Bab 22

2K 146 8
                                    

Keringat membasahi seluruh tubuhnya. Ia masih berlari dan berlari, Jihan juga melihat beberapa penampakan lainnya. Namun ia tak menggubrisnya, ia masih berlari untuk mencari jalan keluar.

Jihan naik ke tangga darurat, tibalah ia ke lantai dua yang tak kalah gelap juga. Bau di lantai dua seperti bau bangkai, entah darimana asal bau itu. Tapi seluruh sisi baunya sama saja sama-sama bau bangkai.

Tibalah Jihan di lorong, bau bangkai itu sudah tak tercium lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tibalah Jihan di lorong, bau bangkai itu sudah tak tercium lagi. Telinganya mendengar seseorang minta tolong. Sedikit ada rasa takut, namun ia memberanikan diri untuk mengecek apakah itu benar-benar manusia.

Langkah Jihan melambat, suara minta tolong itu ada dibalik pintu yang berada diruang D4-666 Jihan mengumpulkan keberanian dulu sebelum membuka pintu itu. Setelah yakin dan berdoa, ia membukanya sedikit.

"Hallo?." sapa Jihan.

Jihan membuka hingga pintu benar-benar terbuka seluruhnya. Entah mengapa dirinya percaya saja dengan suara itu, didalam ruangan itu tak ada siapapun.

Eh tunggu..

Jihan melihat ada sesuatu terbaring diatas kasur pasien. Tapi, tertutup oleh selimut putih namun sudah lusuh dan kotor. Jihan bingung apakah ia harus membuka selimut itu atau tidak? Ia tak pernah tau kejutan apa dibalik selimut itu.

Ditariknya selimut itu pelan-pelan. Dan kau tau dibalik selimut itu? Bangkai manusia yang benar-benar bau disertai ulat di wajah mayat itu, Jihan hampir muntah karna tak tahan dengan bau busuk. Aromanya makin mencekam, Jihan segera keluar ruangan dan berlari secepat mungkin.

Jihan mencari tangga darurat yang ia naiki tadi, tapi ia hanya berputar-putar di lantai dua. Ini memang aneh, dan membuatnya takut. Jihan mendengar suara lain juga. Suara tangisan, tawa, teriakan, langkah kaki, suara larian.

"Dimana teman-temanku? Kenapa aku terjebak sendiri disini? Apa ini akhir hidupku?." tanya Jihan ketakutan.

Jihan bersembunyi di toilet. Menutup pintu rapat-rapat, berdoa supaya Allah memberi pertolongan. Mulut Jihan terus berdzikir, jantungnya berdebar-debar tak karuan.

Tap.. Tap..

Tap.. Tap..

Bunyi langkah kaki yang mendekati toilet yang ia masuki. Jihan diam sejenak, berharap bukan salah satu hantu di rumah sakit ini. Langkah itu berhenti tepat didepan pintu toilet.

"Jihan.."

Ada yang memanggilnya.

"Jihan. Keluarlah. Ayo kita pulang."

Jihan mengenali suara itu,

Ya itu suara Alfi. Dia datang untuk menolongnya, Jihan segera keluar. Dan benar saja itu Alfi dihadapannya. Ia sangat senang Alfi datang menolongnya.

"Alfi. Alhamdulillah kamu dateng nolongin aku. Ayo kita pulang Al. Aku gak mau ditempat ini." rengek Jihan.

"Ayo ikut aku." ajak Alfi.

Jihan mengikuti Alfi dari belakang. Alfi pun tak banyak bicara. Tapi mengapa Alfi sendirian? Dimana anggota yang lain?

"Al kok kamu sendiri? Yang lain dimana?."

Alfi membisu,

"Alfi? Kok gak dijawab?."

Mereka memasuki lift. Mereka naik ke lantai atas, eh tunggu ini kan rumah sakit yang sudah terbengkalai, kenapa liftnya bisa beroperasi?

"Al. Tunggu Al, kenapa liftnya bisa jalan? Harusnya lift ini mati." tanya Jihan heran.

Alfi masih santai saja dan tak menggubris pertanyaannya. Jihan sangat panik, perasaannya begitu buruk sangat itu. Antara percaya atau tidak dengan kejadian saat ini.

Lift berhenti.

Mereka pun keluar dan berada di lantai lainnya. Jihan bingung dengan Alfi, mengapa dia tak membawanya keluar dari gedung ini? Tapi malah membawanya entah di lantai berapa ini. Ada yang aneh dengan Alfi.

"Alfi tunggu. Kenapa kamu gak bawa aku keluar dari sini? Kenapa ngajak aku ke lantai atas? Jawab Al jawab!!." bentak Jihan.

Alfi membalikkan badannya, menatap Jihan. "Kamu ikut saja denganku. Tidak usah banyak bicara."

Wajah Alfi juga pucat. Dan saat itulah Jihan sadar, jika lelaki dihadapannya bukanlah Alfi yang asli. Alfi dikerumuni hawa negatif, ia merasa dingin saat berdekatan dengan Alfi. Bodoh sekali ia, kenapa tak sadar sejak awal.

Jihan langsung berlari menuju lift. Menekan tombol lantai satu, namun tak bisa, lift itu tidak bisa beroperasi. Tak habis pikir ia pun mencari tangga darurat.

Ia menemukannya, lalu segera turun dengan berlari. Alfi mengejar Jihan, dengan sekuat tenaga Jihan terus berlari.

Tiba-tiba..

Ada Alfi menghadangnya. Jihan kaku seketika, Alfi menariknya namun Jihan memberontak. Jihan berteriak minta tolong. Alfi mencakar lengan kiri Jihan hingga kaosnya robek.

Jihan mengambil balok kayu lalu memukul Alfi. Namun, itu percuma karna Alfi yang dihadapannya bukanlah Alfi yang asli, itu setan yang menyamar.

Jihan berhasil melarikan diri, dan melanjutkan larinya. Ia dihadang kembali oleh sesosok Alfi.

"Jihan? Kamu kemana aja? Kita nyariin kamu." kata Alfi.

Jihan diam,

Alfi datang dengan Rangga dan Haris(mereka teman sekelompoknya). Dari atas terdengar suara raungan yang membuat Jihan takut. Jihan percaya jika yang datang bersama Rangga dan Haris adalah Alfi yang asli.

Mereka berempat langsung lari kebawah. Mereka sudah tiba dilantai satu, karna sangat lelah berlari-lari mereka memutuskan untuk duduk sejenak.

Jihan menatap Alfi. "Ini beneran kamu kan Al? Bukan hantu?."

"Kamu ngomong apa sih Han? Ya aku manusialah."

Kemudian, ia menceritakan pengalamannya bertemu hantu yang menyerupainya. Dan cakaran dilengan kirinya. Alfi, Rangga dan Haris kaget mendengar cerita Jihan. Sempat tak percaya namun itulah kenyataannya.

~•~•~•~

Tbc gaess..

Kasi vomment gaess, maaf lama ga update :)

INDIGO (Pemuja Satan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang