Karin dan Jihan pun menuju cafe dekat sekolah. Mereka pun memesan makanan dan minuman. Untuk mengawali pembicaraan, mereka berbasa-basi terlebih dahulu. Seperti menanyakan rumah, keluarga, dan lain-lain.
"Kamu udah lama kenal Alfi?." tanya Karin menyelidik.
"Engga. Baru tadi."
"Masa? Kok udah lengket aja?."
"Tadi dia cuma nolongin aku aja. Sumpah." Jihan meyakinkan.
Beberapa saat hening. Mereka menghabiskan makanan sebelum mereka melanjutkan perbincangan sore itu.
"Oh iya. Tadi belum sempat ke jawab pertanyaan ku." kata Jihan.
"Yang soal indigo?."
Jihan mengangguk.
"Gini ya, menurut banyak orang anak indigo itu istimewa. Gak semua orang diberi kelebihan kayak kita, selain bisa liat hal-hal gaib, anak indigo juga bisa berinteraksi dengan semua makhluk macam mereka." Karin mengatur napasnya sejenak.
"Tapi saat ada orang yang liat kita berinteraksi sama mereka. Orang-orang pasti mikir kalo kita ini gila. Dulu waktu aku kelas 10 aku sering ngobrol sama makhluk-makhluk yang ada disekolah. Tapi mereka ngira kalo aku gila. Lalu berita itu ke sebar satu sekolah. Pernah juga ada kerasukan dikelas ku dulu, mereka mikir kalo aku penyebab kerasukan itu. Trus pandangan mereka jadi aneh terhadap ku. Aku dikucilkan dan gak punya teman." lanjut Karin dengan wajah sendu.
Hati Jihan seketika terenyuh mendengar cerita Karin. Jadi itu sebabnya tadi Karin nyolot sama Jihan didepan toilet. Ia tak ingin teman barunya juga menjauhinya.
"Sekarang kan aku temenmu. Kamu jangan sedih lagi, aku akan selalu ada buat kamu, Rin." hibur Jihan.
"Kamu serius mau jadi temen aku? Apa gara-gara kamu juga indigo makanya kamu mau temenan sama aku."
"Aku indigo ataupun engga, aku akan tetep jadi temen kamu kok. Aku kalo temenan gak pilih-pilih. Yang penting aku punya temen yang baik." ujar Jihan tersenyum.
"Makasih ya, Han."
Langit semakin redup. Fahmi sudah menunggu Jihan di depan cafe.
"Kamu pulang sama siapa, Rin?." tanya Jihan, keluar dari cafe.
"Naik taksi juga bisa."
"Bareng sama aku aja. Dari pada naik taksi bayar mahal." ajak Jihan.
Karin sudah menolak ajakan Jihan, namun tak hanya Jihan yang memaksa untuk mengantarkannya, kakak Jihan pun tak kalah baik hatinya pada Karin. Apa daya Karin, ia pun mengiyakan ajakan kak Fahmi.
Setibanya didepan gerbang rumah Karin, bulu kuduk Fahmi berdiri seketika. Rumahnya tampak mistis dan besar. Karin pun turun dan melambaikan tangannya.Saat diperjalanan, Fahmi memegangi tengkuknya sedari tadi.
"Kenapa kak? Kakak sakit?." tanya Jihan yang sedari tadi memperhatikan tingkah kakaknya yang aneh.
"Gak tau nih, merinding aja tiba-tiba." jawabnya.
Tiba-tiba..
Jihan menoleh ke jok belakang, "Ehh kamu ngapain masih disini?."
Fahmi melirik dari kaca mobil dalam, tak ada apapun di jok belakang. Membuat rasa takut Fahmi makin menjalar.
"Kamu ngomong sama siapa sih?." tanya Fahmi.
"Itu dibelakang ada...."
"Ssstttt.. Udah udah jangan dilanjut." kata Fahmi.
"Tadi tanya, giliran mau dijawab suruh diem. Gimana sih kak Fahmi." kata Jihan kesal.
Fahmi menambah kecepatan mobilnya.
***
Pukul 21:00
Jihan baru selesai belajar, namun matanya masih belum bisa mengantuk. Selain indigo dia juga insomnia, tidur paling cepat pukul 23:00. Kadang jam 4:00 dini hari baru tidur. Biasanya jika ia tak bisa tidur, ia browsing di laptop ya sekedar mencari hiburan.
Malam sudah sangat larut, Jihan masih sibuk menonton youtube film drama korea.
Film favoritnya sudah tamat ditontonnya. Kini ia mencari film lain, tak sengaja ia menemukan video tentang Pemuja Setan ia belum pernah melihat video itu. Dengan rasa penasaran di bukalah video itu.
Video yang berdurasi lima menitan itu membuat bulu kuduk Jihan berdiri. Sekte sesat itu sangat menakutkan. Ritual-ritual tak masuk akal membuatnya bergidik ngeri. Memang masih ada ya zaman sekarang sekte kayak gini? Pikir Jihan.
Jihan tak mau lagi membuka video itu lalu meng- pouse nya. Tak terasa sudah pukul 3:00 dini hari. Jihan pun segera tidur meskipun hanya beberapa jam.~•~•~•~
Tbc :)
Kasih voment ya gaesss :v
Maaf baru bisa update, karna akhir2 ini lagi bdmd sumpah :)
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO (Pemuja Satan)
HorrorAnak indigo bukanlah anak yang aneh atau gila, mereka yang memiliki kemampuan khusus tak pernah menginginkan menjadi seorang indigo. Namun jika Tuhan berkehendak mau bagaimana lagi? Ini salah satu kisah seorang gadis bernama Jihan Az-Zahra, dia ter...