Jadilah pacarku

1.8K 297 17
                                    

Setelah berpisah dengan tuan Oh, Jongin kembali ke kelasnya dan kembali melanjutkan kegiatan belajarnya.

"Terima kasih." Sehun menoleh saat mendengar bisikkan Jongin yang masih asik menatap papan tulis didepan sana.

"Untuk apa?"tanyanya pura-pura tak tau.

"Tentu saja karena sudah mengirim ayahmu dan menghukum Dawon."

"Oh itu... bukan masalah. Kau bisa mentraktir ku sebagai gantinya."

"Tidak masalah. Tapi tunggu hingga aku berhasil mengumpulkan uang saku ku, oke?" Awalnya Sehun hanya berniat bercanda pada Jongin, tapi setelah mendengar ucapan polos gadis itu dia jadi menantikan hari dimana Jongin akan mentraktir nya.

"Kalau begitu kau harus mengumpulkan banyak uang, karena aku tidak makan makanan murah."

"Ay ay Captain!"









Esok harinya berita Dawon yang di skors pun beredar ke segala penjuru sekolah. Orang-orang mulai mencari tau tentang alasan dibalik ini semua, karena bagaimana pun juga tidak ada orang yang bisa melaporkan Dawon apalagi sampai membuatnya dihukum seperti itu. Tentu saja karena ibunya adalah seorang kepala sekolah.

Banyak siswi yang melapor sebelumnya, namun staff guru dan kepala sekolah tidak pernah mengindahkan seruan mereka, dan itu membuat siswi lainnya menjadi putus asa dan memilih untuk membiarkan pembullyan yang Dawon lakukan. Bahkan sampai ada yang memilih untuk keluar sekolah.

Tapi setidaknya hukuman Dawon saat ini membuat mereka sedikit lega dan juga senang. Itu pula yang dipikirkan oleh Jongin.

Memikirkan 2 hari kedepan tanpa kehadiran dan bullyan Dawon membuatnya begitu senang dan tenang. Namun sepertinya Dawon tidak ingin membuatnya merasa tenang barang sehari saja, karena kini sahabat-sahabat setia Dawon sudah menarik nya ke gudang belakang sekolah dan mulai menyiksanya.

"Apa hubunganmu dengan tuan Oh hah? Mengapa dia bisa membelamu sampai seperti itu?! Jawab!" Suyeon menarik rambut Jongin cukup kuat, sementara Dabin menahan kedua pergelangan tangan Jongin.

"Aku tidak tau Akhh! Tolong lepaskan aku Suyeon, Dabin."

"Apa kau baru saja menyebut namaku? Berani sekali kau ini!"

Plakk

"Jika kau berani macam-macam dan melaporkan masalah ini kepada tuan Oh, aku, Suyeon dan juga Dawon tak akan segan-segan menenggelamkanmu di sungai Han. Ingat itu!"

Setelah selesai mengancam Jongin, keduanya pun pergi. Sementara Jongin hanya dapat terduduk lemas disana karena rasa terkejut dan juga sakit.

'Percuma saja, tidak akan ada orang yang mampu membantuku. Satu-satunya cara hanyalah menghilang dari hadapan mereka.'








"Apa mereka kembali membullymu?" Jongin hanya dapat tersenyum kecil saat melihat sosok Sehun yang baru saja keluar dari dalam gudang dan menghampirinya.

"Aku akan bilang pada-"

"Tak perlu repot-repot. Apa yang ayahmu lakukan tidak dapat membantuku sama sekali. Bukan karena aku tidak bersyukur atas bantuan beliau, namun aku tau jika semua ini akan berakhir dengan cara yang sama seperti yang sebelum-sebelumnya."

Sehun mengambil posisi duduk tepat di sebelah Jongin. Tangannya terangkat untuk merapihkan rambut Jongin yang terlihat kusut karena jambakan Suyeon tadi.

"Mengapa kau lemah sekali hah? Kenapa kau hanya diam saat mereka memperlakukanmu semena-mena seperti itu?"

"Aku juga tak tau. Yang pasti aku terlalu miskin dan juga terlalu takut untuk melawan mereka."

"Kau tau? Tingkahmu yang seperti ini membuatku jadi ingin melindungi mu."

"Aku sudah terbiasa dengan kondisi tak menguntungkan seperti ini. Ayah ku meninggal dengan mewariskan setumpuk hutang pada bank, sehingga membuat ibuku harus kerja banting tulang untuk melunasinya. Aku bahkan tak dapat bertemu dengan ibuku sebanyak yang aku mau."

"Kau sedikit beruntung dari ku. Bahkan jika aku menukarkan seluruh kekayaan yang ayahku miliki, aku tak akan bisa melihat wajah ibuku lagi. Kau seharusnya bersyukur."

"Maafkan aku. Aku tak bermaksud menyinggungmu." Jongin jadi tak enak pada Sehun. Dia sungguh tak tau jika ibu Sehun sudah meninggal.

"Tak apa. Aku tau bebanmu jauh lebih berat dariku."

"Ya begitulah. Untuk melunasi hutang ayahku, ibu bahkan tidak pernah memberikanku uang saku. Dia hanya memberikan uang untuk kebutuhan rumah saja, itu sebabnya semua orang mulai menjauhiku. Karena aku miskin dan anak yatim." Jongin mengusap kasar setetes air mata yang jatuh dipipinya.

"Jangan pernah merasa semua orang menjauhimu Jong. Diluaran sana, banyak sekali orang yang akan menerima keadaanmu apa adanya. Dan kau harus yakin tentang hal itu."

Sehun juga tak tau darimana datangnya kata-kata sok puitis itu, yang pasti dia hanya ingin menghibur Jongin saat ini.

"Tapi aku benar-benar takut. Sebelum aku bertemu orang itu, aku mungkin sudah tak ada didunia ini lagi.

Otak dan hati ku benar-benar sudah lelah dengan semua ini. Aku mungkin bisa menghilang kan rasa sakit disekujur tubuhku, tapi tidak dengan sakit hatiku.

Aku takut jika harus kembali bersekolah dan bertemu dengan orang-orang itu. Semua umpatan dan perilaku mereka begitu membekas di hatiku.

Aku benci mengakui nya, namun aku sungguh takut dengan mereka hingga rasanya, aku ingin mati saja."

Tangis Jongin pun akhirnya pecah setelah ia berhasil menceritakan keluh kesah yang selama ini ia pendam sendiri. Dia tidak mungkin tega untuk menceritakan semua ini pada sang ibu. Jongin sudah cukup paham dengan segala tanggungan yang ibunya pikul sendiri, dan Jongin tidak ingin jadi anak durhaka yang selalu menyusahkan ibunya.

"Sehun, jika besok aku tidak masuk sekolah... tolong cari ibuku, dan bilang padanya jika aku sudah tenang sekarang--"

"Kau bodoh?! Mengapa kau mengorbankan hidupmu hanya karena orang-orang jahat itu?!"

"Hiks--"

"Kalau begitu, jadilah pacarku."






Tbc

▪Problems 1.4▪ -Hunkai- EnD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang