8.

354 14 0
                                    

Anna mengetuk pintu kamar mandi di dalam kamar Nathan berkali-kali. Ia curiga jika ada kegiatan ilegal di dalam sana. Baru juga di tinggal sejenak, Nathan kembali berulah.

Berkali-kali Nathan memekik panik dan berteriak guna menahan Anna untuk tidak mendobrak pintu kamar mandi yang menjadi satu-satunya penghalang di antara Anna dan dirinya. Jika Anna benar-benar mendobrak pintu, tamatlah riwayatnya.

"Nathan!! Cepat keluar, kenapa lama sekali!!" protes Anna jengah.

"Kakak sabar!! Sebentar!! Jangan dobrak!! Jangan dobrak!!" pekik Nathan panik.

"Makanya cepat keluar!! Mau menyaingi putri duyung ya!!" geram Anna sewot.

"Kakak pikir aku anak perempuan!!" pekik Nathan tak terima. Apa-apan putri duyung, harusnya putra duyung dong.

Eh tapi... Memang ada putra-putri duyung dalam dunia nyata?

Dua jam kemudian Nathan baru membuka pintu dengan kasar. Saat ia menatap kakaknya tajam, yang ia lihat malah Anna tengah menutup mata sipitnya sambil bersedekap. Ekspresi Anna menegaskan kemarahan yang memuncak sampai ubun-ubun.

"Butuh handuk?" tawar Anna dengan nada datar sambil mengulurkan sebuah handuk berwarna biru donker. Entah darimana handuk itu, yang pasti Anna mendapatkannya di atas ranjang Nathan.

Jujur saja Anna tak ingat pernah membeli atau merasa menerima handuk dengan warna seperti itu. Ia lebih suka warna-warna cerah dalam pemilihan warna handuk, entah kenapa sih. Mungkin Nathan yang membelinya.

"Eh- Uhm- Anu kakak tau ini darimana?" tanya Nathan ambigu.

Andai Anna membuka matanya, Nathan akan tau jika Anna tengah memutar bola matanya jengah.

"Daripada jawab pertanyaan kamu, kakak mau keluar saja. Stok shampoo kakak habis." elak Anna sambil melenggang pergi tanpa menatap Nathan sama sekali.

"Iyalah habis, rambutnya aja panjang banget kayak gitu." gerutu Nathan sambil menatap ujung rambut Anna mengepel lantainya. Hihi... Jika begini kakaknya itu tak perlu pel untuk membersihkan lantai.

Nathan menatap handuk biru ditangannya. Beruntung kakaknya tak curiga sama sekali. Bagaimana nasib juniornya jika sampai Anna tau apa yang ia lakukan saat berada di dalam kamar mandi?

Hiii... Membayangkannya saja sudah mampu membuat bulu kuduknya berdiri, apalagi jika Anna benar-benar tau, ucapkan selamat tinggal pada para wanita. Nathan bahkan yakin, beralih orientasi sekalipun ia tak akan bisa melakukan 'ahem-ahem'. Mengingat kakaknya adalah ketua Black Angel.

"Ah!! Ponselku!!" pekik Nathan lalu kembali masuk ke dalam kamar mandi dan saat melewati cermin besar ia baru menyadari jika dirinya tak memakai baju sama sekali. Pantas Anna menutu mata.

"Hah~ Memalukan sekali..." ratap Nathan frustasi.

Tatapan Nathan beralih pada sesuatu yang berada di pojok tembok dekat washtafel, yang dengan pasti ia datangi. Untung tak ada suara yang keluar dari itu, semoga Anna tak mengetahui kegiatan lucnutnya ini.

"Kau menyeramkan, kakak. Untung sayang." dengus Nathan sambil mengelusnya penuh sayang.

🐣🐣🐣🐣

"Sudah selesai?" tanya Anna sambil memakan sup tomat buatan Nathan. Entah apa tujuan Nathan memasakkan sup tomat untuknya.

"Hn? Selesai? Apanya yang selesai?" tanya Nathan tak mengerti. Ia baru saja akan mulai makan dan kakaknya malah bertanya apa ia sudah selesai. Memangnya apa yang baru saja ia lakukan?

Anna menghela napas lelah.

"Ponselmu." pinta Anna sambil menadahkan tangan. Ia tak mungkin termakan bujuk rayu adiknya ini.

Diiringi decakan frustasi, Nathan menyerahkan ponselnya dengan enggan. Kenapa kakaknya sulit sekali untuk di suap? Mengalihkan perhatiannya barang sejenak pun susahnya minta ampun.

"Cantik." komentar Anna sambil menatap layar ponsel Nathan.

Nathan cengo seketika. Apanya yang cantik? Ia memakai foto kapal karam sebagai walpapper dan Anna berkata 'cantik'?

"Hm? Kak Loony emang cantik sih, tapi dek. Ini nggak terlalu... Yeah, tua untukmu?" tanya Anna hati-hati.
*Maaf kk Loony, Liz pinjem namanya.

Nathan mengerutkan kening bingung. Siapa lagi kak Loony itu? Yang ia tau cuma kak Luna Nears, nggak ada tuh di kontaknya yang bernama kak Loony.

"Kak Loony siapa kak?" tanya Nathan penasaran.

"Luna Nears, lah! Siapa lagi cecan zaman now yang mau deket sama anak ingusan kayak kamu." jelas Anna diselingi ejekan untuk Nathan.

Nathan mendengus. Ia lupa jika kakaknya punya banyak sekali kenalan diluaran sana.

"Hah? Oom L? Kamu belok dek?!" tanya Anna syok.

*Entah kenapa Arv berhasrat untuk meNISTAkan Nathan😝.

"Oom L? Oom Lee maksud kakak? YA ENGGAK LAH!! AMIT-AMIT SUKA SAMA DEDEMIT!!" pekik Nathan tak terima.
*Dan memasukkan nama-nama 'ANDA' sekalian😌.

"Hus! Bicaranya di jaga." nasehat Anna.

"Ehm? Kak, katanya ada temen daddy yang namanya mirip Nathan." tanya Nathan kepo.
*Knowing Every Particular Object.

"Iya, namanya oom Nathaniel Alexander, dan nanti mau berkunjung ke mansion Zaxiusz. Temu kangen sama daddy dan teman-teman lama, kata Mommy Ruth sih gitu." jawab Anna santai.

"Nathan mau ke sana ya kak. Kakak ikut juga 'kan?" tanya Nathan pada Anna yang sibuk mengutak-atik ponsel pintarnya.

"Iya." jawab Anna.

"Eh?? Bunda Nadim? Ini Nadim yang kakak kelas kamu? Yang dulu sempet kamu gebukin gara-gara kamu kalah tanding basket sama dia?" tanya Anna heboh.

"Iya! Nadim Wijaya Angkasa yang katanya ganteng, baik, murah senyum, gentle, pinter, dll." jawab Nathan ogah-ogahan.

Anna cekikikan melihat Nathan merajuk. Adik bungsunya ini tak suka jika ada yang lebih hebat dan lebih segalanya dari dirinya. Bawaannya pengen makan orang, mangkanya jarang sekali Anna memuji orang lain di depan Nathan.

"Jelek amat mukanya? Udah, sana rapi-rapi. Apa 'kek, pake P*made trus sisir yang rapi, biar mirip oom Nathaniel Hahahaha..." usir Anna mengalihkan pembicaraan. Bisa-bisa Nathan kumat manjanya, dua kali dua puluh empat jam nggak bisa keluar rumah kalo Nathan jadi manja. Minta ini, minta itu, ambil ini, ambil itu, semua Anna yang urus. Lean? Paling dia cuma bilang, 'Nggak! Minta sama kak Anna.' nyebelin, sama kayak Nathan.

"Ponsel Nathan dulu." pinta Nathan.

Anna menyerahkan ponsel Nathan dan kembali menghabiskan supnya. Lumayan ahli juga adiknya itu. Bisa dibelokkin nggak ya cita-citanya?

Nathan mengambil sisir dari saku celananya. Anna sampai tak jadi memasukkan sup ke dalam mulutnya karena tingkah Nathan. Adiknya kenapa jadi narsis? Perasaan Navendra nggak pernah nyimpen sisir di saku celana, mungkin saku jas?

"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Nathan dan daddy sama-sama narsis." guman Anna jengkel.

"Udah, kita ke mansion daddy yuk kak." ajak Nathan sambil menarik lengan Anna.

Anna hanya bisa pasrah melihat sifat pemaksa Navendra melekat pada diri Nathan.

Jonathan Reyva Zaxiusz [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang