Setelah sarapan aku nggak langsung pulang. Hoseok menahanku dirumahnya dengan iming-iming sekotak besar ChoCOW. Dan disinilah aku, duduk di sofanya sambil menyeruput susu ChoCOW dengan sedotan di tangan kanan dan ponsel di tangan kiri.
Tadi pas makan, ponselku bergetar terus. Saat dicek, banyak pesan grup yang masuk.
Sementara itu, Hoseok sibuk mencuci piring. Sebenarnya aku udah menawarkan diri untuk mencucikan piringnya karna dia udah masak untukku. Tapi dia menahanku karna katanya aku ini tamu.
Tamu nggak boleh dibikin repot katanya.
Bosan menunggu Hoseok selesai mencuci, aku beranjak dari sofa. Ponsel kuletakkan begitu saja di atas meja ruang tamu. Kotak susunya juga aku tinggalin.
Objek besar yang pertama kali menarik perhatianku adalah rak buku. Hoseok punya banyak koleksi buku kedokteran dan ilmu medis lainnya. Padahal setauku Hoseok bukanlah anak kedokteran.
"Sunbae?" panggilku sambil melihat punggungnya yang sibuk. "Aku pernah bertanya kau kuliah jurusan apa, kan?"
"Kau yang kukenal nggak pernah sepenasaran itu tentang orang lain kecuali orang itu ngasih tau duluan," jawab Hoseok pelan.
"Hah?"
"Aku ambil jurusan seni, Chan. Makanya aku buat klub dance itu," jelas Hoseok.
Lalu dia mematikan keran pencuci piring, melepas perlengkapan mencucinya, lalu berjalan mendekatiku. Hoseok yang berdiri di sampingku langsung menghapus jarak di antara kami. Hoseok ternyata tinggi juga. Tinggiku cuma sebahu dia.
"Aku dulu tinggal dengan sahabatku yang kuliah kedokteran. Kebetulan dia sekarang udah lulus dan kerja di salah satu rumah sakit," cerita Hoseok.
"Kudengar dia orang paling tampan di kampus," ujarmu menebak-nebak.
Hoseok menoleh. "Kau tau orangnya?"
"Nggak. Aku cuma denger dari Ken sunbae," jawabmu sedih dengan gelengan. "Dia temennya Ken sunbae."
Hoseok mengulas senyumnya. Lalu dia mengambil sebuah buku yang kupikir dia mengambilnya acak. Tapi ternyata ada sesuatu di dalamnya.
Sebuah foto Hoseok dengan seorang lainnya.
Hoseok memberikan foto itu padaku. Aku terkejut melihat wajah pria disamping Hoseok.
Sangat tampan!
"Itu temanku. Namanya Kim Seokjin."
"Dia manusia?! Wajahnya nggak realistis untuk seorang manusia. Kenapa dia begitu tampan?!" pekikku heran dan terkesima secara bersamaan. "Nggak heran dia terkenal di kampus," gumamku sambil masih menatap foto Kim Seokjin.
"Gimana denganku?" tanya Hoseok.
"Hmm?" tanyaku menoleh kearahnya.
"Apa aku tampan?" tanyanya pede sambil menunjuk dirinya.
Haruskah aku menjawabnya? Pertanyaannya bikin kesel.
Aku hanya tersenyum padanya sejenak, lalu kembali memutar kepalaku ke foto.
"Dia tampan ya," gumamku pada Kim Seokjin di foto.
Hoseok terdiam dalam senyumnya, tapi dia menangis di dalam hati. Tidak dijawab pun dia udah tau jawabannya.
"Chanhee," panggil Hoseok.
"Eung, sunbae?" jawabku meliriknya sekilas lalu meletakkan buku ilmu obat-obatan herbal ke dalam rak buku. Aku pun menatap Hoseok dengan mendongak.
Hoseok tidak tersenyum, namun beberapa detik kemudian dia kembali tersenyum. Aku terlalu penasaran apa yang ada di pikirannya selagi menatapku seperti itu. Sampai-sampai aku tidak sadar saat tangannya mengelus lembut kepalaku.
"Kau tau, Chanhee?" tanya Hoseok. "Kami masih menyayangimu lebih dari apapun. Kau seperti adikku, Chanhee."
Hm? Suasana apa ini? Kenapa aku merasa sangat familiar dengan kelembutan ini. Aku bahkan nggak merasa harus menarik kepalaku dari tangan Hoseok di kepalaku.
Rasanya aku pernah merasakan ini sebelumnya. Jauh saat aku bertemu dengan Hoseok. Rasa ini juga aku rasakan saat Namjoon bersikap lembut padaku saat itu. Tapi rasanya tetap berbeda.
Untuk beberapa saat aku tidak tau harus melakukan apa, menjawab apa, atau bereaksi apa. Mataku terpaku di wajah Hoseok yang tersenyum gemas. Tangannya bergerak turun ke pipiku dan mencubitnya keras-keras.
"SUNBAE!" pekikku kesal sambil kuhentakkan tangannya dari pipiku.
Hoseok tergelak lalu mengacak rambutku.
"Boleh aku bertanya siapa yang kau maksud dengan 'kami' tadi? Apa aku pernah bertemu denganmu sebelumnya, sunbae?" tanyaku penasaran.
Hoseok tertawa mendengus. "Kau akan tau nanti."
Jawabannya membuat kepalaku bergerak miring ke samping dan menatapnya dengan mata yang melebar bingung.
"Boleh aku menunggunya?"
"Kau tidak perlu menunggu karna semua itu datang sendiri kepadamu," jawabnya.
Dahiku mengernyit. "Aku nggak ngerti," rengekku kesal.
Hoseok tertawa dan menganggapnya lucu. Sekali lagi dia mencubit pipiku gemas.
"Mau kubantu mengingatnya?" tawarnya sambil tersenyum jail.
"Ada apa dengan senyummu itu, sunbae?" tanyaku balik geli. "Jangan alihkan perhatianku dan lakukan tarianmu. Kau lupa?"
"Nggak kok. Tenang aja. Tapi sebelum aku menari untukmu mari buat kesepakatan."
"Kesepakatan apa?"
"Jika suatu saat aku menari untukmu, kau harus mengabulkan satu permintaanku sebagai gantinya."
"Apa ini menguntungkan untukku?" tanyaku curiga.
"Kau tidak akan menyesal," jawab Hoseok meyakinkan dengan senyumannya, tentu saja.
"Baiklah," jawabku akhirnya, menyerah. Lagipula tidak ada salahnya aku mengikuti keinginannya.
Senyum Hoseok kembali mengembang, tapi lebih lebar dari sebelumnya.
"Kalau begitu, temui aku besok di depan taman fakultasku jam dua siang. Apa kau ada kuliah saat itu?"
Aku menggeleng. "Kebetulan kuliahku selesai jam dua belas siang."
"Bagus. Temui aku jam dua oke?"
"Oke," jawabku menunjukkan kedua jempolku padanya.
.
Maaf gua jarang update akhir-akhir ini. Lagi writer-block gitu. Oh ya, cerita ini udah mendekati akhir dan sebentar lagi pindah ke seri ketiga. Jadi stay and give your attention with this series. As I said before, series ini berhubungan satu sama lain dan di setiap episodenya berisi petunjuk-petunjuk tersembunyi. Bahkan di seri pertama (Kim Namjoon) dan side story-nya, petunjuk selalu bertebaran dimana. If you pay attention with my story, you may get clues what actually happen with Chanhee ;)
Last, makasih udah voment, guys. I love you to the moon and back :*
KAMU SEDANG MEMBACA
"My Strange Housemate" Series
Fanfiction'SERI PERTAMA MY STRANGE HOUSEMATE' Chanhee thought, "Dia orang paling jenius yang pernah aku temui. Tidak ada yang tidak bisa dilakukannya. Koleksi bukunya aja penuh dengan pembahasan dan sisi lain dunia, dan ditulis dengan bahasa Inggris. Sejenius...