Jihan berada disuatu ruangan, banyak lilin dan patung aneh. Darah Jihan berdesir, ia ketakutan ditempat itu. Melihat sekeliling ruangan yang banyak benda-benda aneh.
Tiba-tiba ada dua orang memakai jubah hitam dengan tudung berdiri tepat dihadapan Jihan. Dengan gesit ia berlari namun dua orang berjubah itu mengejarnya. Jihan tak tau arah, akhirnya dua orang berjubah itu berhasil menangkapnya.
Mereka membawa Jihan disebuah ruang yang dipenuhi orang-orang berjubah seperti dua orang yang menangkapnya. Jihan terus menangis dan meminta tolong, namun hasilnya nihil tak ada siapapun yang menolongnya.
Kedua tangan Jihan ditali, tubuhnya dibaringkan disebuah meja persembahan, kaki Jihan pun ikut ditali. Kemudian, orang-orang itu berbaris melingkari Jihan. Dan salah satu dari mereka membacakan mantra, entah mantra apa.
Jihan semakin ketakutan. Ia terus menangis dan berteriak. Lalu, orang yang membacakan mantra tadi menghampiri Jihan dengan sebilah pisau yang tajam. Melihat ujung pisau itu tubuh Jihan gemetar seluruh tubuhnya berkeringat hebat.
"JANGAAAANNN!!!." seru Jihan.
Orang itu menghiraukan Jihan, kemudian mengangkat pisau dan mengarahkannya tepat diatas perut Jihan. Lalu menusuknya.
***
Mama Jihan menggoyang-goyangkan tubuh Jihan.
"Jihan bangun."
"Aaaaaaa... "
Jihan pun terbangun dan langsung memeluk Mamanya erat-erat. Ia menangis dalam pelukan Mamanya. Tubuhnya berkeringat.
"Ada apa sayang?." tanya Mama heran.
Jihan masih nangis tersedu-sedu.
"Istigfar Jihan. Sebut nama Allah." ujar Mama.
Jihan melepas pelukannya, diam sejenak untuk beristighfar. Mama mengelus-elus kepala Jihan supaya tenang. Ketika sudah benar-benar tenang, Mama bertanya lagi mengapa Jihan sampai menangis seperti itu.
"Ma.. Aku tadi mimpi kalo ada orang-orang yang mau bunuh aku. Aku takut." katanya sambil menangis.
"Kamu mimpi buruk?."
Jihan mengangguk,
"Semalem sebelum tidur udah berdoa belum?."
Jihan menggeleng.
"Nah itu dia, kan Mama selalu ngingetin kamu. Kalo sebelum tidur berdoa dulu biar gak mimpi buruk." Mama mengingatkan.
"Yaudah. Kamu sekarang sholat subuh, trus mandi dan siap-siap pergi sekolah." lanjut Mama.
Jihan menuruti perkataan Mamanya.
Pukul 06:45
Jihan dan Fahmi berangkat menuju sekolah. Sedari sarapan Jihan terdiam, Fahmi heran sebenarnya apa yang terjadi pada adiknya, tak seperti biasanya dia diam begitu.
"Han?." panggil Fahmi.
Jihan masih diam,
"Han kamu kenapa?."
Masih terdiam,
"HAN!!!." dengan nada kesal.
Jihan kaget dan menoleh ke Fahmi. Wajah Jihan seperti orang bingung.
"Gak usah bentak kak." Jihan tak terima.
"Dua kali kakak manggil kamu, eh kamunya malah bengong. Sebenernya ada apa dengan kamu?." jelas Fahmi masih kesal.
"Masa sih udah manggil aku dua kali? Kok aku gak denger ya?."
"Itu karna kamu bengong, makanya gak denger."
Raut wajah Jihan terlihat sedih, "Maaf kak."
Belum sempat Fahmi mendengar penjelasan mengapa dengan Jihan hari ini, sudah tiba mereka di depan gerbang sekolah Jihan. Tanpa basa-basi Jihan turun dari mobil.
Entah kenapa mimpi itu seperti nyata. Orang-orang itu pun juga nyata baginya. Apakah akan ada sesuatu yang buruk terjadi? Jihan masih belum bisa melupakan mimpi itu.
Setibanya dikelas, Jihan menceritakan mimpinya semalam pada Karin, siapa tau Karin tau sesuatu tentang mimpinya.
Karin manggut-manggut mendengar cerita Jihan. Karin diam sejenak mencerna cerita Jihan.
"Aku pernah denger tentang aliran sesat. Kata Papa ku dijaman sekarang ini makin banyak aliran sesat, mungkin salah satu aliran itu yang seperti di mimpi kamu." kata Karin.
"Eh iya aku baru inget, sebelum aku tidur aku liat video tentang sekte sesat gitu. Namanya pemuja setan. Iya itu, aku baru inget Rin." kata Jihan serius.
"Pemuja setan? Aku juga pernah denger itu. Tapi belum pernah liat aslinya kayak gimana."
"Aslinya ya kayak di mimpiku Rin. Sumpah serem banget." Jihan merasa takut.
Karin penasaran dengan sekte sesat itu, ia ingin melihat video yang Jihan lihat. Tapi Jihan melarang Karin melihatnya, takutnya Karin akan mengalami mimpi buruk seperti Jihan.
"Kamu jangan lagi nonton video yang kayak gituan ya." pesan Karin.
"Pasti Rin, aku gak akan mau liat video kayak gitu lagi."
Bel masuk pun berbunyi.
***
Pukul 13:00
Pada saat pelajaran sosiologi para murid kelas 11 IPS 1 ditugaskan mencari bahan materi di perpustakaan. Jihan dan Karin duduk paling ujung, hanya mereka berdua.
"Jihan. Kamu duduk bareng aku dan temen-temen ku aja." ajak Riska.
"Mending kamu sama temen-temen mu gabung bareng kita aja, Ris." kata Jihan.
Riska mengangkat salah satu alisnya. Melirik Karin yang duduk berhadapan dengan Jihan.
"Whatttt??? Gabung kalian? Sama anak aneh itu?." menunjuk Karin.
"Karin bukan anak aneh Ris. Stop sebut Karin anak aneh." bela Jihan, yang spontan berdiri mendengar Karin diejek.
Karin menarik tangan kanan Jihan. "Udah Han, kita lagi diperpus gak boleh brisik."
"Waww.. Gilaaa ada juga yang belain anak demit itu." hina Riska dengan wajah sombongnya.
Tiba-tiba saja salah satu buku terlempar ke kepala Riska. Padahal saat itu tak ada murid lain di area itu. Para murid sudah disibukkan dengan tugasnya.
"Aduh! Siapa sih yang lempar buku ke kepala ku?!." cetus Riska.
Semua hening, tak ada yang menyahut. Mata Riska memandangi kanan kiri, sesekali buku lain ikut menyusul terlempar ke tangan Riska. Makin lama perasaan Riska makin tak enak. Bulu kuduknya berdiri. Riska pun pergi meninggalkan mereka berdua.
Jihan kembali duduk, "Gak usah di dengerin ya Rin."
Karin tersenyum. "Iyaa Han, aku udah biasa dihina kayak gitu."
"Tapi mulai sekarang kalo ada yang hina kamu, siapapun itu aku akan belain kamu. Aku gak akan biarin kamu sedih, Rin." janji Jihan.
Jihan tak suka ada orang yang menghina orang lain. Karin anak baik tak seharusnya ia mendapat perlakuan seperti itu.
~•~•~•~
Tbc :))
Hay hay kalian, baca terus kelanjutannya yaa, jangan bosan menunggu. Ya emang menunggu itu membosankan, apalagi menunggu yg gk pasti😅 tapi klo nungguin cerita dr aku pasti kok. Pasti ngebosenin. Wkwkw..
Canda kok canda :v iyaa pasti aku lanjutin. Jangan lupa kasiii vomment bebsss
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO (Pemuja Satan)
TerrorAnak indigo bukanlah anak yang aneh atau gila, mereka yang memiliki kemampuan khusus tak pernah menginginkan menjadi seorang indigo. Namun jika Tuhan berkehendak mau bagaimana lagi? Ini salah satu kisah seorang gadis bernama Jihan Az-Zahra, dia ter...