Bab 7

2.8K 190 19
                                    

Keesokan harinya..

Di pagi yang cerah, matahari bersinar terang benerang. Ditemani cuitan burung pipit yang bertengger di pepohonan.

Minggu pagi ini Jihan dan keluarganya berkunjung kerumah Pak Herlambang. Dengan membawa sebungkus kue dan beberapa buah-buahan segar.

Melinda mengetuk pintu tiga kali. Tak ada respon. Kemudian menekan bel di sebelah pintu. Terbukalah pintu besar itu, terlihat tampang lelaki paruh baya dengan rambut sedikit beruban. Tatapan lelaki itu sangat tajam.

"Mau cari siapa?." tanya lelaki tua itu.

"Selamat pagi Pak Herlambang." sapa Melinda ramah.

"Iya pagi juga."

"Bapak sendiri yang bernama Pak Herlamabang?." tanya Melinda lagi.

"Iyaa betul saya sendiri. Anda siapa?."

Melinda memperkenalkan diri beserta kedua anaknya dan menjelaskan maksud kedatangannya, yaitu ingin mengenal lebih jauh tetangganya itu. Sebagai tetangga yang baik sudah seharusnya mereka memperkenalkan diri dan bersosialisasi.

Pak Herlambang mempersilahkan mereka masuk. Rumah itu sangat besar dan terlihat klasik. Banyak patung berwujud setengah hewan setengah manusia. Banyak koleksi keris juga.

Ketika duduk diruang tamu, Jihan melihat suatu makhluk menyeramkan. Sempat kaget dan ingin berteriak. Jihan mengontrol dirinya supaya tak melakukan hal yang membuat gaduh.

Mata Fahmi membelalak saat melihat seorang gadis keluar dari dapur dengan membawa suguhan. Dia kenal betul gadis itu.

"Arumi." sapa Fahmi, memperhatikan gadis yang memberikannya minuman.

Arumi tersenyum. "Hai Fahmi."

"Kamu kok ada disini?."

"Ini rumah aku. Ini Papa aku." Arumi melirik ke arah Pak Herlambang.

Pak Herlambang melirik kearah Fahmi dan Arumi secara bergantian.

"Kalian berdua saling kenal?."

"Iya Om. Arumi teman sekampus saya. Sejurusan juga." jelas Fahmi.

"Oh begitu. Baguslah. Teman sekampus dan tetangga dekat juga." ujar Pak Herlambang.

Arumi kembali ke dapur. Fahmi tak menyangka jika Arumi tentangga dekatnya. Tau begitu berangkat pulang kampus bisa bareng terus.

Jarum jam terus berputar, perbincangan tak ada hentinya. Tiba-tiba perut Jihan mual karna bau kembang didalam rumah itu, bau yang semakin menyengat. Sudah tak tahan lagi, ia izin untuk ke toilet.

Didalam toilet Jihan muntah. Perutnya mual sedari tadi. Saat keluar dari toilet ia melihat Arumi yang sedang di dapur.

"Ya Allah. Perutku mual banget, pengen pulang tapi Mama masih betah ngobrol."

"Hai adik." sapa Arumi yang tiba-tiba lewat.

Jihan tersenyum samar, "Iyaa Kakak."

"Kamu sakit?."

"Perut aku mual Kak, gak tau kenapa."

Arumi tersenyum. "Ikut aku yuk." ajaknya.

Arumi membuatkannya segelas coklat panas dan memberikan biskuit cookies. Jihan menikmatinya sambil berbincang dengan Arumi.

"Kakak namanya siapa?."

"Arumi. Kalo kamu?."

"Jihan. Oh ya, Kakak temen sekampus Kak Fahmi?." sambil mengunyah biskuitnya.

"Iyaa."

Arumi memasak spaghetti, baunya sangat harum. Membuat Jihan ngiler. Baru saja kenal, Jihan dan Arumi sudah akrab. Mereka berbincang dan tertawa ria.

***

Pukul 13:00

Cuaca sangat panas, keringat Fahmi bercucuran hebat. Dengan PDnya Jihan duduk di sebelah Fahmi dengan meneguk lemon tea. Fahmi memicingkan matanya.

"Minta Han. Kakak haus."

"Buat sendiri lah kak. Manja banget."

"Pelit banget kamu."

Hening sejenak,

"Kak Arumi cantik banget ya kak." ucap Jihan, menatap lurus kedepan.

Fahmi menoleh, "Ya kan cewek pasti cantik."

"Berarti aku juga cantik dong. Kan aku cewek."

"Gak tuh, pede segentong kalo ngomong." celetuk Fahmi.

"Loh. Tadi katanya kalo cantik itu cewek. Kan aku cewek." Jihan membela diri.

"Kamu cantik kalo bikinin lemon tea buat aku."

Jihan melirik sadis, lalu pergi dari hadapan Fahmi. Tiga menit kemudian, Jihan kembali dengan membawa segelas lemon tea. Menyodorkannya ke Fahmi.

"Terima kasih adik yang baik dan cantik ku." puji Fahmi.

Jihan kembali duduk disebelah Fahmi, lalu bercerita tentang keseruannya bersama Arumi. Fahmi terus menyimak cerita Jihan yang terdengar menyenangkan.

"Tapi aku merasa aneh masuk rumah itu Kak." katanya tiba-tiba horor.

"Anehnya?."

"Tadi aku liat sosok menyeramkan. Sumpah serem banget, trus dari tadi pas di ruang tamu aku nyium bau kembang bikin perutku mual." jelasnya.

"Emang sih keliatan serem tu rumah. Banyak barang antik, keris-keris juga. Dan yang bikin merinding, ketika aku tau kalo Pak Herlambang tu Papanya Arumi. Duh jadi takut mau deketin Arumi."

Jihan tersenyum mengejek,

"Aciecie.. Ternyata Kakak aku lagi felling in love."

"Apaan sih."

"Lebih horor setan apa bapaknya Kak Arumi?." gurau Jihan.

"Dua-duanya kali."

Jihan suka sekali menggoda Fahmi, mereka memang jarang bertengkar. Fahmi selalu mengalah pada Jihan, itu sebabnya Jihan sangat menyayangi Kakaknya.

~•~•~•~

Tbc :))

Hai kawan :V
Gimana ceritanya? Bagus gk?
Jangan lupa kasii vomment yupsss.. Tanpa kalian aku bukanlah apa-apa :3

Eaaa eaaa

INDIGO (Pemuja Satan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang