Hari ini disambut dengan terik matahari pagi yang bersinar cerah. Bahkan saking cerhanya sinar matahari pada pagi itu, bisa menembus gorden putih yang berada didalam kamar Abel.
Abel merasa ada cahaya yang berusaha masuk kedalam matanya. Dengan berat hati, dia mulai membuka matanya secara perlahan.
Dan benar saja, sinar mentari pagi menyambutnya dari balik gorden putih yang menutupi pintu kaca kearah balkon.
Dengan gerakan malas, Abel mengubah posisinya menjadi duduk.
Dia melihat ke sekitar kamarnya dengan tatapan linglung khas orang bangun tidur.
Pandangan Abel terhenti pada jam yang terletak diatas nakas. Jam itu menunjukan pukul 8:30.
Sebenarnya itu adalah suatu keajaiban. Biasanya disaat weekend seperti ini Abel selalu bangun lebih dari jam 9 pagi. Yah, Abel mungkin perlu mengapresiasi kan hal ini.
Drrt drrt
Kesadaran Abel sudah sepenuhnya pulih. Dia berjalan mencari keberadaan ponselnya yang tadi baru saja berbunyi.
Abel memang seperti itu, selalu lupa dimana ia meletakan barang barang pribadinya.
Lima menit kemudian Abel berhasil menemukan ponsel berwarna rose gold kesayangannya.
Ponsel itu Abel temukan dibawah tempat tidurnya. Entah apa penyebabnya, Abel pun tidak tahu mengapa ponsel kesayangannya bisa terletak dibawah tempat tidur.
Abel melihat layar ponselnya, disana terlihat jelas nama sang penelfon Keira tukang mager. Begitulah Abel memberikan user name untuk sahabatnya yang bernama Keira Andriana.
"Ada apa Kei?" Abel mulai mengangkat telfon dari sahabatnya itu.
"Kagak, cuman mau ngingetin lo kalau hari ini jam sebelas kita mau pergi makan."
"Ohh iya gua lupa!" Dengan refleks Abel menepuk jidatnya.
"Nah, makannya gua ingetin. Udah ketebak kalau lo itu pasti lupa."
"Hehe.. Sorry deh. Btw, kita janjian disana aja?"
"Iya disana aja."
"Lo kagak mau jemput gua gitu?"
"Ogah ah, mager kalau harus ke rumah lo dulu."
"Yee dasar tukang mager."
"Yee dasar si pelupa."
"Yaudah gua mau mandi dulu."
"Sip." Abel memutuskan sambungan telfonnya secara sepihak. Setelah selesai mengobrol dengan Keira ditelfon, Abel lebih memilih membuka aplikasi chating yang dia punya.
Notifikasi diponsel Abel tidak pernah sepi. Selalu saja ramai. Entah itu dari akun media sosialnya, atau akun chating yang Abel punya.
Isi pesan yang dia dapatkan pun selalu beragam. Ada yang menyapanya, menanyai kabarnya, bahkan ada yang menyatakan cinta kepada Abel.
Tetapi Abel tidak pernah memikirkan hal itu. Dia lebih memilih menghapus semua pesan yang menurutnya sangat tidak penting.
Abel sangat malas beranjak dan pergi ke kamar mandi. Dia benar benar sudah sangat nyaman dengan posisinya saat ini.
Namun ternyata, beberapa detik kemudian rasa lapar menyerang kedalam perutnya. Gua harus makan sesuatu Pikir Abel.
Dengan gerakan super lamban, Abel berjalan keluar kamar menuju ruangan makan. Dia sangat tidak sanggup jika harus menahan lapar terlalu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Troublemaker
Teen Fiction"Ervan, Ervan ganteng deh. Bayarin uang kas gua yak?"-Abellia "Bu, buku pr saya ilang bu. Baru tadi pagi dimakan sama kucing saya."-Keira "Muka lo tebel banget kek cor-an jalan raya."-Zivana "Jalan jalan ke belanda, jangan lupa beli kerupuk. Ngapain...