Sekembalinya Namjoon dari kampus, dia langsung masuk ke dalam studio musiknya, mengunci diri di dalam ruangan itu, dan menatap wallpaper biru khas Windows dengan tatapan kosong.
Pikirannya sedang tak di kepalanya.
Suara Yoongi masih terngiang-ngiang di telinganya.
Bahkan hal yang dia dengan dari Yoongi aja udah kayak lelucon di siang hari.
"Ada yang mau aku kasih tau," kata Yoongi dengan nada serius.
"Bilanglah."
"Ini masalah Joohyun."
"Joohyun? Ada apa dengannya?"
Yoongi menoleh, menatap Namjoon dengan wajah datarnya. Tanpa ekspresi, namun jawabannya selanjutnya terdengar begitu khawatir dan sedih.
"Dia menggumam tentang kesulitannya lima tahun ini. Dan itu tentangmu, Joon."
Deg!
Oh Tuhan.
Hal lainnya yang tidak ingin Namjoon dengar.
Fakta tentang Joohyun yang dekat dengan Yoongi aja udah bikin Namjoon takut kalo Joohyun akan pergi darinya.
Tapi, sekarang. Apa yang barusan dia dengar?
Joohyun menyesali hidupnya selama lima tahun kebelakang. Dan itu artinya, Namjoon lah penyebab Joohyun merengek tentang hidupnya ini.
:(
"Aku tidak yakin dia benar-benar mengatakan kesulitannya karna saat itu dia sedang mabuk. Aku minta maaf karna nggak menelponmu untuk membawa Joohyun kerumahnya saat itu. Joohyun melarangku. Dia bilang kalau aku menelponmu, dia akan melakukan sesuatu yang buruk."
"Sesuatu yang buruk kayak apa?"
Yoongi menggeleng. "Nggak tau. Dia cuma bilang 'buruk.'"
Namjoon terdiam.
Dia gelisah.
Apa maksud kata 'buruk' itu?
Dan kenapa di kepalanya langsung muncul kata 'putus' daripada 'bunuh diri'?
"Kau harus lebih memperhatikan Joohyun."
"Aku memperhatikannya, Yoon."
"Itu menurutmu. Baginya tidak. Dia selalu mengeluh kepadaku, apalagi saat kau sedang sibuk membuat musik."
"Aku sudah berusaha untuk membagi waktuku dengan Joohyun dan musik. Tapi, kau kan tau kalau grup yang ada di agensiku akan melakukan comeback. Dan aku ditunjuk sebagai produsernya selama dua minggu untuk menciptakan lagu mereka. Dua minggu untuk membuat lagu bukanlah waktu yang panjang," rengek Namjoon.
"Aku ngerti, kok. Aku paham! Tapi bisa nggak jangan libatkan aku ke dalam cerita cinta kalian? Hubungan kalian itu udah 5 tahun. Udah nggak ada lagi yang namanya menyimpan rahasia. Kalian sudah harus terbiasa menceritakan segalanya, termasuk memprotesi dan merengek tentang hal-hal kecil. Sulit banget ya kasih perhatian ke Joohyun barang sebentar aja? Dia cuma pengen di dengar."
Namjoon sekali lagi terdiam.
Dia kaget mendengar Yoongi mengomelinya panjang lebar.
Nggak biasanya Yoongi ngomong banyak dalam satu hari.
Tapi sekarang dia ngomong banyak dalam satu menit.
Itu artinya Yoongi udah beneran marah dan muak. Dia mengeluarkan segala hal yang dia simpan selama ini.
Disaat kayak gini, otaknya sama sekali nggak bekerja dengan baik. Dia nggak kepikiran sama sekali buat ngebantah omelan Yoongi.
"Ini terakhir dariku. Aku udah capek ngomong. Setelah ini, telpon Joohyun. Selesaikan masalah kalian. Lakukan dengan cara yang dewasa. Jangan egois. Kalian udah bersama selama 5 tahun. Ngomong bukanlah hal yang sulit buat kalian. Jadi, aku mau kalian bicara satu sama lain dan perbaiki hubungan kalian. Ngerti? Udah ya. Aku balik dulu. Mau ke Daegu. Bye."
Namjoon tersadar saat Yoongi mengambil tas basketnya dan berjalan meninggalkan Namjoon.
"O-oh ya. Daegu. Hati-hati ya! Aku akan menghubungimu nanti!"
Yoongi mengangkat telapak tangannya, seperti melambaikan tangan, tapi tidak di gerakkan.
Yoongi pun menghilang dari pandangan Namjoon.
Kembali lagi ke Namjoon yang masih terdiam, terpaku di depan layar komputernya.
Matanya bergerak menatap layar hitam ponselnya yang ada di atas meja.
Nggak pernah sebelumnya dia bimbang buat nelpon Joohyun.
Biasanya dia akan langsung menekan nomor 1 di dial pad dan langsung terhubung ke pacarnya itu.
Tapi, sekarang apa yang dia khawatirkan?
Joohyun pasti akan senang sekali kalau Namjoon telpon.
"Sadarlah, Namjoon. Dia pacarmu. Dia orang yang paling kau sayang. Menelponnya bukanlah hal yang sulit. Ya! Kau harus menelponnya sekarang dan selesaikan masalah ini seperti yang Yoongi sarankan," kata Namjoon penuh tekad pada dirinya sendiri.
Tangannya mengambil ponsel itu, membuka kuncinya, dan langsung menekan lama-lama nomor 1 di dial pad.
Ponsel itu dia tempelkan di telinga kirinya.
Tuuutt...
Tuuuuttt....
Tuuuttt....
Ayolah. Angkat...
Tuutttt....
"Halo, Joon-ah?"
.
KAMU SEDANG MEMBACA
"My Strange Housemate" Series
Fiksi Penggemar'SERI PERTAMA MY STRANGE HOUSEMATE' Chanhee thought, "Dia orang paling jenius yang pernah aku temui. Tidak ada yang tidak bisa dilakukannya. Koleksi bukunya aja penuh dengan pembahasan dan sisi lain dunia, dan ditulis dengan bahasa Inggris. Sejenius...