Hari senin adalah hari yang paling dibenci para pelajar karena adanya acara upacara bendera.
Sebenarnya alasan mereka tidak suka mengikuti upacara karena beberapa alasan.
Yang pertama, pegal karena kaki terlalu lama berdiri. Kedua, merasa panas karena terkena sinar matahari pagi. Ketiga, mungkin mereka masih dilanda rasa kantuk yang cukup berat.
Begitu juga dengan Keira. Dia sama seperti murid lainnya. Yaitu sangat malas untuk mengikuti kegiatan upacara di pagi hari. Bahkan kalau boleh Keira memilih, lebih baik dia dihukum membersihkan sekolah karena telat daripada harus mendengarkan sang pembina upacara berpidato panjang yang tidak akan ada habisnya.
Tetapi sialnya, Keira terbangun sangat pagi pada hari senin ini. Keira bangun 1 jam lebih awal dari biasanya.
Dengan langkah pelan, Keira berjalan ke kamar mandi untuk segera bersiap siap ke sekolah.
Setelah berada 10 menit didalam kamar mandi, Keira sudah memakai seragam hari senin khas SMA Lazuardi.
Dengan cekatan, gadis itu memakai atribut seperti dasi serta sabuk.
Keira membutuhkan waktu 5 menit untuk persiapan. Setelah selesai, dia keluar untuk menyantap sarapan.
Di meja makan sudah terlihat kedua kakak perempuan Keira. Yaitu Ishana dan Agatha.
Keira langsung duduk dikursi sebelah Ishana, tentu saja hal itu membuat kedua wanita kakaknya terkejut. Mereka berdua merasa senang dan juga keheranan.
Senang karena Keira bisa bangun pagi, dan heran mengapa Keira bisa terbangun pada pagi hari.
"Lo tumben udah bangun? kesambet apaan?" Tanya kakak tertua Keira, yaitu Ishana.
Keira menatap kedua kakaknya secara bergantian. "Aelah, bukannya bersyukur gitu adek paling imutnya bangun pagi." Jawaban dari Keira tentu saja membuat kedua kakaknya itu mendengus kesal.
"Heuhh.. Terserah lo deh kunyuk." Kata Agatha, sambil menjitak dahi Keira yang tertutup oleh poni.
"Sakit ish." Keira mengusap dahinya dengan telapak tangan. Tak lupa tatapan jengkel pun ia berikan kepada Agatha.
"Oh iya, lo mau ke sekolah bareng siapa? gua atau Agatha?" Ishana bertanya sambil memberikan sandwich kepada kedua adiknya. "Bareng gua aja, kan dia satu sekolah sama gua." Jawab Agatha akhirnya.
Umur Keira dengan kedua kakaknya tidak terlalu jauh. Masing masing beda satu tahun. Keira dan Agatha beda satu tahun, sedangkan Agatha dan Ishana beda satu tahun.
"Ohh iya dek, lo kemaren ngelakuin kerusuhan apa lagi? sampe sampe dihukum sama Bu Nur." Entah mengapa Agatha selalu penasaran dengan semua cerita kerusuhan adiknya.
Agatha dan Keira satu sekolah. Agatha berada dikelas dua belas, sedangkan Keira dikelas sebelas.
"Ehmm.. Perasaan kemaren itu weekend deh." Keira mengetuk ngetuk dagunya dengan jari telunjuk karena merasa kebingungan.
Inilah efek samping jika Keira terbangun saat pagi hari, Telmi.
"Aelah dek, maksudnya si Agatha itu pas hari jum'at nya. Gitu aja lo kagak peka. Gimana sama perasaan." Jawaban dari Ishana itu membuat Keira menepuk dahinya sambil memasang cengiran.
"Hehe sorry. Efek masih pagi."
"Yaudah ceritain, kenapa lo bisa dihukum sama Bu Nur?" Rupanya Agatha masih merasa penasaran dengan kerusuhan terbaru yang sudah adiknya lakukan.
"Hmm.. Panjang ah ceritanya. Males banget kalau pagi pagi gini ngomong panjang kali lebar."
"Oke fine, gua mah sabar aja." Agatha harus banyak banyak bersabar jika menghadapi emosi adiknya yang tidak menentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Troublemaker
Teen Fiction"Ervan, Ervan ganteng deh. Bayarin uang kas gua yak?"-Abellia "Bu, buku pr saya ilang bu. Baru tadi pagi dimakan sama kucing saya."-Keira "Muka lo tebel banget kek cor-an jalan raya."-Zivana "Jalan jalan ke belanda, jangan lupa beli kerupuk. Ngapain...