Bab 8

2.8K 183 8
                                    

Sudah mendekati waktu maghrib. Fahmi dan keluarganya sholat maghrib sehabis itu mengaji bersama. Seusai mengaji, Jihan membantu Mamanya menyiapkan makan malam.

Semua menu sudah siap di meja makan, Jihan memanggil Fahmi dari dapur. Mereka pun langsung menyantap hidangan tersebut.

Pukul 02:15

Jihan terbangun. Ia haus, lalu mengambil minuman didapur. Setelah rasa hausnya terobati, ia kembali ke kamarnya. Rumahnya dan rumah Pak Herlambang bersampingan. Di balkon rumah Pak Herlambang ia melihat ada bayangan hitam yang mengamatinya. Jihan mengintip dari balik jendela balkon.

"Itu siapa ya? Kok liatin ke arahku." katanya pada diri sendiri.

Jihan bergidik ngeri. Ia langsung kembali ke kamarnya. Selly, teman gaibnya muncul tiba-tiba. Membuat jantung Jihan tak beraturan.

"Aduh.. Selly kenapa bikin aku kaget?." tanya Jihan memegangi dadanya.

"Jauhi lelaki itu." kata Selly datar.

"Siapa yang kamu maksud?."

"Lelaki di rumah itu."

Jihan masih tak paham. Apa maksud Selly sebenarnya. Dia bicara terlalu berbelit-belit, membuatnya bingung. Jihan terus bertanya siapa lelaki yang dimaksud. Namun, Selly tiba-tiba menghilang tanpa memberi penjelasan.

"Sel.. Selly tunggu jangan pergi dulu, jelaskan siapa lelaki itu?."

Jihan pun pergi tidur, karena Selly tak muncul kembali.

***

Dipagi ini. Jihan masih memikirkan perkataan Selly semalam. Hingga sarapan pun jadi berantakan karna memikirkan kata-kata Selly.

"Jihan ini sudah jam berapa? Kenapa kamu melamun?." tanya Mama di meja makan.

"Umm.. Gak apa-apa Ma."

Jihan dan Fahmi berangkat ke sekolah. Fahmi punya rencana berangkat bersama Arumi. Ia lewat rumah Arumi sebentar.

"Bentar ya, Han. Kita berangkat sama Arumi. Aku udah WA dia." kata Fahmi mengetik layar ponselnya.

Jihan hanya diam, menunggu sekitar sepuluh menit Arumi pun tiba. Ia duduk di jok belakang.

"Arumi, kamu duduk didepan aja." kata Fahmi.

"Eh.. Terus aku duduk dimana kalo Kak Arumi di depan?." tanya Jihan kesal.

"Kamu pindah dibelakang. Tukeran gitu."

Arumi tersenyum, "Gak usah Fahmi. Aku disini aja, ayo kita berangkat keburu siang."

Fahmi melajukan mobilnya. Ia mengantar Jihan ke sekolah. Kemudian Arumi pindah ke jok depan, dekat Fahmi.

Setiba di kelas. Jihan menceritakan kunjungan bersama keluarganya dirumah Pak Herlambang. Pertemuannya dengan Arumi juga yang sekaligus teman sekampus kakaknya.

"Btw, semalam aku ketemu Selly temen gaibku. Dia ngomong kalo aku harus jauhin seorang lelaki. Tapi dia gak jelasin siapa lelaki itu. Itu maksudnya apa ya, Rin?."

Karin mencerna cerita Jihan sebelum menjawabnya.

"Coba kamu panggil Selly aja. Coba tanya lagi. Apa mungkin kamu lagi deket sama seseorang?."

Jihan mengingat kembali siapa yang sedang dekat dengannya.

"Engga deh, Rin. Aku gak lagi dekat sama siapapun. Ihh aku sebel kalo harus memecahkan teka-teki ini." cetus Jihan.

Jihan manggut-manggut.

Saat jam istirahat, di koridor ia bertemu seorang murid laki-laki. Laki-laki itu menyapanya. Jihan diam karna tak ingat itu siapa. Sepertinya laki-laki itu mengenal dirinya. Tapi kenapa dirinya tak ingat dengan anak laki-laki itu?

"Kok gak disapa balik, Han?." tanya Karin.

"Aku gak kenal dia."

"Masa kamu gak inget? Diakan Alfi, yang waktu itu nolongin kamu gara-gara liat hantu di toilet." Karin mengingatkan.

