Hari sudah berganti menjadi hari senin. Hari yang sangat tidak ditunggu tunggu oleh setiap murid sekolahan. Kecuali jika murid itu memang mencintai kegiatan sekolah, mungkin hari senin akan menjadi hari yang sangat dinantikan
Abel dan ketiga teman nya sedang asik berkumpul di koridor depan kelas. Di hari senin ini, mereka tidak datang terlambat. Pasalanya, di grup angkatan sudah di beritahukan bahwa, senin ini tidak bisa dilaksanakan upacara lantaran para guru harus mengadakan rapat.
Sebenarnya Abel sedikit merasa kecewa. Kenapa rapat tidak di langsungkan saat pembelajaran saja? Jadi Abel bisa merasakan jam kosong untuk hari ini.
"Kita masuknya telat nih jadinya?" Stella yang berbicara. Dia memperhatikan teman nya satu persatu.
"Enggak, buktinya kita udah di sekolah." Stella memutar bola matanya malas saat mendengar jawaban Keira.
"Bukan itu gokil! Masa gitu aja harus di perjelas."
"Ya maap atulah yak. Manusia gudangnya salah dan dosa."
Abel dan Zivana hanya tersenyum kecil melihat perdebatan kecil Keira dan Stella. Tak lama kemudian mereka mulai mengobrol kembali.
Sedang asiknya mengobrol, tiba tiba saja ada seorang lelaki yang datang menghampiri Abel. Dengan santai nya lelaki itu menghentikan langkah di samping Abel.
"Kamu lagi ngapain baby?" Tanya lelaki itu sambil mengusap kepala Abel dengan pelan.
"Lagi kumpul aja sama hewan peliharaan. Satria mau kemana?" Abel balik bertanya kepada lelaki yang bernama Satria itu. Wajah Satria kemudian menyunggingkan senyuman tipis saat mendengar jawaban Abel tadi.
"Ada ada aja kamu, masa temen di bilang hewan peliharaan."
"Ya abisnya mereka semua juga nurut." Ucapan Abel itu membuat Keira, Zivana, dan Stella dengan kompaknya menoleh kearah Abel sambil memberikan tatapan tajam.
"Haha terserah kamu deh." Satria masih setia mengelus kepala Abel. Namun beberapa detik kemudian, Abel melepaskan tangan Satria dari kepalanya, lalu dia mengenggam tangan itu.
"Satria mau kemana?" Abel masih terus menenggakan kepalanya. Karena posisi Satria yang sedang berdiri dan Abel yang sedang duduk, membuat Abel harus mendongkak untuk melihat wajah Satria.
"Mau ke kantin baby, kenapa? Mau ikut?" Satria memperlakukan Abel dengan sangat manis. Abel juga bersikap manja di depan satria.
"Hmm boleh deh. Laper soalnya." Abel akhirnya berdiri dari tempat duduknya. Kemudian dia memeluk lengan Satria dengan manja.
"Oke. Beib." Abel melemparkan senyuman kepada ketiga temannya sebelum dia benar benar pergi menuju kantin dengan Satria. Ketiga teman Abel pun membalas senyuman itu dengan gelengan kepala pelan.
"Duhh.. Enak bener jadi si Abel."
"Tau, bisa gelendotan sama cowok mana aja."
"Kayak monyet ya, gelendotan segala."
Keira, Zivana, serta Stella kemudian tertawa dengan kompaknya. Entah mengapa mereka tertawa dengan kerasnya. Apa karena sikap Abel yang ajaib seperti itu, atau karena Zivana menyamakan Abel seperti monyet.
"Kalau si Abel tau, pasti dia udah gini... Ekhmm." Keira mempersiapkan dirinya untuk mengikuti gaya berbicara Abel jika sedang marah. "Ihh jahat banget sih sama Abel." Nada Keira dibuat semirip mungkin dengan suara manja khas Abel. Percobaan itu tentunya membuat Zivana dan Stella tertawa.
"Bwahahaha anjir lo gak cocok kek gitu bangsad." Ujar Stella di tengah tawanya.
"Gak cocok parah nyed! Kek manusia kurang belaian." Zivana juga ikut berkomentar di sela tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Troublemaker
Teen Fiction"Ervan, Ervan ganteng deh. Bayarin uang kas gua yak?"-Abellia "Bu, buku pr saya ilang bu. Baru tadi pagi dimakan sama kucing saya."-Keira "Muka lo tebel banget kek cor-an jalan raya."-Zivana "Jalan jalan ke belanda, jangan lupa beli kerupuk. Ngapain...