3. Because of You

3.5K 571 61
                                    

Apa yang dirasakan ketika seorang yang hampir selama hidupnya tidak memiliki teman sama sekali tiba-tiba memiliki satu yang begitu menaruh perhatian padanya dari awal bertemu. Bahagia. Itulah yang Yoongi rasakan saat ini.

Sejak berpisah beberapa saat yang lalu, Senyuman manis itu tak lepas sedikitpun dari wajah putih Yoongi. Jujur saja, Yoongi begitu bahagia bertemu dengan pemuda bernama Kim Taehyung itu. Bukannya terlalu berharap atau apa, tapi nyatanya Yoongi seakan tak ingin melepas Taehyung begitu saja.

Ini pertama kali dalam hidupnya, dirinya pulang dengan suasana hati yang baik. Terlebih tadi Taehyung berjanji akan mengiriminya sebuah pesan setelah makan malam. Tentu saja Yoongi senang hati akan menantikan hal itu.

Jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh ketika Yoongi memasuki rumah sederhananya. Dia hendak berjalan menuju kamarnya saat sebuah tangan menarik bahunya dan mendaratkan sebuah tambaran keras pada pipi pucatnya.

Plak!!!

"Kau yang mengambil uang eomma lagi kan?!"

Yoongi melirik sang ibu yang menatapnya sengit dengan amarah yang begitu nampak pada wajahnya. Yoongi pun menarik sudut bibirnya tipis dan mengusap pipinya yang mulai terasa panas. Ini terjadi lagi.

"Jawab eomma Min Yoongi!" Bentaknya lagi.

"Apa saat aku bilang tidak, eomma akan percaya?" Jawab Yoongi dengan nada yang remeh.

Wanita itu seketika pergi, berjalan dengan tergesa ke sebuah kamar. Meninggalkan Yoongi yang kini menggigit bibirnya dan memejamkan matanya erat. Dia tahu benar apa yang selanjutnya akan dia dapatkan.

Buak!!! Buak!!! Buak!!!

Wanita itu tak lama kembali kepadanya dengan sebuah tongkat panjang yang dia layangkan begitu ringan ke arah Yoongi dengan penuh amarah. Pukulan demi pukulan pun dia rasakan bagai sebuah sayatan benda tajam di tubuhnya.

Ini memang sering terjadi. Tak semua laki-laki yang dibawa ibunya adalah orang yang kaya. Tak jarang mereka yang hanya memanfaatnya untuk menjadikannya alat kepuasan saja dan pergi tanpa membayarnya.

Bahkan, beberapa orang yang tak punya hati akan memberinya semacam obat bius dan menjarah apapun yang ada di kamar ibunya sebelum pulang.

Dan Ibunya pun akan selalu seperti itu, dibutakan oleh amarah yang terus saja menaung di hatinya sejak sang ayah meninggal. Selalu menjadikan Yoongi sebagai pelampiasan dan menuduhnya berbagai hal yang dapat membuatnya lebih tenang.

"Dasar anak tidak tau diri!"

Buak!!

"Kau pasti telah menghabiskan uang itu untuk bersenang-senang dengan temanmu hingga pulang jam segini, iya kan?!" Bentaknya lagi.

Buak!!!

Wanita itu memukul dengan sangat keras sebelum berhenti dan terengah. Tangannya gemetar saat melihat sang anak yang bersimpuh dengan lemas di hadapannya. Namun apa daya, hatinya telah terlanjur diselimuti oleh amarahnya.

"Aku membesarkanmu sendirian dan kau selalu saja menyusahkan hidupku dengan kelaluanmu Yoongi! Apa kau tak kasihan padaku, Ha? Aku sudah cukup menderita selama ini, mengertilah."

Bentakan itu akhirnya melemah dengan sebuah air mata yang mengalir dari pelupuk mata yang seindah milik Yoongi itu. Ibunya menangis. Dan ini satu-satu alasan kenapa Yoongi tak pernah bisa melawannya.

Yoongi tau, sangat tau bahwa ibunya cukup menderita selama ini. Karena itu, dia sadar diri dan rela menjadi apapun yang ibunya pikirkan asalkan wanita itu tak lagi depresi seperti sebelumnya karena terlalu tertekan.

White [Taegi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang