Tidak Berjalan Sesuai Rencana

1.9K 281 33
                                    

Karena aku gak sabar... malam ini aku tamatin. But, vote harus lebih dari 70 dulu. Abis itu aku uo chap terakhirnya



Hasilnya benar-benar negatif. Dokter juga bilang jika Jongin masihlah perawan. Yang sekarang jadi pertanyaan Sehun adalah, apa yang terjadi pada malam itu?

Sehun sudah jelas-jelas melihat bekas cairan spermanya di selimut Jongin. Tapi bagaimana bisa Jongin masih perawan?

"Kau harus menjelaskannya padaku Jongin. Apa yang terjadi sebenarnya?"

"Jadi waktu itu..."


Flashback on

Brukk

Jongin terkejut saat Sehun terjatuh begitu saja di depannya. Dengan wajah ketakutannya, Jongin mengangkat Sehun ke atas kasur. Meskipun dia sedikit risih karena melihat alat kelamin Sehun yang sudah berdiri tegak di bawah sana.

Sehun sepertinya terbangun saat Jongin akan mebyekimutinya, karena ia kembali terduduk di ranjang. Tangannya kembali meraih wajah Jongin untuk menciumi bibir ranum gadis itu.

"Jongin aku sangat mencintaimu... kau tahu itu kan?"

"..."

"Maafkan aku. Aku benar-benar mencintaimu..." Sehun memeluk Jongin dengan erat. Dengan takut-takut Jongin menjauhkan tubuh Sehun dan membaringkannya kembali ke ranjang.

"Aku juga mencintaimu Hun." Dengan mata sedikit sendu Jongin menyelimuti tubuh telanjang Sehun dan pergi meninggalkan pria itu di kamarnya.

Awalnya Jongin ingin membawakan teh hangat untuk Sehun. Namun dia mendengar suara erangan sambil menyebut-nyebut namanya.

"Ahh... Jongin..." Jongin mengintip ke dalam, dan betapa terkejutnya ia saat melihat tubuh Sehun yang menggeliat tak karuan, sementara tangannya masuk ke dalam selimut dan melakukan sesuatu di bawah sana.

Dan sejak saat itulah Jongin takut pada Sehun. Melihatnya yang tengah mabuk dan melakukan hal gila seperti itu membuat Jongin jadi takut padanya. Jongin tidak ingin benar-benar di perkosa oleh Sehun seperti beberapa menit yang lalu.



Flashback off



"Kau harusnya bilang padaku. Jadi aku tidak sekalut ini."

"Sekarang... bagaimana caraku menjelaskannya pada ibu?" Ujar Jongin sambil memilin ujung roknya. Dia dan Sehun masih berada di rumah sakit, sementara ibunya dan kepala sekolah Lee telah pulang.

"Aku akan jelaskan padanya."

"Oh yah... bagaimana kau bisa mengenal ibuku?"

"Dia salah satu pembantu dirumahku."

"Benarkah? Kalau begi--"

Drrt drrt

'...'

"Baik bu... aku akan pulang segera."

Pip

"Ibumu?" Jongin mengangguk.

"Ya sudah, aku akan mengantarmu pulang sekalian menjelaskannya pada ibumu."







"Kau sudah mengecewakn ibu Jongin. Ibu pikir kau bisa menjaga diri selama ibu tinggal, tapi apa? Kau ingin mempermalukan ibu hah?!"

"Maaf bu." Jongin tak berani menatap ibunya dan hanya bisa melihat lantai yang ia pijak. Sementara Sehun yang sedari tadi ingin ikut berdebat pun sudah di cubiti oleh Jongin agar tetap diam. Namun dia mana bisa diam jika Jongin dimarahi seperti itu.

"Ini semua kesalahan saya bibi Kim."

"Tuan Sehun, saya memang pembantu di rumah anda, tapi saya menentang hubungan ini." Jongin sudah tahu ini akan terjadi padanya. Sehun terlalu mirip dengan ayahnya, kecuali soal masalah keuangan. Ia yakin jika ibunya pasti akan menentang hubungan ini.

"Bibi Kim aku mohon!"

"Saya sudah melihat bagaimana rusaknya anda tuan. Dan saya tidak ingin anak saya ikut-ikutan rusak karena anda."

"Ibu, kau terlalu berlebihan..."

"Biar saja. Dan anda tidak perlu khawatir, tanpa anda minta pun saya akan berhenti bekerja dari rumah anda. Sekarang anda bisa pergi dari rumah saya."

Tubuh Sehun terdorong keluar karena ulah ibu Jongin. Dia tak peduli lagi dengan status sosial Sehun, asal pria itu bisa menjauhi putri nya maka dia akan melakukannya.






Drrr drrt

From: Jongin

Sebaiknya kita jangan bertemu dulu.

Sehun menghela nafas lelah. Mengapa disaat dia mulai mencintai seseorang , Tuhan malah menjauhkan nya sih? Sehun juga ingin bahagia seperti orang lain. Jadi bajingan bukalah kemauannya, tapi itu karena dia ingin mencari kebahagiaannya. Dan disaat dia menemukan Jongin, Tuhan malah memisahkan mereka.

"Ayah!" Tuan Oh tersentak saat Sehun tiba-tiba masuk ke ruang kerjanya. Tidak biasanya Sehun kemari, batin tuan Oh.

"Ayah tolong bujuk bibi Kim untuk memberikan aku restunya. Jika tidak aku tidak akan makan!"

"Itu urusan mu!"

"Baiklah, ayah menantangku rupanya. Lihat saja nanti. Jangan menangis jika aku mati!"

"Anak kurang ajar!"

Brakk

Sehun mengambil ponselnya dan segera menghubungi Jongin.

'Halo?'

"Kau mencintaiku bukan?"

'Memangnya ken-'

"Jawab saja!" Ujar Sehun tak sabaran. Setelahnya Jongin hanya menjawab pertanyaan Sehun dengan deheman dari seberang sana.

"Kalau begitu ikuti instruksi ku. Kita harus mogok makan! Ini satu-satunya cara agar kita bisa bersama lagi. Kalau bisa kurung dirimu selama mungkin."

'Jika kau berpikir aku terlalu mencintaimu sehingga rela mengorbankan jiwaku kau salah Hun. Aku belum mau mati.'

"Kita tidak akan mati Jong. Yakin lah!" Sehun masih berusaha membujuk Jongin sambil mengunci pintu kamarnya. Otaknya mulai memikirkan cara lain untuk meluluhkan hati ibu Jongin.

"Baiklah. Kalau begitu biar aku saja. Selamat malam."

Pip

"Akan ku buktikan pada si tuan Oh itu, jika aku serius dengan ucapanku."







Tbc

▪Problems 1.4▪ -Hunkai- EnD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang