"PAK JO!!!" sapa Sita dengan semangat saat melihat Nathan bertandang ke rumah Nathaniel yang kebetulan merupakan tetangga Sita.
"Sita, jangan teriak-teriak." tegur Nathaniel.
Nathan menatap Anna yang tengah menggendong dua balita yang berjenis kelamin laki-laki. Sementara Nathaniel dan Sita masing-masing menggendong satu balita laki-laki di pangkuan mereka.
Entah kepekaan darimana, Nathan ikutan duduk di atas rerumputan yang sebelumnya sudah di beri alas tikar dan mengambil satu balita dari pangkuan Anna.
"Namanya siapa kak? Nathan lupa, masa." tanya Nathan.
"Yang kamu gendong itu namanya Caleo Azizhi Alexander, yang ada digendongan kakak namanya Canaa Theodore Alexander, yang di gendong Om Niel namanya Joshua Daniel Alexander, yang di gendong Sita namanya Saka Arzien Alexander." jawab Anna tenang.
"Yang pertama kok kayak kenal ya kak." guman Nathan.
Anna tertawa pelan. Takut membangunkan keempat jagoannya.
"Iyalah. Itu 'kan nama yang kakak ambil dari mimpi kamu, Nath. Siapa sangka kamu bisa ngalamin Precognitive Dream, itu loh yang bisa memberikan informasi tentang apa yang akan terjadi di masa depan." sahut Anna setelah tawanya reda.
Nathan menatap perut Anna dengan curiga. Setelah mempunyai anak, tubuh kakaknya tak menggemuk, tapi kenapa perut Anna membuncit?
"Jangan bilang Lyzanna yang itu adalah..."
Anna menatap Nathan polos.
"Apa?" tanya Anna dengan lugu. Atau pura-pura lugu juga bisa. Anna 'kan bisa segalanya, jadi musuh aja sanggup apalagi jadi anak lugu. Gampang itu mah!
"Sekarang Nathan paham apa maksud dari teka-teki kakak. Kakak hamil 'kan?" tebak Nathan tepat sasaran.
Sementara Nathaniel menatap Anna kaget. Istrinya hamil? Akhirnya setelah lima tahun berusaha, keempat jagoan mereka mendapat adik juga. Thanks, God!
Senyum Anna merekah. Sekarang Nathan mulai peka terhadap wanita, tak seperti Navendra yang sudah bertahun-tahun hidup dikelilingi wanita tapi tetap saja tak peka.
"Ini cuma diantara kita aja Nath." bisik Anna memulai rencana busuknya. Yaitu menjodohkan Nathan dengan Sita.
"Apa?" tanya Nathan kepo sambil mendekatkan tubuhnya pada Anna.
"Dulu kakak pernah bilang sama daddy buat nikahin mommy secepatnya." bisik Anna sambil sesekali melirik dengan tatapan penuh konspirasi.
"Trus?" bisik Nathan bingung.
"Segera kamu resmikan hubungan kamu dengan Sita atau dia kakak jodohkan dengan kenalan kakak." bisik Anna jengah. Nathan kenapa balik jadi nggak peka sih?
"Ooh~ Yaudah, ntar Nathan laksanakan pesan kakak." bisik Nathan.
"Kalian kenapa bisik-bisik?" tanya Nathaniel curiga.
Anna dan Nathan kompak menjauh satu sama lainnya. Empat babysitter pilihan Anna muncul dari dalam rumah dan membawa keempat jagoan Anna untuk dimandikan.
Nathan berdiri dan membantu Anna untuk bangkit dari duduknya.
"Nathan ada urusan di kafe. Kakak jaga diri ya, ponakan Nathan juga di jaga, jangan di rahasian'in. Kakak makannya juga yang layak konsumsi, jangan makan pisang tangkapan oom Nathaniel terus." pesan Nathan.
"Emang oom Nathaniel suka nangkep pisang buat kak Anna ya?" tanya Sita polos.
"Enggak kok, sayang. Mulut Nathan aja yang kurang manisan." jawab Anna.
Sita ber-ooh ria dan mencomot pisang keju buatan Anna.
"Mulut kamu minta kakak adu sama sandal ya, Nath?" bisik Anna geram.
Nathan hanya mengeleng dan tersenyum ringan. Seolah tak pernah berbuat salah. Ia memang tak melakukan kesalahan, tapi melakukan kenakalan dengan menggoda kakak tersayangnya.
"Nathan pergi dulu, kak." pamit Nathan sambil mencium pipi Anna dan pergi dengan seringai yang sarat makna.
Anna menatap seringai Nathan jengah. Lihat saja nanti, Nathan akan melakukan suatu hal yang pernah dilakukan Navendra. Meski nantinya akan berbeda sedikit.
🐣🐣🐣🐣
Seminggu kemudian....
"Sudah kuduga." guman Anna datar tapi terlalu pelan untuk bisa di dengar orang-orang apalagi di tengah-tengah keramaian pesta resepsi Nathan dan Sita.
"Kamu ngomong sesuatu, sayang?" tanya Nathaniel.
Anna menatap Nathaniel dan tersenyum manis.
"Bukan hal yang penting." jawab Anna sambil mengalihkan pandangannya ke arah Nathan yang juga tengah menatapnya.
"Kalo kamu capek, bilang aja sama aku." pesan Nathaniel yang hanya diangguki Anna dengan acuh.
"WOI JONATHAN!! Gilak! Bini lo cakep juga." sapa salah satu teman Nathan.
Merasa ada yang tak beres, Anna mengajak Nathaniel dan keempat babysitter yang menggendong empat jagoan Anna ke tempat Nathan dan Sita.
Nathaniel menatap Anna yang berjalan di depannya dengan langkah anggun. Ia heran, rambut Anna sudah sangat panjang tapi tak pernah di potong oleh sang pemilik. Apa Anna tak keberatan dengan rambut yang meski sudah di sanggul dan di kepang tetap saja menyisakan banyak sekali rambut yang terurai?
"Kamu mabuk?" tanya Anna yang lebih tepat menjadi pernyataan.
"Diem lo~ Anak kecil~ Hik! Terserah gue mau mabuk kek~ Enggak kek~ Suka-suka- Hik! Suka-suka gue~ Hik!" balasnya.
"Tristan! Berani banget lo ngomong gitu sama kakak gue!" geram Nathan sambil mengepalkan tangannya.
"Dia~ Hik! Jalang, bosku~ Lakinya- Hik! Ada dimana-mana~ Hik! Hik!"
"Letty, Gael, Ero. Bawa pemuda ini pergi." titah Anna entah pada siapa.
Tiba-tiba saja dua wanita cantik dan satu laki-laki tampan mendekati Anna dan menyeret Tristan pergi dengan dibumbui pemaksaan dan sedikit kekerasan fisik.
"Mereka siapa, kak?" tanya Nathan bingung.
"Itu temen-temen aku, Pak Jo." jawab Sita.
"Tepatnya anak buah Alcio." tambah Anna.
"Eh? Bukannya kakak nolak tawaran kak Alcio buat nerima harta warisannya ya?" tanya Nathan bingung.
"Iyalah. Mana mau kakak kesayangan kamu ini nerima persyaratan tak lazim seperti itu." jawab Anna dengan ekspresi sombong.
"Kamu nggak cocok jadi sombong, yang." komentar Nathaniel.
Nathan menatap gaun yang dikenakan Anna. Short dress warna merah maroon yang cukup longgar dengan flat shoes warna merah terang. Anna pandai memilih pakaian yang bisa menyembunyikan perut buncitnya.
"Udah berapa lama kak?" tanya Nathan ambigu.
"Udah dua minggu ini. Kenapa? Kepo ya~"
Selang beberapa menit, keluarga dari mempelai pria datang dengan pakaian terbaik mereka. Sepertinya mereka terlambat karena terjebak macet.
"Itu Tristan kenapa di seret kayak gitu?" tanya Lean bingung.
Nathan hanya mengendikkan bahunya acuh. Sekali sentakan Nathan menarik Sita mendekat dan mengecup bibir manis istrinya. Perlakuannya mendapat siulan jahil dari Anna.
"Sudahlah, Anna. Jangan menggoda pengantin baru kita." sahut Alcio.
Anna mendelik ke arah Alcio.
"Kau selalu saja mengangguku, dasar rekan tak berguna." omel Anna.
"Le, kapan nyusul gue? Jangan bilang lo nggak mau nikah, lo nggak belok 'kan?" sindir Nathan.
"Dih, ya nggak lah! Ntar gue cari cewek yang lebih cakep dari Sita." balas Lean sewot.
"Gak percaya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jonathan Reyva Zaxiusz [TAMAT]
Teen FictionSUDAH TAMAT, YH! Jonathan Reyva Zaxiusz. Si bungsu Zaxiusz ini waktu kecil gemesin banget. Eh waktu udah agak gedean, njengkelin banget. Bikin orang naik pitan. Tapi kalo sama Anna, manisnya ngalahin gula. Navendra sama Ruth saja sampai kewalahan me...