11. TAMU

580 46 13
                                    

Masih ada yang ingat gak sih sama cerita ini ? 😩
Maaf ya baru update, semoga suka ❤️

Happy Reading 🌈

➖➖➖

"Hal-"

"HALLO, ANDIRA!!! Kemana aja sih lo! Udah tiga hari lho ini lo belum masuk sekolah!" Cemas Diva dari seberang sana.

"Hehe, maafin aku ya. Aku masih gak enak badan soalnya, kayaknya seminggu atau dua minggu aku nggak masuk sekolah," bohongnya.

"Whattt?!! Seminggu atau dua minggu? Emang separah itu ya penyakit lo? Sakit apa sih?! Pokoknya gue dan Diva mau kerumah lo!!" Sahut Cindy dengan nada cemas.

"Tap-" kata Andira terpotong.

"Kirim alamat lo!! Gak pake penolakan ya!! Kita berdua khawatir tau!" kata Diva

"Tapi aku sekarang bukan di Jakarta, aku pulang kerumah aku yang di Bandung," bohongnya lagi.

"Kok lo nggak bilang ke kita kalau lo lagi Bandung, jahat ya lo," ucap Cindy.

"Bukan gitu maksud aku, aku nggak sempet bilang ke kalian. Maaf ya,"

"Pokoknya, kalau lo udah balik ke Jakarta, lo harus ajak kita kerumah lo ya! Masa iya rumah sahabat sendiri kami nggak tau," Diva berujar.

"I... iya" jawab Andira dengan terpaksa, "Aku tutup dulu ya telponnya, makasih kalian udah khawatir sama aku."

"Oke, semoga cepat sembuh Andira." Ucap mereka bersamaan dari seberang sana.

➖➖➖

Adrian menuruni anak tangga dan menghampiri kedua orang tuanya dimeja makan. Spontan, kedua orangtuanya menoleh sekaligus kaget karena putra sulungnya akan sarapan bersama mereka setelah sekian lama menjauhi diri.

Tentu saja Amira dan Max senang, sudah lama mereka tidak sarapan bersama Adrian.

Sudah tiga hari Andira tak kelihatan dirumahnya, Adrian pun tidak mau mencari tau keberadaan adiknya.

"Pagi sayang, ayo sini sarapan bareng mama dan papa." ucap Amira tersenyum.

"Pagi, Ma." jawab Adrian.

"Wahh, udah lama lho anak papa nggak sarapan bareng kita, ya nggak mah?" seru Max.

"Iya nih, coba kalau ada Andira disini, pasti dia seneng banget," Amira berujar lagi.

Mendengar nama Andira, aktivitas makan Adrian terhenti. Ia mendengus, "Ma, bisa nggak sih nggak usah bahas dia?!" kata Adrian dengan nada cukup tinggi.

"Adrian, gak boleh ngomong gitu! Andira itu adik kamu." sahut Max.

"Dia bukan adik Adrian!!!" ucap Adrian dengan emosi.

Amira melihat tingkah Adrian langsung meneteskan air mata, ia tak tau mengapa hubungan kedua anaknya semakin retak, lalu ia bangkit dari kursinya, ia menatap putra sulungnya dengan penuh kekecewaan, "Mama nggak pernah ajarin anak mama buat benci sama orang apalagi itu keluarga sendiri!" ucap Amira menahan emosinya, sedangkan Adrian diam.

"Kamu kenapa sih, Nak? Kenapa sebegitu bencinya kamu ke adik kamu? Salah Andira apa? Mama udah nggak tahan liat tingkah kamu!" ucap Amira.

DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang