Bab 10

2.5K 165 0
                                    

Hari ini cuaca agak mendung. Mungkin beberapa jam lagi akan hujan, karna awan hitam sudah hampir menutupi matahari. Udara pagi itu juga tiba-tiba panas.

Karin terus merengek pada Jihan supaya mau ikut organisasi pencari jejak. Namun, sepertinya Jihan mulai luluh. Ia juga masih penasaran dengan sekte itu, siapa tau dengan ikut organisasi ini ia bisa mengetahui banyak hal.

Saat istirahat tiba, Karin dan Jihan menemui Alfi dikelasnya. Kebetulan Alfi masih dikelas. Sebelum masuk dalam organisasi, mereka harus mengisi formulir terlebih dahulu.

"Selamat kalian telah menjadi anggota team pencari jejak." Alfi memberi selamat, dan menjabat tangan Karin-Jihan secara bergantian.

Karin tersenyum lebar. Usahanya merayu Jihan tidak sia-sia, meski harus memohon.

"Trus hari apa aja ada organisasi ini?." tanya Karin semangat.

"Senin dan kamis." balas Alfi.

Seusai bergabung dalam organisasi, Karin dan Jihan ke kantin.

***

Pukul 13:30

Hujan deras mengguyur bumi secara tiba-tiba. Langit hitam pekat, disertai angin dan petir. Kegiatan belajar pun terhenti karna mati lampu satu sekolah. Guru-guru meninggalkan muridnya di dalam kelas.

Bulu kuduk Jihan berdiri. Ia merasakan sesuatu, bau menyan yang menyengat membuatnya terbatuk.

Dari bangku pojok paling belakang Jihan mendengar suara teriakan. Namun, teman-teman sekelasnya tak ada yang mendengarnya. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Suara itu melengking, membuat telinganya sakit bukan main.

Jihan pun segera ke toilet. Bodohnya dia, toilet sangat gelap karna mati lampu. Ia menggunakan layar hp untuk penerangan. Dengan bismillah ia memberanikan diri untuk masuk.

Nasib baik tak ada yang mengganggunya saat di toilet. Ia pun kembali ke kelas, para murid keluar kelas dengan wajah ketakutan.

"Ada apa ini?." tanya Jihan pada salah satu murid.

"I-itu Dita kerasukan."

Beberapa guru sudah tiba untuk menolong Dita. Salah satu guru menyuruh semua murid jauh-jauh dari area kelas.

Dimana Karin?

Jihan tak melihatnya. Ia mengintip di balik jendela kelas, tak ada juga disana. Lalu kemana?

"Kamu tau Karin dimana?. " tanya Jihan pada salah satu teman sekelasnya.

"Gatau."

Jihan mencari Karin kemana-mana. Ia pun menelponnya.

"Hallo, Han."

"Kamu dimana?." tanya Jihan dengan napas tersengal-sengal.

"Aku depan gudang."

Tanpa basa-basi Jihan menutup telponnya dan bergegas ke gudang dengan berlari. Setibanya disana, ia melihat Karin duduk meringkuk di depan pintu gudang.

"Karin!." seru Jihan.

Karin spontan berdiri.

"Kamu ngapain disini? Kamu gak liat si Dita kerasukan? Kamu malah disini." wajah Jihan sudah merah, dengan napas memburu.

"Maafin aku, Han. Aku mau nolongin Dita, tapi mereka malah ngusir aku dari kelas. Mereka bilang aku penyebab kerasukan Dita." jelas Karin.

"Siapa yang ngusir kamu?." tanya Jihan tegas.

"Temen sekelas. Mereka selalu nyalahin aku kalo ada hal gaib."

Jihan diam sejenak,

Wajah Jihan sudah mulai terlihat adem.

"Aku yakin ini semua bukan karna kamu. Kamu mau kan tolong Dita?." tanya Jihan lembut.

Karin mengangguk.

Mereka segera ke kelas, Jihan dan Karin nekat masuk kelas meski sudah dilarang. Dita semakin parah, dia naik ke atas meja dengan wajah marah dan mata merah menyala.

"Aduh kalian ngapain masuk kesini? Ini bahaya. Ayo keluar!." usir Pak Sholeh (guru kelas 10 IPA)

"Pak, temen saya bisa menolong Dita." ucap Jihan.

"Kita aja yang dewasa belum bisa menolong Dita. Apalagi dia yang masih bocah." melirik Karin.

"Pak percaya sama saya. Plisss Pak."

"Tidak. Tidak boleh. Kalian cepat keluar!." usir Pak Sholeh lagi.

Karin dan Jihan tidak menggubris perkataan Pak Sholeh. Mereka mendekati Dita. Para guru yang menolong Dita pun sontak kaget melihat Jihan dan Karin masuk tanpa izin.

Karin menyodorkan kalungnya ke arah Dita sambil membaca mantranya. Dita berteriak kesakitan. Angin kencang pun ikut menyertai didalam kelas, buku-buku beterbangan. Dari atas meja pindah bangku pojok belakang. Kelakuannya sama sekali bukan Dita.

Butuh waktu untuk mengeluarkan arwah itu. Akhirnya dengan usaha dan tekat arwah itu mampu dikeluarkan. Dita seketika pingsan, lalu dibawa ke UKS.

Jihan, Karin dan beberapa guru tadi pun keluar kelas. Jihan dan Karin menjadi pusat perhatian saat itu.

"Jihan, Karin terima kasih telah membantu Dita." ucap Pak Sholeh.

"Iyaa Pak." sahut mereka bersamaan.

Pak Sholeh dan beberapa guru yang ikut menolong tadi segera ke UKS untuk memeriksa keadaan Dita.

~•~•~•~

Tbc :)

Maap ya baru update. Lagi sibuk soalnya :V

Kasih vomment ya sayyy :*

INDIGO (Pemuja Satan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang