Selingkuh tak pernah melintas di kepalaku. Tidak sedetik pun. Bahkan tidak sekejap mata pun. Setidaknya sejak berhadapan dengan senyum Marini yang menenteramkan.
Aku ingat, ketika itu hujan baru saja reda. Aroma tanah basah menyalakan mode semangat di otak. Ketika itulah, di antara tetes hujan yang masih turun satu-satu, dari bawah payung merah muda dia tersenyum padaku. Satu senyuman yang mengantarkan surga ke bawah kakiku.
Sejak itu aku kecanduan. Kepalaku pening jika tak melihat senyumnya sehari saja. Otakku terus mencari cara agar dapat menatap senyum itu, lagi dan lagi dan lagi.
Hingga akhirnya, aku tak tahan. Kulamar dia. Agar saat mata ini terbuka di pagi hari, senyum itulah yang akan menyapa pertama. Juga sebelum menutup mata, senyum itu jadi hal terakhir yang kulihat.
Surga dunia. Inilah dua kata yang menggambarkan kehidupanku selanjutnya. Aku lupa untuk berapa lama. Mungkin setahun, atau mungkin dua tahun. Aku lupa.
Aku juga tak ingat lagi kapan surga itu memudar. Berganti neraka yang panasnya melebihi bara. Tiba-tiba saja pulang ke rumah serasa melangkah menuju rumah jagal. Bukan jagal sapi, tapi jagal suami.
Anak-anak merengek entah karena apa. Kakak dan Adik saling memukul lalu berteriak-teriak menangis, memekakkan telinga. Mainan betebaran di lantai, di sofa, bahkan di kamar mandi. Beberapa kali kakiku menginjak balok warna-warni yang entah bagaimana caranya bertengger di atas keset kamar mandi.
Tak ada lagi senyum di bibir Marini. Matanya terlihat begitu tajam seperti siap menyayat jantungku kapan saja. Rahangnya tampak kaku seolah tak bisa bergerak selain untuk mengomel tentang hal-hal receh. Handuk yang tak sengaja kusampirkan di ujung tempat tidur. Baju kotor yang tiba-tiba ditemukannya terselip di antara rak sepatu. Bahkan pasta gigi yang lupa kututup pun bisa jadi pemicu omelannya.
Neraka tak mungkin lebih buruk, kurasa. Fiuh! Aku merindukan surgaku. Surga yang dihantarkan senyumannya ke bawah kakiku.
Kurasa, disitulah titik awalnya. Awal mula aku bertemu Andhita. Gadis otaku sejati yang tergila-gila pada Shikamaru. Aku menemukannya di forum Naruto Fandom. Atau mungkin bisa juga dibilang dia yang menemukanku, entahlah. Tiba-tiba saja aku sudah berada di chatroom pribadi berdua saja dengannya.
"Tunggu sebentar," katanya.
"Apa?" tulisku tak sabar.
"Just wait," dia mengirim voice chat yang membuatku kelabakan mencari headset. Suaranya agak berat untuk seorang perempuan. Sangat seksi menurutku.
"Lama banget, ngapain, sih?" aku masih menggunakan tulisan. Khawatir penguasa neraka terbangun dan memergokiku menghadap ruang chat.
"Ngga sabaran amat, sih Sayang," suara seksinya bergema di telingaku. Meningkatkan detak jantung.
Aku pun harus mati-matian menahan adik kecilku agar tak bangun. Sebagai pengalihan kubuka jendela email untuk mengirim file desain kitchen set pada customer.
Sebuah jendela pop up mengagetkanku. Permintaan video call dari Andhita. Buru-buru kurapikan rambut sembari menghidupkan kamera web.
Disana, di layar laptop, aku melihat Temari hidup lengkap dengan kipas besarnya. Dia melenggak-lenggok dalam balutan kimono hitam dengan belahan hingga pangkal paha. Andhita sengaja membuat belahan dada kimono lebih rendah dari aslinya hingga kedua belah dadanya sendiri seperti ingin melompat keluar. Aku tak dapat lagi menahan adik kecilku berdiri dengan bahagia.
Melihat Temari meliuk-liuk di dalam layar komputer, ditambah suara seksi mendayu bergema di ruang telinga, membuatku tak menyadari kehadiran Marini di belakangku. Temari yang pertama kali menyadarinya. Ia mematung lalu mengikik sambil melambaikan tangan, "Alo, Tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Selingkuh dan Selingkuhan
Short StoryKumpulan cerpen tentang orang ketiga. Bukan untuk bikin baper, hanya untuk senang-senang. syukur-syukur jadi bahan renungan....Selamat menikmati