Saat istirahat pun tiba, semua murid berhamburan keluar kelas. Karin pun juga keluar meninggalkan Jihan yang masih duduk di kursi. Jihan tidak tau arah kantin, ia pun bertanya pada salah satu murid yang masih asyik mengobrol.
"Hai." sapa Jihan.
"Hai juga." sambut salah satu murid perempuan.
"Kalo boleh tau kantinnya dimana ya?." tanya Jihan.
"Kamu mau kekantin ya, yaudah bareng kita aja."
"Boleh."
Mereka pun segera pergi kekantin. Sesampainya disana, mereka mencari tempat untuk makan.
"Ohh iya, kenalin namaku Riska." mengulurkan tangan.
"Aku Jihan." membalas uluran tangan Riska.
"Kalo yang ini Gisel dan yang ini Febi." memperkenalkan teman yang di sebelahnya.
"Salam kenal ya kalian." ujar Jihan.
Mereka pun memesan makanan, sembari menunggu pesanan, mereka berbincang-bincang sejenak. Sesekali mereka membahas tentang Karin, ya murid yang mereka sebut aneh. Jihan hanya mendengarkan saja. Tak lama perbincangan mereka terhenti karna pesanan sudah tiba.
***
Waktu istirahat usai, mereka berempat segera bergegas ke kelas. Suasana kantin pun berubah sepi.
Ketika dikoridor sekolah, Jihan izin pada ketiga teman barunya ingin ke toilet. Riska menunjukkan arah toilet cewek.
"Han. Kita duluan ke kelas ya." kata Riska.
"Iyaa, Ris."
Jihan pun menuju toilet. Tiba-tiba matanya tertuju pada seseorang didekat toilet. Gadis itu entah berbicara dengan siapa, wajah gadis itu tak terlihat karna membelakanginya, langkah Jihan diperpelan supaya gadis itu tak menyadari kehadirannya.
Ketika sudah dekat, tepat di belakang gadis itu, dan betapa kagetnya Jihan melihat sosok gadis muda berwajah pucat pasi dengan kaki tak napak. Sontak Jihan sedikit menjerit dan melangkah mundur.
Gadis tadi pun berbalik badan. Karin? Dia ternyata teman semejanya. Apa yang ia lakukan? Tanya Jihan dalam hati.
"Ngapain kamu disini?." tanya Karin heran.
"A.. Aku.. Aku tadi mau ketoilet." jawabnya gugup.
Karin menyipitkan kedua matanya seakan tak percaya perkataan Jihan.
"Trus kenapa gak langsung masuk?." Karin menyelidik.
"Emm... " mata Jihan menatap langit-langit. "Kamu sendiri ngapain disini?." mengalihkan perhatian.
"Terserah aku lahh. Urusan kamu apa mau tau!." cetus Karin.
Karin pun pergi dari hadapan Jihan. Tapi sosok itu sudah lenyap entah kemana. Jihan pun masuk ke toilet untuk buang air kecil setelah itu mencuci tangan di wastafel.
Brakk!!!
Suara salah satu pintu terbanting sangat keras membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mencoba mengecek pintu paling ujung yang tertutup. Keringat dingin membasahi tubuh Jihan.
Jihan mendengar ada suara didalam toilet itu. Namun suaranya samar-samar. Kaki Jihan sedikit gemetar.
Jihan mengetuk pintu, "Ada orang?."
"Hallo."
Tak ada respon.
Jihan membuka pintu toilet itu dan naasnya tak ada siapapun disana. Jihan pun segera pergi dari situ, namun tiba-tiba ada suara dari langit-langit, iya ada yang merayap diatas. Jantung Jihan seperti mau copot, ia tak berani melihat keatap.
Secepatnya ia langsung membuka pintu utama toilet untuk keluar, tapi pintunya macet tiba-tiba. Jihan mengetuk-ngetuk pintu berharap ada yang mendengar dari luar. Suara diatap makin dekat, dan kini berhenti tepat diatasnya.
Tetesan darah jatuh di jilbab putihnya. Baunya sangat amis dan anyir.
"Darah?." melihat jilbabnya yang terkena darah.
Jihan memberanikan untuk melihat keatas. Pelan, pelan dan pelan mendongakkan kepala keatas. Dan terkejutlah ia melihat sosok berambut panjang dengan darah diseluruh wajah. Wajah makhluk itu benar-benar rusak.
Jihan menjerit seketika, lalu membaca ayat kursi sebisa mungkin. Akhirnya pintu toilet terbuka, dan ia langsung lari sekencang mungkin.
Saat dikoridor sekolah ia sempat terjatuh, kakinya kram. Keringat bercucuran. Tiba-tiba seseorang berdiri dihadapannya. Ia mendongak kearah orang itu. Seorang murid cowok menatapnya tajam. Lalu berjongkok dihadapannya.
"Kamu kenapa?." tanya si cowok.
Jihan hanya menggelengkan kepala.
"Nih minum dulu." memberikan sebotol air putih.
Jihan mengambil botol itu dengan gemetar. Lalu meminumnya. Sekarang degup jantungnya sudah stabil.
"Kamu murid baru ya?."
"Iyaaa."
"Kenalin namaku Alfian, panggil aja Alfi." mengulurkan tangan.
"Aku Jihan." membalas uluran tangan Alfi.
Alfi pun mengantarkan Jihan kekelas 11 IPS 1, ingin rasanya Jihan menolak namun kakinya tak bisa diajak kompromi.
Setibanya dikelas Jihan..
"Permisi, Bu." Alfi mengawali.
Bu Siska menoleh, diikuti para murid.
"Iyaa ada apa Alfi?.""Mau nganter Jihan, Bu. Tadi kakinya kekilir." jelas Alfi.
Bu Siska menyuruh Alfi dan Jihan masuk kelas. Tangan Alfi merangkul pundak Jihan dan tangan satunya memegangi tangan kanan Jihan. Menjadikan gosip panas anak 11 IPS 1. Setelah tugas Alfi kelar, ia pun pamit kembali kekelasnya yaitu 11 IPS 3.
Alfi anak hits, satu sekolah mengenalnya. Dia juga punya banyak fans cewek. Banyak yang mengejarnya, namun Alfi cuek.
***
Sedari tadi Jihan terdiam dan selalu merunduk. Ia tak mau mengingat kejadian tadi.
"Kamu kenapa?." tanya Karin.
Jihan menoleh, "Gak apa-apa kok."
"Maaf ya tadi didepan toilet aku nyolot."
"Iyaa. Santai aja."
"Ohh ya, kalo boleh tau tadi kamu lagi ngapain ya?." lanjutnya.
Karin diam sejenak.
"Gak ngapa-ngapain kok."
"Tadi itu siapa? Temenmu?."
Karin terkejut mendengar pertanyaan Jihan. Dari mana dia tau? Apa dia seperti ku? Tanya Karin dalam hati. Karin tak ingin jika ia jujur, Jihan juga akan menjauhinya dan tidak mau duduk dekatnya lagi.
"Kalo aku cerita yang sebenarnya takutnya kamu bakal jauhin aku kayak mereka." katanya dengan raut sedih.
"Jangan samakan aku kayak mereka."
Karin tersenyum,
"Dia temenku, sejak awal aku masuk sekolah ini sampai saat ini. Saat mereka jauhin aku cuma dia yang slalu ada buat aku." jelasnya.
"Dirumah baruku aku juga punya temen gaib."
"Jadi kamu indigo?." Karin memastikan.
"Iyaa."
"Mereka jangan sampai tau kalo kamu indigo. Bisa-bisa nasib kamu kayak aku, dikucilkan. Kamu rahasiain aja ini dari mereka." Karin memperingatkan.
"Apa yang aneh dari anak indigo? Kenapa dikucilkan?."
"Kita bahas ini nanti ya. Sekarang fokus kepelajaran dulu."
Karin dan Jihan memutuskan sepulang sekolah pergi ke cafe untuk berbincang sejenak.
~•~•~•~
Tbc :v
Pada suka gk?
Simak kelanjutannya ya gaezzz.. Jangan lupa kasi vomment :x
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO (Pemuja Satan)
TerrorAnak indigo bukanlah anak yang aneh atau gila, mereka yang memiliki kemampuan khusus tak pernah menginginkan menjadi seorang indigo. Namun jika Tuhan berkehendak mau bagaimana lagi? Ini salah satu kisah seorang gadis bernama Jihan Az-Zahra, dia ter...