Jihan mencoba membuka memori beberapa hari yang lalu. Ya benar, dia anak laki-laki yang mengantarnya ke kelas. Bodohnya, kenapa ia bisa lupa semudah itu.

Ketika menikmati makanannya tiba-tiba sudah ada Alfi berdiri di hadapannya. Alfi meminta izin untuk bergabung dengan Jihan dan Karin. Mereka pun dengan senang hati menerima Alfi.

"Maaf ya Alfi. Tadi aku gak bales sapaan kamu. Entah kenapa aku tadi gak inget kamu." ucap Jihan.

"Gak apa-apa kok." Alfi tersenyum.

"Kok kamu gak makan sama temen-temen kamu?." tanya Jihan.

"Aku kalo makan sendirian terus."

Jihan menatap Alfi. Tak mungkin pria tampan seperti Alfi selalu makan sendirian, pasti banyak yang ingin makan bersamanya.

"Gak mungkin." ucap Jihan spontan.

Alfi menghentikan makannya. "Apa yang buat kamu gak percaya?."

Jihan memutar bola matanya. Mencari jawaban yang tepat.

"Apa ya?." tanya Jihan balik.

"Jihan tu bertanya-tanya dalam hati, masa sih cowok tampan kayak kamu makan selalu sendirian? Pasti banyak yang mau makan sama kamu. Yakan, Han?." Karin melirik Jihan.

Sial. Ia lupa jika Karin anak indigo yang bisa membaca pikirannya. Wajah Jihan berubah seketika, Jihan tertunduk malu. Alfi tertawa melihat tingkah Jihan.

"Ihh kok ketawa sih." kata Jihan.

"Ekspresi kamu lucu aja. Jadi malu-malu kucing gitu."

Wajah Jihan semakin memerah. Karin ikut tertawa pula. Mereka pun melanjutkan makan yang tertunda tadi.

(Saat jalan dikoridor)

Mereka berbincang-bincang sedikit. Jihan dan Karin berpisah dengan Alfi, karna Alfi sudah dekat dengan kelasnya. Ternyata selain tampan dan terkenal sesekolah, Alfi orang yang mudah diajak bergurau. Buktinya sedari tadi di kantin, Jihan dibuat tertawa olehnya.

Tak terasa waktu pun makin sore. Jihan hari ini pulang bersama Alfi, karna kemarin malam Fahmi memberitahu Jihan bila esok tak dapat menjemputnya, kebetulan tugas kuliah menumpuk. Kemungkinan Fahmi pulang terlambat.

Pukul 23:00

Angin malam membuat bulu kuduknya berdiri. Dingin sekali malam itu, tak seperti malam biasanya. Suara anjing menggonggong membuat suasana semakin mistis. Jihan masih mengerjakan tugas.

Kreekk!!

Suara jendela kamarnya terbuka pelan namun nyaring bunyinya. Ia melirik ke arah jendela itu.

"Pasti gara-gara angin malam ini." batinnya.

Jihan menutup jendela itu. Selang sedetik ada benda keras yang menghantam jendelanya. Benda itu dari luar jendela. Membuat kaget Jihan, seperti bola hitam yang berbulu lebat. Jihan membuka jebdelanya lagi untuk memastikan benda apa itu.

Namun tak ada apapun, di tanah benda itu juga tidak ada. Ia pikir benda itu jatuh ke tanah. Ia menutup kembali jendelanya. Suara ketukan pintu yang lirih terdengar, dia membukakan pintu kamarnya. Dan ternyata benda yang menghantam jendelanya tadi ada tepat tergeletak didepan pintu kamarnya.

Jihan memberanikan diri menyentuh benda hitam berbulu itu. Itu bukan bulu, semacam rambut panjang. Jihan membuka lebatnya rambut itu, dengan sangat syok ternyata yang ia pegang adalah kepala manusia yang lepas dari tubuhnya.

Jihan menjerit histeris dan spontan melempar kepala itu ke sembarang tempat. Kepala itu menggelinding ke arah Jihan dan tersenyum padanya, mata berdarah dan beberapa luka dibagian pipi membuat semakin seram. Jihan menutup pintu keras-keras dan langsung beranjak ke ranjang. Serta tak lupa mengucap Ayat Kursi. Memohon perlindungan dari Allah.

~•~•~•~

Tbc :)
Mafkan aku yg jarang update gaess.. Sok sibuk akunya :V

Jangan lupa  kasii  vomment yupss :*


INDIGO (Pemuja Satan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang