10: Confession
Nata total tidak menghiraukannya. Bukan seperti minggu-minggu kemarin. Kali ini, Nata lebih fokus pada sesuatu hal yang rahasia daripada dengan Aira. Jujur saja, itu agak menyebalkan.
Biasanya, Jika ada jam kosong, Nata akan mengganggu Aira atau membicarakan hal yang tidak penting. Kadang, Dia juga mengajak untuk menelungkupkan kepala masing-masing, di satu meja saling bertatapan lalu terlelap di mimpi masing-masing.
Berbeda dengan sekarang. Aira duduk sendiri di bangkunya tak tahu keberadaan Nata dimana di jam kosong seperti ini. Nata tidak ada di kantin—tadi sudah ia tanyakan pada temannya yang baru saja makan di kantin, tidak ada di uks dan tempat yang biasa digunakan sebagai pelarian cowok itu saat jam kosong.
Menyerah, Aira mengambil ponselnya dan mendial nomor Nata.
Nada penghubung pertama belum juga diangkat. Hingga, Nada penghubung terakhir sebelum Mba operator ngomong, barulah Nata mengangkat panggilannya.
“Halo?”
“Dimana Catatan matematika gue yang lo pinjam tadi?”
“Lo tadi nyuruh gue nyimpen di tas laci ke dua.”
“...”
“Ada?”
“Iya.”
“...”
“Kenapa nelpon? Sayang pulsa lo.”
“Dimana Jaket lo tadi? Gue mau minjam. Alas bobo.”
“Ini lagi gue pake.”
“...”
“Gue bilangin Gilang biar minjamin jaketnya ke lo ya. Gimana?”
“...”
“Ra?”
“Gak usah.”
“...”
“...”
“Ra? Ada apa?”
“Lo lagi dimana?”
“...”
“Nat?”
“Di Area Sekolah kok”
“Dimana?”
“Lapangan Tenis.”
Aira mengernyit, Pantas. Nata sulit ditemukan, karena Lapangan tenis terletak di belakang gedung. Aira berdiri, membawa buku gambarnya untuk menghilangkan bosannya nanti, masih dengan panggilan yang tersambung.
“Lo serius di Lapangan Tenis?”
“Iya, Ra. Kenapa? Tumbenan lo gini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Dirimu Elegiku [COMPLETED]
Teen Fiction[SEQUEL OF TERUNTUK PESAWAT KERTASKU] ATTENTION : don't copy my story! Use your own head! ••• "Setiap kisah harus memiliki akhir" Takdir mengisahkan Aira dan Nata hingga akhir.Sayangnya Nata tak percaya bahwa akan ada akhir meski dia percaya Takdir...