"Mentari datang dengan membawa harapan bagi pagi yang baru, benarkah kau datang untuk membawa hidup baruku?"
--Jungkook berdiri menatap gadis dihadapannya, matanya seakan tak ingin melepas perempuan cantik itu, rasanya kedua tangan Jungkook ingin menarik tubuh yang bergetar hebat dihadapannya untuk kemudian ia peluk dan takkan pernah ia lepaskan.
"Maaf," entah untuk ke berapa kalinya lelaki itu berucap dan mengatakan hal serupa, tapi tiap kali ia mengucap kata tersebut gadis dihadapannya malah semakin menjadi, kini bahkan ia terduduk sambil meremas kuat bajunya.
"Kau jahat Jungkook! Kau kejam padaku, kenapa kau tega melakukan ini? Apakah selama ini tak berbekas sedikitpun dihatimu tentang hari-hari kita yang bahagia?"
"Justru karena aku tak ingin melepas semuanya dengan kepahitan, aku datang padamu dan memintanya baik-baik, aku harus melakukan ini demi orangtuaku, aku mencintaimu Eunha, sangat-sangat mencintaimu, tapi aku juga sangat menyayangi orangtuaku,"
"Bohong! Kau hanya berbohong, jika benar begitu, kenapa kau datang dan meminta kita untuk mengakhiri semuanya, aku tidak bisa Jungkook! Aku tidak mau!"
"Aku pun begitu, aku tidak ingin kita berpisah, tapi aku harus-"
"Ayo kita pergi!"
"Apa yang kau katakan?"
"Iya Jungkook, aku tak ingin berpisah begitupun kau, kalau begitu semuanya menjadi sederhana, kita bisa pergi jauh dari Seoul dan-"
"Tidak Eunha, aku memang sangat mencintaimu. Tapi bersama dengan cara pergi itu bukan cara yang tepat, ini semua salah,"
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mengalah saja pada gadis kampung yang Ibumu pilihkan? Apa kurangku Jungkook katakan? Apa kriteria Ibu dan Ayahmu haruslah orang rendahan?"
Jungkook masih menatap Eunha, namun sedikit tajam kali ini, Eunha mengetahui arti tatapan itu, ia sangat mengetahui bahwa Jungkook tak suka siapapun menghina orangtuanya, siapapun tanpa terkecuali.
"Jaga bicaramu, bukan hanya kau yang terluka melainkan aku pun begitu, tapi tak seharusnya kau mengatakan hal buruk tentang orangtuaku, dengar Eunha, aku mencintaimu, sangat. Tapi jauh sebelum aku bertemu denganmu, aku lebih dulu mendapat cinta kasih dari orangtuaku bahkan sebelum aku mencintai dan menyayangi mereka,"
Eunha tertawa getir sambil menghapus kasar airmatanya, entah apa yang ia tertawakan, dirinya yang menjerumuskan pada jurang perpisahan karena setelah ini mungkin Jungkook takkan memperjuangkan dirinya lagi, atau bahkan menertawakan pria ini yang menurutnya nampak bodoh hanya dengan alasan bakti seorang anak terhadap orangtuanya.
"Lupakan saja Jungkook, seharusnya aku menyadari apa yang kau maksud daritadi,"
Jungkook menautkan alisnya nampak tak mengerti dengan perubahan sikap Eunha dan maksud perkataannya.
"Inti dari permasalahan ini hanya kau yang memang ingin menyudahi hubungan kita, takkan ada perjuangan dan pengorbanan. Benarkan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Sorrow [COMPLETED]
FanficHidup adalah pilihan tanpa bisa memilih apa yang telah dipilihkan Tuhan untuk kita. Bertemu dengannya adalah takdirku, dan mencintainya adalah nasibku. Takdir dan nasib yang begitu kejam atau Tuhan yang menginginkanku untuk belajar mencintai tanpa p...