nasi goreng spesial ya." pinta Lean sambil mengusap perut six pack-nya. Kaosnya teronggok di bawah sofa dan dalam keadaan basah.

"Bajunya kok basah sih, Le?" tanya Anna bingung.

"Tadi di siram Tante Vale, kak." jawab Lean enteng.

"Pantas." dengus Anna. Siapa sih yang mau di panggil tante saat umurnya masih muda?

"Kakak nggak ada niatan buat potong rambut?" tanya Lean saat melihat rambut Anna yang semakin panjang bukan lagi menyapu lantai namanya, tetapi mengepel lantai saking panjangnya.

"Nggak. Rambut kakak itu unik, nggak ada yang bisa motong." jawab Anna asal.

"Masa sih? Nathan ambil gunting ah." ujar Nathan sambil bangun dari acara tidurnya.

Nathan mengambil gunting dan memulai niatnya untuk mengerjai Anna. Memangnya Anna saja yang bisa mengerjai dia dan Lean, sekarang dia yang akan balas dendam terlebih dahulu.

Kress... Kress...

"Kok nggak bisa? Kakak pake rambut palsu ya?" tuduh Nathan tak terima. Gagal sudah rencana balas dendamnya.

Jonathan Reyva Zaxiusz [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang