00 - Epilogue

1.9K 225 40
                                        

“Pada akhirnya, dialah pemenangnya.  Mengalahkan takdir dan menukar nasib. Memilih dua kebahagiaan baru ketimbang miliknya sendiri tanpa tahu, bahwa banyak yang telah ia luncuti. Eomma kalian orangnya memang seperti itu,” ucap Jung Hoseok hampir melirih di ujung.

Di awal ia sudah sangat keliru, ingatan tentang Jeon Yumi mengembuskan napas terakhir dengan begitu mendadak dan tak terduga masih betul-betul menyiksa.

Padahal, ia, Yumi dan anak-anak baru akan memulai hidup baru setelah susah payah melewati dinding raksasa yang menghambat kehidupan bahagia mereka. Diberi harapan tinggi lalu dihempaskan kembali ke dasar terdalam. Namun, apa mau dikata, Yumi yang menciptakan jalan lain sebagai titian hidup untuk penutup kisahnya.

Masih segar tergambar tatkala Hoseok berlari untuk menggapai tubuh tak berdaya bersimbah darah itu, tetapi Yumi, kesayangannya yang tengah di ujung tanduk itu, malah memerintah Hoseok supaya menolong seorang wanita yang terduduk sambil pandangi bocah kecil di sisi lain jalan dengan telunjuk gemetar bertetes darah. Tentu saja, Hoseok tidak mau peduli, karena siapalah orang asing itu dibandingkan dengan istri tercintanya. Hoseok peluk tubuh kacau Yumi erat, menyalurkan afeksi yang mungkin bisa membantu kendati tidak tahu di bagian mana saraya berteriak minta tolong, kemudian menggapai ponsel guna memanggil ambulans. Sialan, badan Hoseok yang gemetar gamang dan rasio kacau luar biasa tidak bersahabat.

Akan tetapi, segigih apa pun Hoseok berusaha, sekuat apa pun memohon agar Yumi bertahan memohon agar Yumi diselamatkan sekali lagi, agar Yumi mendapat kebahagiaannya kembali, tidak ada perubahan pada hasilnya.

Jeon Yumi pergi membawa sebongkah hati Jung Hoseok menuju langit, dan tidak akan pernah kembali.

Detik-detik kehancuran dunia Jung Hoseok di mulai, galaksi hangatnya pun sontak meredup. Hoseok terkenang, dia pernah bilang, tidak sanggup terlalu lama berpisah bahkan sekadar satu minggu. Namun, kenyataan apa yang diberikan kepada Hoseok? Ia dan Yumi harus berpisah selamanya. Hoseok hancur sehancur-hancurnya. Jangankan satu hari atau satu jam, satu detik saja Hoseok sukar bernapas. Kerongkongannya gemar tersendat. Hatinya hampa, nelangsa. Tidak bisa tidur, kerap menangis, nafsu makan mengalami inflasi, perusahaan menjadi ketar-ketir. Alih-alih berperan bak matahari berwujud manusia, Jung Hoseok persis seperti orang gila. Tanpa kecerian, kehangatan, dan harapan.

Katakanlah Hoseok pecundang dan payah, karena realita memang demikian. Hoseok tetap belum mampu bangkit sepenuhnya dari bayang-bayang Jeon Yumi sampai delapan belas tahun. Progres penyembuhan hati Hoseok tertatih dan mungkin akan stagnan, jika tidak ingat ia memiliki Jung Yoohee dan Jung Yooho sebagai tanggungan. Di tahun kedua ia ditinggal, Hoseok perlu ditampar terlebih dahulu agar dapat menata kehidupan barunya tanpa presensi Yumi. Benar saja, selain dukungan orang terdekat, Hoseok punya si kembar sebagai obat pereda terampuh luka Hoseok.

“Hei, kenapa menangis?” Sambil tersenyum simpul, Hoseok bertanya tatkala memergoki bulir kristal meluncur kompak di pipi kedua anaknya. Dasar anak kembar, cetus Hoseok dalam benak.

“Aku tahu secara garis besar kisahnya Eomma, tapi setelah mendengar sedetil itu dari Appa ....” Yoohee menggantungkan kalimatnya guna menyeka air mata. Ia melanjutkan, “Rasanya kami mengerti, alasan Appa sebegitu rindunya dengan Eomma.”

Perasaan yang meletup-letup dan menggila? Hoseok akan benarkan.

Sementara Yoohee selesai berurusan dengan tangisan, Yooho tetap membiarkan mengalir tanpa niat berhenti. Dari karakter Yooho menyuntik milik Hoseok, penuh empati dan emosional. Terkadang menjadi kelewat cengeng untuk satu hal. Pasti, Hoseok tidak menyalahkan. Malah bakal aneh jika sekarang Yooho tertawa, Hoseok pastikan anaknya itu mendekam di gudang hingga menyadari kesalahannya.

Our FatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang