18.

221 10 0
                                    

"JONATHAN!!!"

"JONATHAN IS THE BEST!!!"

"JONATHAN!! I LOVE YOU!!!"

"JONATHAN TAKEN ME!!!!"

Nathan tak menghiraukan teriakan-teriakan kaum hawa yang memekakkan telinga. Tangannya sibuk mendribble bola basket dan dengan satu kali shoot, three point sudah ada dalam genggaman.

Puas dengan hasil yang ia dapat, Nathan menghentikan permainannya dan mengambil botol minumnya di pinggir lapangan.

"Kakak ... Nathan rindu pelukan kakak. Semoga kakak bisa mengingat Nathan." doa Nathan sebelum pergi ke kelasnya.

Kelas begitu ramai. Para guru tengah rapat dan para murid mendapat jatah jamkos sampai pulang sekolah. Karena pantang bagi pihak sekolah untuk memulangkan para murid lebih awal dari jadwal yang seharusnya. Bahkan hari libur nasional sekalipun, pihak sekolah tetap menyuruh anak didik mereka untuk datang dan belajar seperti hari-hari sebelumnya.

"Pusing pala gue. Cewek-cewek lo teriakannya dasyat banget, nggak putus tuh pita suara?" komentar Lean sambil melepas headshetnya.

"Mereka bukan cewek gue." protes Nathan tak terima.

Jika di suruh memilih, Nathan lebih suka punya pacar seperti Anna. Eh tapi, kalo pacarnya seperti Anna, yang ada malah dua jeweran dalam satu kenakalan dong. Nggak jadi deh Nathan berpikiran memiliki pacar seperti Anna.

"Iya tau. Cewek lo 'kan yang tante-tante itu." ejek Lean.

"Kak Anna it- Pokoknya kak Anna bukan cewek gue!" bantah Nathan.

"Wuiihhh!! Santai sob, gue cuma bercanda." ujar Lean dengan cepat.

Nathan menyugar rambut hitamnya dengan gaya elegan. Jika Anna ada di sini, gadis itu pasti akan bersiul guna menjahili adiknya.

Puk!

Seseorang menepuk pundak Nathan dengan lancang. Siapa lagi yang berani melakukannya jika bukan Lean?

"Eh! Cewek lo noh. Gila! Cakep banget!!" ujar Lean heboh.

Nathan menoleh ke arah pintu dan terkejut mendapati kakaknya tengah berbincang dengan Dean. Tanpa sadar Nathan berjalan mendekati kedua orang itu dan menguping pembicaraan mereka. Untuk melancarkan aksinya, Nathan bersembunyi di balik pintu yang tertutup.

"Dean. Aku tak mengerti, kenapa kakakku resign dari sini? Sekolah ini bagus, nyaman, fasilitasnya terjamin, murid-muridnya ramah dan sopan, apa lagi yang kurang?" tanya Anna meminta penjelasan.

Dean mengusap kepalanya frustasi. Ia tak tau apa yang harus ia katakan pada wanita manis dihadapannya. Anna itu wanita keras kepala dan pendiriannya yang teguh sukar goyah meski oleh tornado sekalipun.

"Azizhi tak menginginkan pekerjaan ini, Anna! Lagi pula, Azizhi lebih cocok menjadi CEO di perusahaan keluarga kalian. Stop mempekerjakan orang asing, Anna. Azizhi lebih mampu mengelola perusahaan keluarga kalian daripada orang asing itu." nasehat Dean.

Dan di saat yang tidak tepat, salah seorang murid membuka pintu yang menutupi keberadaan Nathan.

"Nathan?!" seru Dean terkejut.

Anna hanya berekspresi biasa. Seolah kemunculan Nathan sudah bisa ia prediksi sebelumnya.

"Kamu yang kemarin datang ke rumah kakak, bukan? Ternyata kamu sekolah di sini." sapa Anna dengan senyum manis.

Sebisa mungkin Nathan menahan dirinya untuk tidak menerjang kakak tersayangnya.

Bisa gawat kalo dia di cap penyuka tante-tante, meski status Anna adalah kakaknya sendiri sih. Tapi, bukannya saat ini dunia tak tau jika Anna adalah kakaknya?

Jonathan Reyva Zaxiusz [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang