Hari yang Baik

2K 298 17
                                    

Sehun terbangun dari tidurnya setelah merasakan sebuah tepukan halus di punggungnya. Dia pun terpaksa menegakkan badannya kemudian menatap si pelaku yang duduk di sebelahnya.

"Sudah jam istirahat. Kau tak ingin ke kantin?" Sehun melirik ke arah arlojinya dan kemudian berdiri.

"Kau tidak ke kantin?" Tanyanya pada Jongin. "Tidak. Aku bawa bekal. Kau mau?" Sehun menggeleng dengan cepat. Dia tak ingin berakhir dengan sakit perut setelah menyantap makanan yang Jongin tawarkan. Lagipula Sehun ingin sedikit berkeliling di area sekolah ini. Sekalian mencari tempat tersembunyi untuk membolos dan merokok nantinya.

"Baiklah. Kalau begitu hati-hati!" Ucap Jongin pelan, karena dia tau jika Dawon sudah meliriknya tajam dari depan pintu sana.

Namun Jongin tak khawatir, karena sesaat setelah Sehun pergi Dawon dan teman-teman nya langsung mengikuti Sehun untuk pergi ke kanti, jadi Jongin bisa makan bekalnya dengan damai hari ini.

'Coba saja setiap hari seperti ini. Aku pasti akan merasa lebih baik.'



Sehun baru saja memasuki kantin sekolah baru nya. Namun dia dapat merasakan suasana yang mendadak ricuh karena kehadirannya barusan. Beberapa pria mencoba untuk mengajaknya duduk bersama sambil menunjukan betapa berkuasanya mereka di sekolah ini.

Sehun sebenarnya tidak terlalu peduli dengan mereka. Namun ia cukup familiar dengan Lee Taehwan karena dia pernah bertemu di salah satu club malam, dan sepertinya Taehwan cukup sepadan dengan teman-teman Sehun di sekolah lamanya.

"Jika kau membutuhkan sesuatu, bilang saja padaku, oke?!" Sehun hanya mengangguk kecil. Matanya kemudian mulai kembali menatap kearah penjuru kantin.

Kantin ini terlihat tak jauh berbeda dengan kantin-kantin di sekolah swasta lainnya. Namun tempatnya lebih kecil dengan penjual yang juga lebih sedikit. Lalu tatapannya tak sengaja jatuh pada seorang gadis yang menatapnya penuh minat di sebrang sana.

"Siapa dia?" Tanya Sehun penasaran.

"Lee Dawon, dia anak kepala sekolah disini. Kenapa kau tertarik padanya? Biar ku peringatkan kau, dia itu salah satu iljin wanita yang ada disekolah ini. Korban bully-an nya paling banyak di sekolah ini. Jadi lebih baik kau jauhi dia."

"Dia bukan tipe ku. Aku tak suka dengan wanita kelewat murahan seperti dia." Heol! Mana mungkin Sehun suka dengan wanita murahan seperti itu? Sehun hanya merasa terganggu dengan tatapan genit yang wanita itu arahkan ke arahnya.

"Tapi sepertinya dia menyukaimu. Hey, tidur sekali dengannya tidaklah buruk. Aku berani jamin, dia cukup baik dalam urusan ranjang." Ujar Taehwan frontal.

Ya, karena Sehun sebelas duabelas sama brengseknya dengan Taehwan, kenakalan seperti itu bukanlah hal baru bagi mereka. Dan sepertinya ide Taehwan tidaklah buruk, pikir Sehun.

"Akan ku pikirkan. Tapi ada banyak wanita yang menungguku di luar sana, jadi aku akan membiarkannya tidur denganmu dulu."  Taehwan dan teman-temannya pun tertawa karena dirty joke yang Sehun lontarkan.

"Kalau begitu akan ku kenalkan kau dengan wanita-wanita lainnya lain waktu. Dan aku jamin mereka akan lebih hebat dari Dawon."


Baru kali ini Jongin pulang dengan raut berseri diwajahnya. Sudah lama sekali hidupnya tidak tenang seperti ini. Karena tak ingin momen ini berlalu begitu cepat, Jongin pun memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar daerah rumahnya. Dia juga membeli beberapa camilan yang dapat ia nikmati saat sampai di rumah nanti.

"Andaikan setiap hari dapat seperti ini. Aku harap Dawon akan terus terobsesi dengan anak baru itu dan melupakan ku."

Dan kebahagiaan Jongin pun kembali bertambah saat melihat sosok yang paling ia rindukan ada di dalam rumahnya.

"Kau sudah pulang? Cepat mandi dan bantu ibu didapur,oke." Jongin segera menaruh makanan yang ia beli dan berjalan untuk memeluk sang ibu.

"Tidak biasanya kau memelukku? Ada apa, hm?"

"Tak ada bu. Aku hanya sedikit merindukanmu saat ini."

"Baiklah. Tapi ibu tak mau dipeluk orang yang belum mandi. Jadi cepat mandi dan setelah itu ibu akan mengijinkan mu untuk memeluk ibu sepuasnya."



"Jongin, ibu ingin memberitahumu sebuah kabar baik." Jongin menaruh sumpitnya dan mulai memperhatikan sang ibu dengan seksama.

"Ibu pergi ke bank tadi siang, dan petugas nya bilang hutang ayahmu akan lunas sebentar lagi. Mungkin dalam waktu 2 bulan kita sudah bisa terbebas dari hutang itu."

"Benarkah? Syukurlah..."

"Iya. Dan ibu janji akan menguliahkan mu tahun depan. Tapi uang ibu mungkin tak akan cukup untuk menguliahkan mu di Korea. Jadi ibu berniat mengirimmu ke Malaysia, ibu dengar biaya kuliah disana lebih murah dibandingkan disini."

"Ibu..." Jongin menghampiri ibu nya, lalu memeluk wanita berumur 49 tahun itu erat. Dia bahkan tak bisa menahan air matanya. Dia terlalu bahagia.

"Aku janji akan belajar dengan giat dan membuat keluarga kita hidup lebih baik,bu."

"Iya sayang. Terima kasih sudah sabar menunggu."

"Tidak. Aku lah yang seharusnya berterimakasih pada ibu. Ibu sudah begitu bekerja keras untuk keluarga kita selama ini."



"Bagaimana sekolah baru mu?"

"Baik."

"Sudah dapat teman?"

"Sudah."

"Sudah dapat gadis incaranmu?"

"Mereka bukan tipeku. Lagipula kenapa ayah banyak tanya sekali?" Tuan Oh hanya tersenyum saat melihat wajah jengah sang anak.

"Ayah tau, ayah terlihat mirip dengan seorang siswi dikelasku."

"Benarkah? Apa dia gadis yang cantik sehingga kau memperhatikan nya seperti itu?" Ujar pria itu main-main. Jarang sekali dia mendengar Sehun menceritakan seorang gadis padanya.

"Tidak. Dia cerewet dan suka mentertawakanku seperti ayah. Kalian adalah tipe manusia menyebalkan yang paling ingin ku enyahkan sebenarnya."

"Aw, kau menyakiti hati ku nak."

Lihatlah! Bagaimana mungkin Sehun bisa tahan dengan manusia menyebalkan seperti ayah nya dan Kim Jongin. Apalagi dia duduk tepat disamping gadis itu setiap harinya, dan saat pulang dia akan bertemu dengan makhluk menyebalkan lainnya, yang biasa dia panggil ayah. Sungguh sial memang.

"Ingat, jangan berulah lagi. Kali ini ayah akan mengawasimu sendiri."

"Ya ya... Katakan saja itu pada berkas-berkas kesayangan ayah." Sehun mendorong kursi nya dan mengakhiri sesi makan malamnya.

"Mau kemana?"

"Apakah ayah tidak kasihan dengan 'adik' ku? Dia sudah kesepian hampir sebulan ini." Ujar Sehun dengan tidak tau malunya. Lagipula mereka kan sama-sama pria. Sehun juga tidak marah jika ayahnya mencari kesenangan diluar sana. Sehun paham, jika ayahnya pasti cukup kesepian semenjak ibunya meninggal 5 tahun lalu. Dan Sehun pasti setuju jika ayah nya mau menikah lagi, tapi dasar ayahnya saja yang terlalu setia pada mendiang ibunya, sehingga dia memilih untuk hidup menduda dibandingkan menikah lagi.

"Jangan lupa pakai pengaman. Aku tak ingin tertular virus HIV darimu." Pembicaraan tersebut akhirnya benar-benar berakhir saat Sehun menunjukan jari jempolnya pada sang ayah.



Tbc

Note : kalo respon nya bagus, aku double update.

Sekian

▪Problems 1.4▪ -Hunkai- EnD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang