03 - What's Wrong?

2K 287 31
                                    

Proyek kebun pelangi impian Yumi tertuntaskan dengan apik pekan lalu. Kalau Hoseok bangga sebab mengantongi binar puas dan mendamba istrinya, maka Yumi bangga karena sang suami mendapatkan timbal balik atas apa yang ia ekspetasikan dari implementasiannya. Celetuk bercanda tersebut akan bertransisi menjadi ratusan calon pemanja jiwa yang diinformasikan melalui mata, dan lantas Yumi mewanti-wanti refleksinya sendiri untuk menanti. Hanya menanti, tidak bersama campur tangan.

Demi apa pun, sumpah Yumi kecewa tidak mampu berbuat lebih terhadap sesuatu yang tiba-tiba kelewat menggoda. Namun, pada dasarnya memiliki jiwa pemberontak yang lagi menggebu-gebunya, Yumi melanggar. Tenang, ia tidak berbuat berlebihan, terbilang di batas wajar, Yumi masih sayang anak-anak di perutnya, pun Hoseok. Memindai atensi ke alat bantu waktu di dinding terdekat, tujuh lewat dua lima, menandakan sudah sepuluh menit lepas kepergian Sheira—atas paksaan tak terdeteksi Yumi—dan kedatangan lelakinya beberapa menit ke depan.

Sembari merapikan apa-apa yang nampak keliru di atas meja makan, Yumi bersenandung enteng. Masih dengan lagu yang sama ketika terakhir Yumi membikin konser kecil-kecilan di kamar mandi, seolah belum mau lepas dari bibirnya. Secara pribadi, calon ibu itu tidak peduli, ia sedang di puncak kesukaan atas sesuatu yang diciptakan khusus buatnya. Lagu persembahan dari Hoseok, omong-omong. Masa itu, Yumi sekoyong-konyong merengek ingin dinyanyikan oleh Hoseok. Lelaki Jung bilang, ia tidak bisa bernyanyi, suaranya sumbang. Akan tetapi, realitas mengulaskan, lantunan Hoseok membuat intensitas tidur Yumi jadi lebih lama. Dan lusa kemudian, Yumi menerima informasi, selain menari, Hoseok pandai bermusik.

Yumi melempar pandangan akibat desibel kelewat samar menyebut namanya. Benar saja, langkah Hoseok lebih tegas intonasinya ketimbang seruan bibir—ia menyembul di ambang gapura antar ruang tengah dan dapur bersama tarikan lega di bibirnya. Oke, bagi Hoseok, melihat Yumi-nya di hari super melelahkan semacam ini adalah asupan pengisi ulang energinya, yang habis terkuras dengan huru-hara kantor. "Senang cepat melihatmu, Kesayanganku."

Menantu keluarga Jung itu berderap sambil mendengus kecil, mendekati Hoseok untuk sekadar melakukan rutinitas; mengambil alih tas dan jas, serta menghadiahi kecupan singkat. Namun, daftar terakhir gagal dilakukan sebab Yumi tiba-tiba merasakan otot tubuhnya kehilangan kendali, ia nyaris meluruh ke bawah dengan kasar, andai Hoseok tidak gesit menangkap pinggang Yumi.

"Yumi! Astaga, kau kenapa, Sayang?" Di penyanggahan, selaras air muka, Hoseok panik. Masa bodo dengan jawaban timbal balik wanitanya, Hoseok menggendong Yumi ke teritori terdekat; sofa ruang tengah; menyisihkan tas dan jas kantor hingga tergeletak begitu saja. Hoseok mendaratkan Yumi secara perlahan, berusaha tak menambah kesakitan apapun untuk istrinya. Di lain sudut, Yumi lepas arah, tidak ada tanda kepeningan yang membucah, hanya merasa lemas dari ujung ke ujung.

"Aku ambil minum sebentar." Hoseok menarik diri, kembali ke arah tempat Yumi berkutat sebelum ia roboh. Menyinggahi dispenser bersama sebuah gelas bergagang merah muda lalu Hoseok mencerna korelasi yang dialami Yumi dan meja makan tatkala manik kembarnya memicing. Baiklah, Hoseok akan menyimpan argumennya terlebih dahulu. Hoseok berbalik lagi, terpenting, Yumi-nya tenang.

Kendati lemas, tangan Yumi masih merespon dengan baik saat Hoseok membantunya mengonsumsi hidrogen tersebut. Disuruh Hoseok menumpukan badan di punggung sofa lewat isyarat sentuhan, Yumi menurut. Padahal dalam relung serta kepala, Yumi tetap tak mengerti, apa yang tengah menimpa. Akankah hanya serangkaian risiko ibu hamil, seperti mengidam, sakit punggung dan pinggang yang senantiasa ia rasakan? Agaknya, memang iya.

"Perlu ke Dokter?"

Yumi menggeleng kemudian menempatkan tangannya di atas tangan Hoseok yang memang tengah singgah di sebelah lengannya. "Tidak usah. Aku ... ya, hanya ... kelelahan," jawab Yumi sengaja dibuat samar yang ternyata percuma saja, kelereng cokelat Hoseok menatap sebegitunya. Jadi, lebih baik ia merangkai alasan di dalam diam atau cari pilihan aman lain; benar-benar diam.

Our FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang