Bab 15

2.2K 163 2
                                    

Saat pelajaran Jihan sama sekali tidak konsen. Ia terus memikirkan kakaknya, bagaimana jika setan itu mengganggu kak Fahmi lagi? Bagaimana jika Mama tidak bisa menanganinya sendiri? Bagaimana? Bagaimana? Perasaannya sangat kacau waktu itu.

Karin tau apa yang dipikirkan sahabatnya. Mencoba menenangkan Jihan sesaat. Sebenarnya hari ini Jihan tak ingin masuk sekolah, karna khawatir dengan Fahmi. Tapi Mamanya bilang akan menjaga Fahmi dengan baik. Tapi tetap saja perasaannya tak enak.

***

Pukul 16:55

Hari ini Jihan dan Karin mengikuti organisasi pencari jejak. Membahas persiapan pencarian jejak yang akan diadakan hari sabtu. Tak banyak barang yang dibawa untuk petualangan ini, karna petualangan kali ini berbeda dari petualangan lainnya, tak seperti ekstrakurikuler pramuka yang harus membawa tenda, pasak, panci, kompor(jika perlu wkwk), dan barang-barang ribet lainnya.

Setelah maghrib Alfi membubarkan pertemuan ini. Anggota lainnya berhamburan keluar untuk segera pulang. Jihan berjalan keluar dengan langkah pelan.

"Rin, Jihan kenapa?." tanya Alfi, yang masih duduk ditempatnya dan berseberangan dengan Karin.

Karin pun menceritakan kejadian yang menimpa keluarga Jihan. Karin menyuruh Alfi berjanji takkan menceritakan ini pada siapapun. Alfi pun mengiyakan.

"Apa kita bisa membantunya?." tanya Alfi.

"Ntahlah. Aku harap bisa." jawab Karin.

Jihan pulang naik taksi, ia bergegas ke kamar Fahmi. Seketika ia langsung memeluk kakak tercintanya. Fahmi yang sedang membaca buku kaget tiba-tiba adiknya memeluknya sambil menangis.

"Hei. Kamu kenapa?."

Jihan melepaskan pelukannya. "Aku takut hal buruk menimpa kakak lagi. Hatiku gak tenang sejak kejadian itu. Aku khawatir terus menerus."

"Allah akan selalu ada untuk kita. Allah akan menjaga kakak. Percayalah." senyum Fahmi.

Senyuman Fahmi sangat manis. Membuat siapa saja merasa nyaman melihatnya. Terkadang dia memang menyebalkan, namun dia juga kakak terbaik yang Jihan punya. Takkan Jihan biarkan siapapun menyakitinya. Meski harus mempertaruhkan nyawanya.

Pukul 22:30

Jihan ke kamar Fahmi lagi, untuk menjaganya. Namun Fahmi menolak. Ia tak ingin merepotkan Jihan, kasihan jika adiknya harus menjaganya tiap malam. Sebagai kakak, ia malu bisanya merepotkan adiknya. Seharusnya ia yang menjaga Jihan, bukan sebaliknya.

Ia merasa tak berguna sebagai kakak. Tapi Jihan bersikeras untuk menjaga Fahmi. Mamanya membawakan beberapa cemilan untuk Jihan.

Fahmi sudah tertidur pulas. Jihan melantunkan ayat-ayat al-qur'an. Angin malam semakin dingin saja, padahal semua jendela dan pintu sudah ditutup rapat.

Krekk.. Krekk..

Bunyi goresan terdengar samar samar. Jihan mendengarkan dengan seksama, darimana asal suara itu.

Ternyata dari balik pintu, dengan tubuh gemetar Jihan terus melantunkan ayat-ayat al-qur'an. Keringat mulai membasahi wajahnya. Beberapa kali suara itu terdengar, akhirnya suara itu lenyap.

Jihan melepaskan mukena yang ia kenakan. Lalu mendekati pintu kamar Fahmi, memastikan suara itu benar-benar hilang. Tiba-tiba ia dikagetkan dengan bunyi ketukan pada jendela kaca Fahmi.

Jihan segera melihat dibalik jendela, tak ada apapun. Ia menelan ludah. Jantungnya berdebar tak karuan. Bukan itu saja, ada yang menarik jilbabnya tapi tak ada wujudnya. Ohh yang benar saja, itu pasti perbuatan makhluk usil.

INDIGO (Pemuja Satan) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang