Sepulang sekolah Karin tak sengaja bertemu Riska dan teman-temannya. Mata mereka bertiga menyala bagai bara api setiap melihat Karin. Namun Karin hanya merunduk.
"Heh anak aneh!." gertak Riska.
"Seneng ya ada yang belain." lanjut Riska.
"Maksudnya?." tanya Karin.
"Itu si Jihan, sekarang dia jadi pahlawan dadakan yang siap siaga kalo ada yang gangguin kamu."
Karin terdiam,
"Kamu kasih guna-guna apa ke Jihan sampe dia mau-maunya belain kamu?." tambah Gisel.
Karin menggelengkan kepala. Ia tak pernah mengguna-gunai siapapun termasuk Jihan, teman barunya.
"Ngaku kamu. Ngaku!." bentak Riska.
"Dasar anak dukun. Anak iblis!!." hina Gisel.
Riska dan teman-temannya sangat membenci Karin, mereka tak segan-segan menghina dan memaki Karin habis-habisan.
Gisel mendorong Karin ke lantai hingga tersungkur. Karin hanya diam tak mau melawan.Tiba-tiba Jihan datang dan balik mendorong Gisel. Jihan tak terima melihat perlakuan bejat mereka.
"Heh! Kalian gak punya hati apa?! Karin itu manusia bukan hewan, kok kalian perlakukan dia kayak gitu?." omel Jihan sambil menunjuk kearah mereka.
"Jangan jadi pahlawan dadakan ya kamu." cetus Febi melipat tangannya.
"Dia emang pantes digituin. Semua orang benci sama dia." tambah Gisel.
"Apa salah Karin?."
"Dia anak dukun, anak iblis, temen setan. Oh satu lagi, dia pembawa sial disekolah ini." jawab Riska.
Jihan menggeleng-geleng kepala. Tak pernah ia mendengar hinaan semacam itu. Mereka benar-benar keterlaluan. Jihan berniat untuk melaporkan hal ini pada Wali Kelas atau Kepala Sekolah.
"Laporin aja." kata Riska belagu.
"Pergi sana!." usir Jihan, menunjuk ke sembarang tempat.
"Kita juga mau pergi kok. Gak usah nyolot yaa!." ujar Febi.
Setelah mereka pergi meninggalkan Jihan dan Karin, Jihan membantu Karin bangkit dari lantai.
"Kamu gak apa-apa Rin?."
Karin tersenyum, "Aku baik-baik aja, Han."
"Kok mereka jahat banget sama kamu. Kamu juga kenapa gak lawan mereka?."
"Gak usah, Han. Percuma kalo aku lawan mereka, aku bakal kalah. Bagaikan satu banding seribu Han. Lebih banyak yang benci aku." Karin masih bisa tersenyum setelah semua perlakuan Riska dan teman-temannya.
***
Seusai sholat isya Jihan belajar mapel matematika. Sebelum memulai belajar ia mengambil segelas air putih untuk me-rilex-kan pikirannya.
Ada sosok sekelebat lewat dibelakangnya. Spontan ia menoleh. Tak ada siapapun. Tepat disamping rumahnya ada satu rumah. Kata Mamanya rumah itu milik Pak Herlambang, namun semenjak ia dan keluarganya pindah dirumah ini ia sama sekali belum pernah bertemu Pak Herlambang.
Pukul 23:00
Fahmi masih belum tidur, ia masih mengerjakan tugas kampus. Ketika hendak mengambil buku catatan tiba-tiba buku itu hilang entah kemana. Fahmi masih ingat ia meletakkan buku itu tepat disampingnya.
Fahmi mengobrak-abrik meja belajarnya. Nihil hasilnya, buku itu tak ada. Fahmi mencari kesemua sudut kamarnya.
"Eh mana sih bukunya." gumamnya.
"Ih mana sih." Fahmi menggaruk-garuk kepalanya.
Fahmi menghela napas, dia duduk di kursi sejenak untuk mengingat-ingat bukunya. Sudah lima menit berpikir. Ia mencari di meja belajarnya lagi siapa tau ada. Dan ternyata memang benar. Buku itu ada di meja belajarnya.
"Eh ini buku tadi kemana sih. Udah di obrak-abrik gak ada. Tapi sekarang jelas adanya." bingung Fahmi.
Bingkai foto Fahmi di dinding tiba-tiba terjatuh. Fahmi refleks menoleh. Kakinya bergetar menjalar ke tangan.
Ada suara yang membisiki telinganya, memanggil namanya. Fahmi segera keluar dari kamar dengan ketakutan. Ada yang menyentuh bahunya, sangat terasa.
"Ya Allah apa salah Fahmi? Kenapa ada yang gangguin Fahmi? Tolong Fahmi Ya Allah." rengek Fahmi. Membuat Jihan keluar kamarnya dan mendapati kakaknya duduk memeluk lututnya dengan raut ketakutan.
Jihan tertawa melihat kakaknya bagai anak TK minta permen. Hahaha ya ampun kakak ku ohh kakak ku, gumamnya.
"Kak Fahmi." panggil Jihan di hadapannya.
Fahmi berdiri memegangi tangan Jihan. "Han tolongin kakak. Suruh temenmu gak gangguin kakak. Plisss Han." rengek Fahmi lagi.
"Kenapa sih kak?."
"Kita cerita dikamar kamu aja."
Fahmi pun menceritakan peristiwa yang baru saja ia alami. Hal gaib yang membuatnya ketakutan. Jihan pun menyuruh teman gaibnya untuk tidak mengganggu kakak tersayangnya.
~•~•~•~
Tbc :)
Mafkan ak gaesss jarang update tapi jangan lupa kasii vomment yupss :v
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO (Pemuja Satan)
HorrorAnak indigo bukanlah anak yang aneh atau gila, mereka yang memiliki kemampuan khusus tak pernah menginginkan menjadi seorang indigo. Namun jika Tuhan berkehendak mau bagaimana lagi? Ini salah satu kisah seorang gadis bernama Jihan Az-Zahra, dia ter...