|6|

1.9K 114 4
                                    

"Tadaima!"

Sakura menyerngitkan alisnya ketika tidak ada yang menjawabnya dari dalam. Buru-buru ia masuk ke dalam dan mencari ibunya. Ia agak panik melihat ibunya tidak ada di kamar, ia berjalan cepat menuju dapur tapi tidak ada juga. Rasa paniknya menjadi lega ternyata ibunya sedang berada di halaman belakang, sedang menyiram kebun kecil mereka.

"Kaa-san..." Panggil Sakura pelan.

Haruno Mebuki, wanita berambut kuning tua seleher itu menoleh lalu tersenyum kearah Sakura.

"Kau sudah pulang, Nak?"

Sakura mengangguk, ia mendekat kearah ibunya. "Kaa-san, kenapa Kaa-san di sini? Harusnya Kaa-san istirahat di kamar," ucapnya sambil membantu Mebuki berdiri.

"Habisnya Kaa-san bosan di kamar terus. Makanya Kaa-san keluar sebentar," Ujar Mebuki.

"Bagaimana dengan rasa pusingnya? Apa sudah mendingan?"

"Ya, Kaa-san merasa lebih baik sekarang."

Sakura menuntun ibunya masuk ke dapur lalu membantunya duduk do kursi.

Mebuki menyerngit melihat kantung kresek putih besar di meja makan.

"Sakura, kresek apa itu?" Tanyanya.

Sakura yang mengambilkan minum ibunya tersenyum lebar. "Itu adalah bahan masakan yang baru saja aku beli, Kaa-san."

"Banyak sekali..."

"Hm! Kemarin aku dan Ayame-senpai mendapat bonus dari Yugao-san, jadi aku berencana masak banyak, terutama masakan kesukaan Kaa-san!" Jawab Sakura.

Mebuki menggeleng pelan, "Kau harusnya menggunakan uang itu untuk keperluanmu, Sakura. Atau bisa juga ditabung untuk biaya masa depanmu nanti. Masalah makan seperti biasanya saja, tidak perlu berlebihan."

Sakura mengerucutkan bibirnya. "Sekali-kali kita makan banyak tidak apa-apa kan? Aku juga sudah menyisihkah sebagian uang untuk aku tabung kok, jadi Kaa-san tidak usah khawatir."

Mebuki kembali menggeleng disertai tawa pelan. Ia terbatuk dan Sakura membantunya minum.

"Kalau begitu, kita masak sekarang?" Tanya Mebuki.

Sakura mengangguk semangat. "Hm! Tapi biar Sakura saja yang masak, Kaa-san duduk manis saja di sini."

Mebuki tertawa. "Ya sudah, Kaa-san akan memperhatikan dari sini saja."

"Siap!"

Sakura mulai mengolah bahan makanannya dan Mebuki hanya memperhatikannya. Sakura melarang setiap Mebuki hendak membantunya. Sesekali mereka mengobrol.

"Ingat, jangan terlalu banyak memasukkan garamnya." Peringat Mebuki.

"Iyaa, Kaa-san tenang saja." Sahut Sakura.

Mebuki terkekeh. Tatapannya pada punggung Sakura tiba-tiba menyendu. Tangannya mengepal dan berusaha untuk tidak menangis.

"Maafkan Kaa-san..." Bisiknya.

Rupanya Sakura mendengar bisikan Mebuki. Ia berhenti mengaduk sup sejenak, matanya bergerak-gerak dan ia menghela napas sebelum kembali mengaduk.

Beberapa saat kemudian Sakura sudah selesai masak, dan hampir semuanya adalah masakan kesukaan ibunya.

"Ittadakimasu!!"

"Ittadakimasu."

***

Her Name is SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang