"Saat kau terus menyia-nyiakan orang yang mengasihimu, maka jangan pernah menyesal jika kau tak lagi menemukannya"
--Tanpa Tzuyu sadari sejak ia menangis di jendela kamarnya, ada seseorang yang senantiasa memerhatikan dirinya. Orang itu setia berdiri di bangku halaman rumah megah itu tepat di bawah pohon persik, matanya terus menatap ke arah jendela, walau ia tak bisa mendengar apa yang Tzuyu katakan, tapi ia tahu Tzuyu sedang menangis, sesuatu di hatinya mendesaknya membuat ia sesak, tapi tak tahu harus berbuat apa, Jungkook hanya bisa diam.
Ya.
Saat Nyonya Jeon kembali tanpa hasil untuk mengajak serta Tzuyu makan malam dan mendengar ceritanya tentang Tzuyu yang begitu bersemangat mempersiapkan hidangan spesial untuk menyambut kepulangan Jisung, tapi kini gadis itu memilih mengurung dirinya sendiri di kamar.
Jungkook juga memilih mangkir dari meja makan, dia beralasan tidak lapar dan sangat lelah karena menyetir untuk perjalanan jauh, namun ia malah memutar arah dan menuju halaman yang berada di depan kamar Tzuyu, dan disinilah dia sekarang.
"Apa yang dia lakukan?" tanya Jungkook sendiri saat melihat Tzuyu bangkit dari duduknya dan mengangguk pasti, gadis itu kemudian pergi.
Hampir 2 jam Jungkook menunggu, tapi Tzuyu tak kembali lagi. Jendelanya masih terbuka dan kursinya pun belum ia pindahkan, apa gadis itu tertidur? Begitu yang ia tanyakan, tapi mengapa Tzuyu tidak menutup jendelanya? Bukan mengkhawatirkan tentang maling atau seseorang yang akan menyelinap, karena keamanan di rumah ini memasang level tingkat tinggi dan kamar Tzuyu ada di lantai 2, melainkan Jungkook khawatir tentang kesehatan Tzuyu, udara malam ini begitu dingin dan menusuk--tunggu, Jungkook khawatir? Benarkah? Entah, untuk saat ini lebih baik anggap saja demikian.
"Kemana dia? Apa dia benar-benar tidur?"
"Ceroboh," baru saja Jungkook hendak beranjak, matanya kembali menangkap sosok Tzuyu, lelaki itu kembali duduk dan menatapnya, gadis itu menarik kembali kursinya ke dalam dan menutup pintu jendelanya.
"Apa ini?" ucapnya tersenyum sambil mengacak rambutnya.
"Kenapa aku merasa seperti diasingkan dan tak boleh masuk ke kamarku sendiri?"
🍁🍁🍁
Waktu sudah menunjukkan pukul 7, hidangan telah rapi di meja dan semua anggota keluarga Jeon satu persatu mulai turun.
Nyonya Jeon dan Tuannya menyapa menantunya hangat, Tzuyu membalas senyuman yang tak kalah hangat, ia masih menata sendok dan garpunya.
"Tzu, kemana kepala Hwang dan pelayan lainnya?" tanya Nyonya Jeon melihat menantunya sendiri yang menyiapkan meja makan, padahal gadis itu sudah dilarang keras namun ia tetap keras kepala ingin ikut mengurus rumah ini.
"Bibi Hwang ada, tadi mereka membantuku memasak, Ibu," jawab Tzuyu yang kini menuangkan jus mangga ke tiap gelas.
Ryujin juga sudah turun, ia langsung menarik kursinya tanpa berkata apapun, kedua orangtuanya hanya menggeleng, setidaknya ini lebih baik daripada pagi hari gadis Jeon ini sudah berbuat ulah, sementara Tzuyu hanya tersenyum.
"Selamat pagi,"
"Pagi," balas semua, itu adalah Jisung yang berjalan menggunakan tongkat dengan dibantu oleh kakaknya, Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Sorrow [COMPLETED]
Fiksi PenggemarHidup adalah pilihan tanpa bisa memilih apa yang telah dipilihkan Tuhan untuk kita. Bertemu dengannya adalah takdirku, dan mencintainya adalah nasibku. Takdir dan nasib yang begitu kejam atau Tuhan yang menginginkanku untuk belajar mencintai tanpa p...