Bab 12

2.3K 155 8
                                    

Hari ini adalah hari kamis, sepulang sekolah Jihan dan Karin untuk pertama kalinya mengikuti organisasi pencari jejak. Saat memasuki ruang pencari jejak ada hawa berbeda yang Jihan rasakan.

Banyak artikel yang tertempel di dinding mading. Ada tropi piala juga dilemari kaca, dan beberapa barang atau buku-buku yang tertata rapi.

Semua anggota sudah ada didalam ruangan. Kecuali Alfi, sepertinya dia terlambat masuk karna ada urusan. Sekitar lima menit menunggu, Alfi pun masuk dan menyapa semua anggotanya.

Dengan tersenyum, "Jihan-Karin. Ayo perkenalkan diri kalian." kata Alfi.

Jihan dan Karin pun bergantian memperkenalkan diri mereka masing-masing. Setelah usai perkenalan, Alfi membahas tentang rencana pencarian jejak minggu depan.

"Nah, untuk Jihan dan Karin yang baru aja bergabung, kalian juga harus ikut dalam acara ini. Karna acara ini wajib diikuti oleh semua anggota pencari jejak setiap bulan." jelas Alfi.

"Tempatnya dimana?." tanya Karin.

"Rumah sakit yang sudah terbengkalai. Jadi sabtu kita semua kumpul disekolah sore hari. Trus kita ke basecamp, lalu abis isya kelokasi." jawab Alfi panjang lebar.

Waktu menunjukkan hampir maghrib. Sekolah sudah sepi penghuni. Yang tersisa diruang pencari jejak hanya Alfi, Jihan dan Karin. Anggota lainnya sudah pulang, karna organisasi sudah selesai setengah jam yang lalu.

"Udah mau maghrib nih. Kita pulang yukk." ajak Jihan.

"Iyaa." sahut Karin.

Jihan masih menunggu jemputan. Karin menawarkan tumpangan pada Jihan, namun ia menolaknya karena kakaknya sudah terlanjur menjemputnya. Tak lama, Alfi keluar dengan motornya berhenti didepan Jihan.

"Kok belum balik?."

"Iyaa. Ini nungguin kakak ku."

"Bareng sama aku aja gimana?." ajak Alfi.

"Umm.. Gak usah Al. Soalnya kakak ku dah otw. Makasih atas tawarannya." tolak Jihan dengan senyuman.

"Yaudah. Aku duluan ya."

Jihan mengangguk, Alfi pun pergi dari hadapan Jihan. Maghrib sudah lewat namun kak Fahmi belum datang juga. Dalam hati Jihan sangat kesal.

"Mbak?." suara paruh baya dari belakangnya.

Jihan menoleh, "Eh Pak Slamet. Ada apa Pak?."

"Kok jam segini belum pulang?."

"Gak tau nih Pak. Kakak saya belum dateng-dateng."

"Nunggunya dipos satpam saja mbak. Sambil duduk, kan capek berdiri terus." tawar Pak Slamet (satpam sekolah).

Jihan dan Pak Slamet duduk dipos satpam. Hape Jihan berdering, ternyata dari kakaknya. Mengabari jika dia akan terlambat menjemput karna ban mobilnya bocor. Sambil menunggu kakaknya datang, Jihan sholat maghrib terlebih dahulu.

"Pak, nanti kalo kakak saya kesini bilang aja saya lagi sholat di musholla." pesan Jihan.

"Siap mbak." mengacungkan jempol.

Jihan pergi ke musholla di lantai satu. Ia pun segera sholat.

Seusai sholat, Jihan merasa ada yang mengawasi dibalik jendela kelas 10 IPA. Ada yang memanggil namanya, Jihan merinding. Ia terus berjalan menghiraukan suara itu. Bukannya hilang malah semakin dekat suara itu. Seperti mengikutinya, ia berhenti sejenak.

"Siapa ya yang panggil namaku?." tanyanya.

Jihaaann..

Jihaaann..

Lihat aku..

Bermainlah bersamaku..

Aku kesepian..

Jantungnya berdetak sangat cepat bagai pacuan kuda. Keringat dingin membasahi wajahnya. Jihan berlari secepat mungkin, namun suara itu masih mengikutinya.

Temani aku Jihan..

Bermainlah bersamaku..

Jadilah temanku..

"Tidaaakk! Jangan ganggu aku!." teriak Jihan sambil berlari.

Akhirnya ia berhasil tiba dipos satpam. Jihan menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Kakinya lemas, benar-benar lemas. Jarak musholla ke pos satpam lumayan juga, karna sekolahnya sangat luas.

Fahmi dan Pak Slamet menghampiri Jihan. Melihat Jihan berlarian membuat keduanya cemas. Pak Slamet mengambilkan sebotol air putih. Jihan pun meminumnya.

"Han? Kamu kenapa?." tanya Fahmi cemas.

Jihan menarik napas.

"Ayo pulang."

Fahmi membantu Jihan berdiri. Fahmi pamit pada Pak Slamet, lalu membantu Jihan berjalan.

***

Setibanya dirumah. Jihan merebahkan tubuhnya disofa. Fahmi duduk disampingnya.

"Jam segini kok baru dateng?." tanya Mama, seusai dari dapur.

"Tadi ban mobilku bocor Ma."

"Ohh gitu. Trus itu Jihan kenapa, kok mukanya kayak kecapean gitu?." tanya Mama melihat wajah Jihan.

Fahmi menggeleng.

"Jihan kamu kenapa?." tanya Mama penasaran.

"Lari marathon, Ma." jawabnya.

Mama dan Fahmi saling menatap. Jihan segera ke kamarnya, mandi dan ganti baju. Meskipun ia seorang indigo, tapi ia masih belum terbiasa melihat makhluk gaib yang menyeramkan. Jihan tidak takut pada Selly karna ia tidak menakutkan. Selama ini Selly tidak pernah mengganggunya.

Pukul 01:15

Fahmi merasa tidak tenang tidur. Matanya sulit sekali terpejam, sebelumnya tak pernah seperti ini. Benar-benar aneh malam itu, tenggorokannya terasa panas. Ia pun turun untuk minum. Namun, rasa panasnya semakin menjadi-jadi. Ia pun memutuskan untuk tidur saja.

~•~•~•~

Tbc :)

Jangan lupa kasi vomment gaess :*



INDIGO (Pemuja Satan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang