Cklek..
Sebuah pintu rumah sederhana di salah satu pemukiman padat kota Seoul terbuka secara perlahan. Seorang pemuda berseragam memasuki rumah dengan menyeret tas kotornya dan berjalan pelan menuju kamarnya.
Penampilannya sungguh berantakan. Wajahnya begitu kotor dengan sebuah noda tanah yang terlihat di sekitar pipi dan dahinya. Bahkan rambut putihnya terlihat tak karuan bentuknya.
Satu yang dia inginkan saat ini, hanya merebahkan dirinya dan tertidur hingga esok pagi. Namun, belum lagi tangannya menyentuh kenop pintu kamar miliknya, sebuah panggilan menyapa telinganya dengan keras.
"Yoongi-ah, Kau baru pulang?!"
"Ne." Jawabnya sembari menolehkan wajahnya dan mengangguk singkat.
Di sana seorang wanita paruh baya tampak mulai berjongkok untuk mengenakan sepatu hak tingginya. Penampilannya cukup elegan dengan sebuah dress selutut berwarna hijau dan riasan yang dipoles hingga membuatnya terlihat nampak lebih muda dari usiannya.
"Eomma akan pergi?"
"Hmm."
"Bisakah, eomma berhenti membawa mereka ke sini?" Tanya Yoongi lirih.
"................."
Pemuda bernama Yoongi itu menghela nafasnya dalam. Dia tau benar kemana dan untuk apa ibunya pergi. Karena setiap ibunya pergi, seorang laki-laki akan datang bersamanya dan begumul di dalam rumah mereka sepanjang malam.
"Tidurlah sebelum eomma pulang." Jawab wanita itu akhirnya sebelum pergi tanpa minat sedikitpun menolehkan wajahnya kepada sang anak.
Yoongi menatap punggung wanita yang mulai menghilang di balik pintu itu dengan wajah datarnya. Dia terlampau biasa sebenarnya. Hanya saja, kadang perasaan tak nyaman itu juga muncul secara tiba-tiba.
Mereka hanya tinggal berdua. Ayah Yoongi meninggal sejak dirinya berusia 7 tahun, dan sejak saat itu pun Yoongi merasa jiwa ibunya ikut pergi. Ibunya menjadi lebih emosional dan kasar. Tak ada lagi hak kasih sayang dan perhatian yang dia dapatkan, hanya sebuah kewajiban seorang ibu untuk anaknya hidup dengan cukup yang Yoongi terima sejak hari itu.
Di usianya yang ke 10 tahun, Yoongi untuk pertama kalinya melihat sang ibu membawa pulang seorang pria dan mulai mendengar suara-suara itu setiap malam. Bahkan tak jarang dia melihatnya dengan bebas di rumahnya. Hingga saat dirinya mulai beranjak remaja, dia mulai mengerti apa yang sebenarnya ibunya lakukan untuk mereka bertahan hidup.
Kini, sat suara sebuah pintu kembali terbuka di pukul 10 malam, Yoongi akan segera mengambil earphone yang dia simpan di bawah bantalnya dan memasangkan benda itu di kedua telinganya dengan sebuah musik yang keras.
Yoongi tak lagi ingin peduli dengan hal itu. 7 tahun adalah waktu yang cukup lama untuk membuatnya terbiasa. Bahkan rasanya, kini dia mulai merasa tak peduli dengan dirinya sendiri.
🌼
Ini jam olah raga, semua siswa berlari dengan semangat menuju lapangan di gedung olah raga. Beberapa siswa nampak berjalan menuju sebuah ruangan dan keluar dengan beberapa bola voli yang ada di tangannya.
Yoongi mendudukan dirinya di pinggir lapangan. Memandang jengah kearah mereka yang bercanda heboh di sudut sana. Dia sedikit bosan. Rubik yang biasa menemaninya tertinggal saat dia dijahili para pemuda itu di taman kemarin sore.
Bugh!!!
Baru saja dirinya hendak menghela nafas, sebuah bola tiba-tiba menghantam kepala Yoongi hingga tubuhnya terhempas ke samping. Dia menegakan badannya dan menatap sengit ke arah seorang pemuda yang tertawa bersama siswa lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
White [Taegi]
Random[Complete] Bahkan dia masih saja tidak mengerti bagaimana bisa takdir selalu menggodanya seperti itu. Taegi Taehyung X Yoongi Boy X Boy