Six

253 17 0
                                    

Keira membantu Stella duduk di kasurnya. Kalau bukan Stella yang mengancam, Keira tidak mau melakukannya. Karena, dokter bilang Stella masih belum stabil. Maka dari itu, Keira takut Stella kenapa napa.

"Lo harus makan Stell." Zivana mengambil makanan yang terletak di atas nakas.

"Enek sumpah.. Lu aja yang makan." Stella menjauhkan wajahnya saat Zivana hendak menyuapi.

"Ehh serius? yaudah sini buat gua."

Pletak

Satu sentilan mendarat di kening Abel. Tentu saja Zivana yang melakukan itu.

"Sakit woi.. Kalau sampe jidat gua harus di amputasi, elu yang tanggung jawab." Abel mengusap usap kening nya. Memang sentilan Vana adalah yang terdahsyat.

"Bahlul, Mana bisa jidat di amputasi." Ujar Keira ikut ikutan.

"Bisa bisain..."

Kreek

Semuanya menengok kearah pintu ruangan. Lalu terlihat Arka beserta ketiga temannya masuk ke ruang inap Stella.

"Gimana keadaan lo?" Arka bertanya dengan hati hati. Entah mengapa sekarang dia malah takut salah bicara.

"Masih belum stabil." Bukan Stella yang menjawab, melainkan Abel. Sedetik kemudian, Abel mendapatkan tatapan horror dari ketiga teman Arka.

"Arka nanya temen elu." Iqbal mulai ikut berbicara.

"Cuman bantu jawab aja sih.." Abel berjalan menuju sofa yang berada di ruangan itu. Abel juga mengerucutkan bibirnya karena merasa kesal.

"Gausah hirauin dia. Biarin aja tuh anak." Ujar Vana. Tentu saja itu membuat Abel makin mendengus kesal.

"Gua penasaran, kenapa Stella bisa kecelakaan?" Keira akhirnya angkat bicara. Mungkin karena sedari tadi dia sedang merangkai kata untuk menjadi sebuah pertanyaan.

"Jadi intinya, kita itu lagi di mobil berempat. Terus kita semua lagi emosi gara gara ada suatu masalah. Jadi kita nyetir mobilnya ngebut. Terus tiba tiba ada cewek nyebrang jalan. Karena gak sempet nge rem, akhirnya ketabrak." Jelas Arka.

"Dan, Ezra yang nyetir." Alvan menambahkan.

Setelah Alvan mengatakan hal itu, Ezra melihatnya dengan tatapan jengkel. Pastinya Ezra merasa malu sekarang.

"Lu ngapain nyebrang jalan sembarangan?" Keira beralih bertanya kepada Stella. "Gua nyelamatin kucing yang lagi di tengah jalan." Jawab Stella dengan jujur.

"Mulia sekali anda. Dan akhirnya, lo sendiri kan yang jadi korban?"

"Ezra!" Alvan memperingati Ezra. Seharusnya Ezra tidak bersikap seperti itu. Karena memang semua ini salah mereka. Terutama Ezra, karena dia yang menyetir mobil.

"Harusnya lu minta maaf Za." Ujar Arka.

"Kalau bisa sekalian minta makan Ja." Iqbal menambahkan.

Semuanya menatap kearah Iqbal. Yang di tatap bukannya merasa bersalah, malah bersikap sok ganteng.

"Iya gua itu emang ganteng, udah napa gausah diliatin terus." Iqbal menyisir rambutnya ke belakang dengan jari tangan. Melihat sikap Iqbal, Keira memutar bola mata nya.

"Masih gantengan juga anjing tetangga gue." Perkataan Keira membuat Iqbal jengkel. Ingin sekali Iqbal memcekik Keira di tempat.

"Gue karungin juga lo."

"Heh, lo kira gua kucing?"

"Udah Kei, Bal. Gausah berantem deh." Zivana menengahi Keira dan Iqbal. Keira dan Iqbal pun langsung saling mengalihkan pandangan kearah yang berlawanan.

Black TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang