Sakura menatap pantulan dirinya dari kaca, merapihkan kembali baju dan rambutnya. Dirasa sudah rapih, ia keluar dari kamar dan pamitan pada ibunya yang menyirami taman kecil di depan rumah.
"Kaa-san, Sakura pamit."
Mebuki menatap putrinya yang berdandan begitu rapih pagi ini. "Kau terlihat cantik, Sakura."
Sakura tersipu malu. "Apakah bajuku ini sudah cocok, Kaa-san?" tanya Sakura.
"Iya, baju itu cocok, Nak. Kau memakai baju apapun juga terlihat cocok," jawab Mebuki.
Ucapan ibunya membuat dia lebih percaya diri. "Terimakasih, Kaa-san. Aku pamit dulu."
"Hati-hati di jalan, ya."
"Baik."
Sakura mengayuh sepedanya dengan perasaan campur aduk. Kemarin Sasuke bilang padanya jika ibunya ingin belajar membuat kue bersama Sakura. Ia tidak yakin dengan kemampuannya, tapi ia juga tidak bisa menolak. Rasanya tidak sopan jika harus menolak permintaan Mikoto yang secara tidak langsung sudah memperkenalkan Yugao's Cake pada orang-orang. Ditambah memang toko akan tutup selama satu minggu karena mertuanya sedang sakit.
Begitu sampai di depan gerbang rumah Sasuke, Sakura melihat jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. Ia datang lima belas menit lebih awal dari perjanjian.
Dan sekarang Sakura bingung, apakah ia akan menunggu setidaknya sepuluh menit lagi? Atau ia hubungi Sasuke saja?
Di tengah kebingungan itu ponsel Sakura bergetar. Ada sebuah telepon masuk dari Sasuke. Pucuk dicinta ulam pun tiba rupanya.
"Moshi-moshi?" salam Sakura.
"Kau ada dimana?" tanya Sasuke tanpa basa basi.
"Aku sudah ada di depan, Sasuke-san."
"Depan kompleks?"
"Depan gerbang," jawab Sakura sambil meringis.
Tidak ada sahutan selama beberapa detik. "Kenapa tidak masuk? Tidak ada yang membukakanmu pintu?"
"Anu ...," mata Sakura tidak sengaja melihat sebuah kotak kecil di samping gerbang, lalu ia kembali meringis. Kenapa ia tidak ingat kalau ada bel di sana.
"Tunggu di situ."
Setelah itu sambungannya terputus. Tidak berapa lama gerbang terbuka, seseorang membukakannya. Awalnya Sakura pikir itu Sasuke, ternyata seorang pria dan Sasuke berdiri di belakangnya.
"Silakan masuk," ucap pria itu.
Sakura masuk sambil menuntun sepedanya, dan Sasuke berjalan beberapa langkah di depannya tanpa mengucapkan apapun.
Sasuke mengantarkannya langsung ke dapur lewat pintu belakang. Pandangannya langsung tertuju pada Mikoto yang sedang menyirami tanaman, dan setelah mereka mendekat ternyata itu merupakan kebun sayuran. Walau tidak terlalu luas kebun itu lumayan lengkap.
"Okaa-san," panggil Sasuke.
Mikoto yang posisinya sedang memunggungi mereka menoleh dan tersenyum. "Ah, Sakura sudah datang rupanya." Mikoto meletakkan alat penyiram tanaman dan menghampiri mereka. "Kenapa Sasuke-kun tidak bilang jika Sakura sudah datang? Ibu kan bisa menyuruh yang lain untuk menyiram tanaman supaya Ibu bisa bersiap."
Sakura tersenyum canggung. "Tidak apa-apa, Nyonya. Sepertinya saya yang datang lebih awal."
Sakura melihat penampilan Mikoto yang nampak cantik walau dengan pakaian santai rumahan seperti biasa ibunya pakai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Name is Sakura
FanficSebelumnya Sasuke tidak pernah peduli soal perempuan. Tapi sejak kepindahannya ke Konoha Gakuen, siswi bernama Haruno Sakura menarik perhatiannya. Bukan karena kecantikan atau penampilan menarik gadis itu. Tapi karena penampilan culunnya. Gadis itu...