Universitas tempat Chanhee belajar entah kenapa sangat ramai. Tidak biasanya hari minggu ada acara besar. Namun, hari ini berbeda. Berita tentang pergelaran seni tari yang diadakan oleh klub Dance, suatu klub besar yang sudah didirikan sejak dua puluh tahun yang lalu. Tidak heran jika klub ini mengadakan acara pasti akan menjadi bahan pembicaraan. Apalagi rumor tentang Hoseok akan menari di acara ini merebak luas setelah lama berhenti dari klub. Semua orang pasti penasaran sekaligus senang dengan kembalinya Hoseok di panggung menari.
Namun, kekhawatiran menyebar di setiap anggota klub yang mengetahui penyebab Hoseok berhenti menari. Dengan datangnya Hoseok ke klub itu, membuat setiap orang bertanya-tanya apakah dia baik-baik saja. Apalagi dia baru saja keluar dari rumah sakit akibat kambuhnya cedera kaki Hoseok beberapa hari lalu. Seharusnya Hoseok tetap dirumah daripada datang ke acara menari ini.
“Kau yakin akan menari?” tanya Taemin lagi, memastikan apakah Hoseok benar-benar serius dengan ucapannya. Berapa kali pun dia mendengar hal ini dari Hoseok sendiri, tetap saja dia tidak mengerti dan terus bertanya-tanya apa alasannya.
Hoseok menyandarkan punggungnya ke kaca, mendongak ke Taemin yang berdiri di depannya. “Aku tidak pernah seyakin ini dalam hidupku. Mungkin hari ini diriku akan hancur sampai tak bisa berjalan lagi, tapi ini yang bisa aku lakukan untuk terakhir kalinya.”
“Kau tidak perlu memaksakan dirimu terlalu keras. Aku tidak mau kakimu semakin terluka,” keluh Taemin khawatir. Beberapa anggota klub mulai mengerubungi mereka berdua. Mereka terlalu khawatir dengan kondisi Hoseok sampai tidak tahu harus mengatakan apa selain mengecek keadannya.
Senyum Hoseok pun mengembang lebar di wajahnya. Senyum matahari khas Hoseok. “Aku akan baik-baik saja. Terima kasih, Tae.”
Yang diberikan kepercayaan hanya mengangguk saja. Taemin pun diam, memperhatikan Hoseok yang kini berbicara dengan junior dan rekan-rekannya yang berebut menyatakan kekhawatiran mereka. Tangannya mengusap kasar rambutnya ke belakang sambil pergi meninggalkan ruang klub. Hoseok menangkap kepergian Taemin dengan tatapan bersalah sambil meminta maaf di dalam hati.
Hoseok sadar kalau dia sudah merepotkan semua orang. Seluruh anggota klub langsung ribut ketika Hoseok menyampaikan keinginannya untuk menari kembali. Taemin, selaku ketua klub, langsung menghubunginya. Bukannya menyatakan rasa syukur atas kembalinya, Taemin mencak-mencak menolak Hoseok untuk kembali menari. Mengingat kondisi Hoseok yang semakin memburuk, Taemin pun harus sekuat tenaga mengubah keputusan salah satu penari kebanggan klub Dance Universitas itu. Tidak hanya Taemin, senior yang masih bertanggung jawab dengan klub itu dan keenam teman Hoseok lainnya pun memprotesi keinginannya itu.
“Kau gila! Fokus saja dengan kesembuhanmu seperti yang selama ini kau lakukan, Jung Hoseok!” marah Yoongi, kakak tertua di antara keenam sahabatnya saat Hoseok mengatakan keinginannya itu.
“Benar, hyung. Kau dengar apa yang dokter katakan, kan? Kakimu semakin parah. Kalau kau memaksakan diri untuk menari, kemungkinan untuk lumpuh akan semakin besar. Aku tidak mau kau seperti itu, hyung.” Jungkook memandang khawatir Hoseok dari samping ranjang. Bahkan melihat Hoseok terbaring tak berdaya dengan kaki masih di gips saja sudah membuat dunia Jungkook hancur. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada melihat hyung-nya kesakitan.
“Biar aku saja yang menggantikanmu, hyung. Biar aku yang menari untukmu.” Jimin maju ke sisi samping lainnya dari ranjang Hoseok. Menunjukkan kesiapannya untuk menari demi Hoseok, meskipun dia bukan anggota klub dance. Namun kemampuannya hampir sama bagusnya dengan Hoseok, jadi tidak masalah.
Tapi, Hoseok menolak semuanya. Protes dengan amarah, kekhawatiran, dan kesetia-kawanan, semuanya ditolak dengan halus olehnya.
Tentu saja ini sudah dipikirkan matang-matang. Hoseok bukan orang yang akan mengambil keputusan secara mendadak. Ini bukan karena ingin, tapi seperti keharusan. Suatu bentuk pemenuh hasrat menarinya yang selama ini dia pendam. Sekaligus pemenuh janji akan suatu janji yang pernah dia ucap pada seseorang. Orang itu terus memenuhi pikirannya sejak dirinya jatuh di ruang klub dengan rintihan dan tangisan. Hoseok merasa sangat bersalah bukan karena tidak bisa menari dengan baik saat itu. Keadaannya yang lemah itu yang membuat Hoseok khawatir akan membuat Chanhee terpuruk dan mulai menyalahi dirinya sendiri.
Hoseok sangat mengenal Chanhee seperti apa. Makanya, Hoseok jadi kepikiran.
“Biarkan aku menari untuk terakhir kalinya. Setelah itu, aku akan kembali menjalani pengobatan. Aku janji,” ucap Hoseok bersungguh-sungguh dengan tatapan serius. Matanya menatap bergantian ke arah lima sahabatnya. Tidak tahan dengan sifat keras kepalanya, Yoongi keluar tanpa kata sambil sedikit membanting pintu. Jimin pun keluar mengikutinya.
Seokjin yang sejak tadi hanya berdiri, menatap dari jauh, akhirnya berbicara. “Baiklah. Kuizinkan.”
Senyum Hoseok pun mengembang senang dengan ucapan Seokjin. Persetujuannya bagai angin segar bagi Hoseok. Adik-adiknya ingin sekali protes. Untuk sekian kalinya mereka dibuat terperangah dengan ucapan Seokjin yang terkadang suka bertolak belakang itu. Sifanya itu efek dari hidup terlalu lama dengan Yoongi dan Namjoon. Dia jadi berani mengambil keputusan untuk adik-adiknya yang mudah sekali tersesat. Seperti penggembala yang menuntun para domba ke jalan yang benar menuju padang rumput, atau seekor bebek yang menuntun jalan anak-anak bebek.
“Tapi, setelah itu kau harus berhenti menari. Benar-benar berhenti sampai kakimu sembuh. Kau tidak boleh menggerakkan satu gerakan tari pun sampai pengobatanmu selesai. Bagaimana pun caranya aku akan menarikmu turun dari panggung begitu bagianmu selesai. Walaupun dengan cara menyeret kerahmu menuju rumah sakit. Tidak akan kubiarkan kakimu itu meledak. Kau mengerti?!” ancam Seokjin dengan nada ditekan-tekan setiap akhir kalimat. Hoseok langsung mengangguk tanpa merasa terancam ataupun ketakutan.
“Aku berjanji!”
Dan disinilah Hoseok sekarang. Berdiri di atas panggung audiotorium kampus dengan kakinya sendiri, tepat di bawah lampu sorot yang menyatu hanya untuknya. Dibelakangnya empat penari tambahan yang ikut berada di atas panggung demi meramaikan penampilan Hoseok. Suara riuh ramai memanggil-manggil nama Hoseok sekaligus menyemangatinya dengan kata ‘semangat!’ dan ‘aku mencintaimu!’. Suasananya benar-benar seperti di konser musik akhir tahun.
Penampilan Hoseok tiba setelah tiga penampilan dari juniornya. Penampilan Hoseok sengaja diletakkan di tengah karena penampilan utama memang harus diletakkan di puncak acara. Sebelum lagu dimainkan, Hyunsoo, junior dari jurusan ekonomi yang pandai poppin’ itu berbisik pada Hoseok dengan nada khawatir.
“Beri tanda padaku jika kaki sunbae sudah tak kuat lagi. Aku akan menggantikanmu.”
Hoseok melirik kearahnya dan mengangguk. “Tak apa. Aku bisa kok melakukannya sampai akhir. Tapi, terima kasih sudah mengkhawatirkanku,” ucap Hoseok sambil tersenyum lebar.
Lagu pun dimulai. Dentuman-dentuman melodi mulai menghentak keras. Satu gerakan mengangkat dari tangan dan pergerakan kaki Hoseok menjadi pertanda mulainya penampilan dance dari seorang Dancing Genius. Teriakan menggila dari para gadis membuat telinga pengang. Namun, dari sanalah Hoseok mendapat kekuatannya.
Apalagi saat matanya menemukan sosok Chanhee yang berdiri di tengah-tengah kerumunan orang-orang. Jantungnya meledak-ledak bahagia hanya karena sudah melihat Chanhee. Gadis itu menontonnya! Tidak ada kesenangan yang lebih menyenangkan daripada ini. Gerakan-gerakan tarian Hoseok berubah menjadi lebih tenang namun mematikan daripada satu menit pertama.
Pertunjukan tari Hoseok pun selesai tanpa hambatan. Dada Hoseok naik turun sambil mulutnya sibuk mengais oksigen. Audiotorium berubah panas, membakar seluruh manusia yang ada. Padahal semua pendingin ruangan sudah dinyalakan. Tapi, tampaknya alat itu tidak bisa meredakan api semangat Hoseok dan para penonton. Sensasi ini membuat candu sang entertainer. Hoseok suka. Ingin rasanya hari ini berhenti dan terus ada selamanya.
Hoseok pun buru-buru turun dari panggung. Dia sempat hampir terjatuh jika juniornya tidak menangkap tubuhnya. Tepat saat lampu dipadamkan, Hoseok langsung pergi dengan langkah terseok-seok. Semoga tidak ada yang melihatnya,terutama Chanhee. Dia sudah bagus hari ini, jadi dia harus turun dengan cara yang bagus juga.
Sementara itu, Chanhee berdiri dengan penuh ketakjuban. Senyumnya tersungging halus di bibirnya. Cukup halus sampai hampir tak ada yang mengira kalau itu sebuah senyuman.
“Kau ternyata menepati janjimu. Terima kasih, Jung Hoseok. Kuharap kau tidak lagi mengorbankan dirimu sampai sejauh ini. Terima kasih.”
Dengan langkah berat, Chanhee menerobos keluar kerumunan orang-orang itu menuju pintu keluar audiotorium. Melihat Hoseok hampir tumbang lagi setelah menari membuat Chanhee yakin akan keputusannya sekarang.
Dia tidak akan berurusan lagi dengan Jung Hoseok. Apapun itu keadaannya. Dan ini menjadi kali terakhir Chanhee bertemu dengan Jung Hoseok.
.
Double update~
KAMU SEDANG MEMBACA
"My Strange Housemate" Series
Fanfic'SERI PERTAMA MY STRANGE HOUSEMATE' Chanhee thought, "Dia orang paling jenius yang pernah aku temui. Tidak ada yang tidak bisa dilakukannya. Koleksi bukunya aja penuh dengan pembahasan dan sisi lain dunia, dan ditulis dengan bahasa Inggris. Sejenius...