16. I want!

3.1K 444 75
                                    

Tubuh Yoongi bergetar. Keringat dingin mulai membasahi kening dan telapak tangannya kala Taehyung mulai mencumbu lembut leher putihnya. Dia mencengkram daun telinga Taehyung terlampau erat sembari menggigit bibirnya keras.

Hingga sebuah isakan kecil yang bersanding dengan hembusan nafas berat dari bibir Yoongi pada akhirnya berhasil menyadarkan Taehyung. Dia menarik tubuhnya dan seketika tersentak kala melihat Yoongi yang begitu kembali ketakutan.

"Astaga Yoongi, Aku minta maaf. Sungguh.." Kata Taehyung menyesal.

Taehyung mengambil tangan Yoongi yang dingin dari telinganya dan menggengamnya erat. Matanya mulai mematri manik Yoongi yang kini memandangnya takut. Bibirnya terus berucap maaf dengan sesekali mencium tangan putih itu.

"Aku hanya terbawa suasana Yoongi, maafkan aku." Katanya.

Yoongi pun menggeleng kecil sebelum dia menundukan kepalanya. Tangan Taehyung hangat, tapi saat ini sudut hatinya tiba-tiba merasa ketakutan. Dia tak suka hal itu, sekali pun itu dengan Kim Taehyung.

"Taehyung, aku... aku minta maaf.."

🌼

bruak!!!

Hentakan pada meja kantin yang padat pada jam makan siang, menarik perhatian seluruh siswa. Kim Taehyung, berdiri pongah percaya diri menatap garang ke arah seluruh siswa yang bahkan tak dikenalinya dengan almamaternya yang berbeda.

"Yakk!!!! Kim Jiwon!"

Suara Taehyung menggema keseluruh penjuru kantin. Matanya meniti satu persatu siswa yang ada di sana, menunggu seseorang yang mungkin saja akan berdiri karena merasa namanya terpanggil. Namun agaknya Taehyung datang di saat yang kurang tepat.

"Ck! Tidak ada?" Katanya lagi.

Taehyung pun mendecak dan berniat melangkahkan kakinya keluar kantin jika saja ingatan tentang Yoongi selama ini tak menariknya kembali memandang sengit ke arah seluruh siswa di hadapannya.

"Oh iya, ku dengar sekolah ini penuh dengan siswa pintar. Jadi aku hanya ingin bertanya, kalian tahu apa itu Sindroma Waardenberg?" Tanya Taehyung tiba-tiba.

Semua siswa di sana hanya diam, memandang aneh ke arah Taehyung tanpa berminat menjawab pertanyaan yang dilontarkan. Beberapa pun hanya berdesas desis membicarakan si siswa asing yang tiba-tiba datang dengan kehebohan.

"Ck! Sudah ku duga tenyata itu hanya omong kosong belaka. Makanya kalian bisa dengan mudahnya membully seseorang hanya karena berbeda! Iya kan?!"

"Apa otak kalian sudah tak bisa berpikir rasional selain mengenai pelajaran, hingga kalian tak pernah mencari informasi dulu sebelum kalian mengucilkannya seperti itu, ha?!" Lanjutnya dengan menaikan nada bicaranya di akhir kalimatnya yang membuat suasana kantin semakin senyap.

"Jadi mari kuberi tahu. Asal kalian tahu, itu hanya sebuah kelainan genetik. Tidak akan menularkan apapun! Kenapa kalian begitu primitif untuk memahaminya!"

"Tidak adakah setidaknya hanya satu yang merasa kasihan padanya?! Dia kesepian, apa kalian buta?! Kalian melukainya! Kalian bisa saja membuatnya mengakhiri hidupnya jika saja dia tak sekuat itu!"

Taehyung yang mulai emosi membuat nada bicaranya semakin keras. Semua siswa pun mulai menerka-nerka siapa agaknya yang tengah di bicarakan pemuda asing ini. Taehyung mengepalakan tangannya erat dan mematri semua mata yang menatapnya dengan tatapan muaknya.

"Jika saja kalian mau melihatnya sedikit dekat, dia begitu indah. Bagaimana bisa kalian menyebutnya menjijikan." Lirihnya.

Taehyung menggigit bibir bawahnya keras, mengingat keadaan Yoongi kini, sedikit membuatnya sakit. Melihat wajah tak bersalah mereka sungguh membuatnya muak. Namun suara keras dari speaker sekolah mengambil alih atensi seluruh siswa, pun temasuk Taehyung.

White [Taegi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang