Four

319 21 0
                                    

Abel memasukan buku yang berada dimeja kedalam tas. Saat ini sudah jam pulang sekolah. Keira dan Vana sudah berjalan terlebih dahulu menuju gerbang sekolah.

Abel dan Stella berjalan beriringan menuju gerbang sekolah yang terletak dilantai 1.

"Eh, nanti anterin gua ke kelas sepuluh dulu. Gua ada perlu bentar." Ujar Abel sambil membuka kembali isi tasnya, berniat mengambil dasi yang tadi pagi ia pinjam.

"Mau baperin adek kelas lo ya?" Stella menatap Abel curiga. Sedangkan Abel berdecak kesal menanggapi perkataan Stella. "Kagak ogeb, gua mau balikin dasi." Jelas Abel. Stella hanya ber-oh ria.

"Ehh Stell!" Abel dan Stella menghentikan langkah mereka. Walaupun hanya nama Stella yang dipanggil, tetapi Abel ikut menengok kearah sumber suara.

"Apa?" Tanya Stella malas. Ia sebenarnya tahu apa tujuan gadis berkepang dua itu menghampirinya.

"Kita hari ini ada dispen matematika. Kamu lupa?" Tepat sekali. Ternyata benar dugaan Stella, kalau gadis itu menghampirinya karena lomba matematika.

"Gua males, pengen balik." Stella sudah membalikan badanya. Tetapi gadis berkepang dua itu mencegah dirinya untuk pergi.

"Ayolah Stell, ini demi sekolahan." Gadis itu berusaha memohon kepada Stella. Namun, hati Stella tidak tergerak sama sekali.

"Gua bilang nggak ya enggak, lo budek!" Stella meninggikan nada suaranya, membuat gadis itu terlonjak kaget sekaligus ketakutan.

"Tapi, ini demi kesiapan lomba Stell." Gadis itu tetap tidak menyerah. Dia tetap berusaha membujuk Stella dan berharap hati sang troublemaker itu tergerak.

"Bodo, gua gak perduli." Stella menghempaskan lengannya secara kasar.

Stella dan Abel kembali berjalan tanpa memperdulikan gadis itu. Toh dari awal Stella tidak ingin mengikuti lomba itu.

"Stop." Abel menghentikan langkahnya didepan pintu kelas yang bertuliskan X MIPA 2.

Tanpa permisi ataupun mengetuk pintu, Abel masuk ke dalam kelas itu. Sedangkan Stella lebih memilih menunggu diluar.

"Andra mana?" Saat Abel melontarkan pertanyaan, semuanya langsung hening seketika.

"Saya." Lelaki yang bernama Andra itu berjalan mendekati Abel. Suara bisikan penghuni kelas mulai terdengar di telinga Abel.

"Ngapain dia kesini?"

"Andra mau dibaperin bukan?"

"Si Andra punya urusan apa?"

"Tumben nih kakel ke sini."

Abel tidak memperdulikan mereka semua. Toh niat dia baik, yaitu mengembalikan dasi yang sempat ia pinjam secara paksa.

"Ehmm, kenapa kak?" Andra terlihat gugup berdiri didepan Abel. Dia merasa sangat senang saat kakak kelas seperti Abel ingin menemuinya. Tetapi, Andra terlalu memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.

"Gua cuman mau balikin dasi. Thanks." Sesudah memastikan kalau dasi itu berada ditangan pemilik aslinya, Abel bergegas keluar dari kelas itu.

"Nah kan, korban lagi."

"Lagian Andra nya pede banget."

"Mampus lo kena." Ujar beberapa anak kelas yang berada disana saat Abel sudah benar benar keluar dari kelas itu.

"Udah selesai?" Stella langsung melontarkan pertanyaan saat melihat Abel yang baru keluar dari kelas itu.

"Udah, yuk cabut." Abel dan Stella kembali berjalan menuju gerbang sekolah. Mereka sangat tidak sabar untuk segera keluar dari wilayah sekolah.

Black TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang